Kamis, 02 Juli 2020

Ayus dan Ongo: Griyuk II


Ayus dan Ongo: Griyuk II

Kita kembali mendongeng melanjutkan cerita beberapa hari lalu yang belum selesai. Malam jumat terlalu menyeramkan bagi penulis jika harus membuat tulisan hororr. Efeknya kayak tempo hari sampai susah tidur sendirian.

**********

Alkisah persahabatan Ayus, Ongo dan Griyuk sebenarnya memang sudah terjalin lama. Hal yang paling membuat Ayus dan Ongo jengkel yaitu bahwa Griyuk terlalu pelit berbagi namun suka meminta pada orang lain. Seperti pepatah orang zaman dulu “Ulur tangga urang, sintak tangga nyawa”. Bukan hanya Griyuk, manusia zaman now banyak juga yang kayak gitu, kan?

Siang itu Ayus gak menduga jika Griyuk ternyata selain pelit, juga serakah. Akan tetapi, semuanya telah terjadi. Untuk yang akan datang, mereka akan lebih teliti lagi supaya gak dirugikan Griyuk.
Kembali sore itu Ayus dan Ongo menyiapkan segala sesuatunya untuk membuat jukut salai lagi. Proses pembuatan yang rumit, dan perlu kesabaran untuk menunggu sampai ikannya matang.
Sama seperti pembuatan jukut salai kemarin, Ayus dan Ongo harus menunggui dan mengontrol bara api dibawah para-para sampai tengah malam. Ketika jukut salai setengah matang barulah bisa ditinggal untuk tidur.

**********

Keesokan harinya matahari kembali bersinar dengan cerah. Angin timur berhembus perlahan. Musim kemarau tahun itu kelihatannya akan berlangsung lama. Gak ada tanda-tanda akan turunnya hujan. Meski “mendung pun tak berarti hujan”  kata lagu.
Namanya juga musim kemarau.

Hari itu Ayus kembali meninggalkan gubuk untuk “nenau” karena merasa ikan yang didapat kemarin terlalu sedikit. Ongo lah yang diberi tugas untuk menunggu dan mengontrol bara api pada para-para hingga ikannya matang. Sebelum pergi Ayus berpesan kepada Ongo supaya kejadian kemarin jangan terulang lagi.

“Ngo, kalau nanti Griyuk datang kemari dan meminta jukut salai, jangan kau beri!” kata Ayus.

“Memangnya kenapa, Yus? Nanti kita disebutnya pelit.” Kata Ongo.

“Ya, sudah, boleh saja kau beri. Tapi jangan sampai dia mengambil sendiri. Cukup beri beberapa ekor saja. Kau paham?” kata Ayus setelah berpikir beberapa saat.

“Iya, aku paham, Yus! Kalau dibiarkan mengambil bisa habis kayak kemarin, hehehe”

“Baguslah kalau kau sudah mengerti! Tugasmu, kontrol baik-baik api pada para-para itu.  Jangan bermain kelereng hari ini.”

“Iya, kau tenang saja. Akan kujaga dengan baik. Sebelum kau pulang ikannya pasti sudah matang.” Jawab Ongo kemudian.

Ayus segera berangkat menuju ke rawa-rawa tempat ia kemarin menangkap ikan. Hari masih pagi ketika Ayus tiba ditempat itu. Dengan mudahnya ia menangkap ikan-ikan yang sudah hampir kekeringan dan hanya bersembunyi di bawah lumpur. Akan tetapi tangkapan kali ini jauh berbeda karena kebanyakan hanya ikan yang kecil-kecil berupa “sepat siam”. Ikan gabus yang besar-besar sepertinya habis karena sudah diambilnya selama dua hari berturut-turut. Untuk mendapatkan ikan yang lebih besar, Ayus terpaksa mencari ketempat lain yang lebih jauh lagi. Walau pun dapat ikan yang besar-besar, perjalananya memakan waktu lebih lama. Hingga Ayus baru bisa pulang ketika hari sudah sore.


**********

Sepeningal Ayus, Ongo yang sudah diberi tugas menjaga para-para melakukan perintah kakaknya dengan baik. Pesan-pesan dari Ayus pun masih terngiang dalam ingatannya. Soal Griyuk, ia pun tak ingin “diakali” dua kali. Makanya untuk sekarang, Ongo sengaja gak bermain kelereng. Biar lebih waspada jika Griyuk tiba-tiba saja datang ketempat itu.

Sampai tengah hari, jukut salai pun telah matang sempurna. Ongo segera mencicipi seekor untuk membuktikan bahwa jukut salai sudah benar-benar matang.

Ketika sedang asyiknya makan, ia melihat Griyuk sedang berjalan menuju kearahnya. Tampaknya makhluk tinggi besar itu ingin mengambil air lagi.  Setibanya di depan Ongo, Griyuk pun menyapanya dengan ramah. Seolah tanpa rasa bersalah sama sekali. Akan tetapi, Ongo kali ini akan lebih waspada.

Walau pun demikian, Griyuk ternyata lumayan cerdas. Dia tahu Ongo suka bermain kelereng. Maka pada hari itu Griyuk sengaja membawa sekantong buah karet untuk nantinya diberikan pada Ongo.

“Kamu gak main kelereng lagi, Ngo?” sapa Griyuk.

“Oh, gak. Aku disuruh Ayus menunggu para-para ini saja.” Jawab Ongo.

“Bikin jukut salai lagi, ya! Sudah matang atau belum?”

“Sudah semua. Kalau mau makan disini nanti aku ambilkan seekor!”

“Oh, gak usah. Aku masih kenyang. Dirumah juga masih ada sedikit.” Kata Griyuk berpura-pura.

Setelah berbasa-basi dengan Ongo, Griyuk pun menuju ke sungai untuk mengisi bumbung bambunya dengan air. Sesudah itu ia kembali lagi menghampiri Ongo yang masih duduk di dekat para-para sambil makan ikan.

“Ongo, aku sudah lama gak ketemu kakakmu. Ayus mana?” tanya Griyuk.

“Ayus pergi “nenau” sejak tadi pagi. Sampai sekarang belum pulang!” jawab Ongo.

“Oh. Kok belum pulang. Inikan sudah tengah hari, Ngo! Jangan-jangan dia tersesat.”

“Gak mungkin lah! Ini masih siang. Ayus hapal semua tempat di sini. Mungkin sedang mencari ikan ketempat yang lebih jauh. Nanti juga pulang. Kalau mau ketemu, tunggu saja beberapa waktu lagi.”

“Ya, aku memang mau ketemu Ayus hari ini. Akan kutunggu disini bersamamu.” Kata Griyuk dengan tersenyum.

Sambil menunggu kedatangan Ayus, Griyuk segera menyandarkan bumbung bambunya yang berisi air pada sebatang pohon.  Ia lalu mengobrol dengan Ongo sambil sama-sama makan ikan. Setengah jam lamanya mereka menunggu, namun Ayus gak nampak juga batang hidungnya. Griyuk sebenarnya sudah ingin pulang. Akan tetapi ia teringat jika tadi sudah membawa buah karet untuk diberikan kepada Ongo. Muncullah niat jahat dipikirannya untuk “mengakali” Ongo lagi.

“Sambil menunggu Ayus, bagaimana kalau kita main kelereng saja, Ngo?” kata Griyuk seraya mengeluarkan sekantong buah karet dari lubang pada punggungnya.

Ongo yang melihat buah karet untuk kelereng sempat ingin bermain juga. Akan tetapi, teringat pesan Ayus Ongo pun membatalkannya.

“Kata Ayus, aku gak boleh main kelereng hari ini. Tugasku menjaga jukut salai sampai matang.” Jawab Ongo.

“Ikannya kan sudah matang semua, Ngo. Apalagi yang kau tunggu. Gak ada orang lain disini. Jadi gak akan ada yang mengambil juga. Ayo kita bermain saja!” kata Griyuk merayu Ongo.

Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya Ongo pun setuju dengan ucapan Griyuk. Ia lalu mengajaknya pergi ke halaman depan. Mereka lalu bermain kelereng menggunakan buah karet yang dibawa Griyuk. Sekitar sejam lamanya Ongo dan Griyuk asyik bermain namun Ayus masih belum juga pulang.

‘**********

Hari sudah memasuki sore. Griyuk sudah berencana akan pulang.

“Nampaknya kakakmu itu bakal pulang malam. Aku sudah harus kembali sekarang supaya gak kemalaman di jalan. Ambillah semua kelereng ini untukmu. Bermainlah sendiri. Aku pulang dulu, ya!” Kata Griyuk sambil bangkit dan mengambil bumbung bambunya.

Bukan main senangnya Ongo diberi buah karet yang banyak oleh Griyuk. Selama ini belum pernah Griyuk memberinya sesuatu.

“Wah, banyak sekali buah karet ini.  Terima kasih, ya. Nanti kusampaikan sama Ayus kalau kau tadi menunggunya.

“Iya, ambil saja semua buah karet itu untukmu. Di tempatku juga masih banyak. Oh, ya boleh gak aku minta lagi jukut salai barang seekor buat makan di jalan?”

Ongo yang masih kegirangan diberi buah karet hampir lupa pesan Ayus. Namun ia malas untuk bangkit dan mengambilkan sendiri karena ingin melanjutkan bermain.

“Oh, boleh! Ambil saja sendiri disana. Tapi jangan ambil semuanya. Kata Ayus, sisakan buat kami, ya!”

“Iya. Aku tau. Cuma minta seekor saja!hehehe..

Setelah berkata demikian, Griyuk menuju kearah para-para yang berada di samping gubuk. Kesempatan kedua itu takkan dilewatkan begitu saja. Sambil membuka tutup para-para, diliriknya Ongo yang masih asyik bermain tanpa menoleh sama sekali kearahnya.

Griyuk kemudian memasukkan jukut salai satu persatu pada lubang dipunggungnya. Akan tetapi, kali ini sengaja disisakannya dua ekor jukut salai yang paling kecil untuk Ayus dan Ongo. Sesudah semuanya beres, Griyuk meninggalkan tempat itu dengan tersenyum senang. *makin gak ada ahlak*


Salam, TF 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar