Ayus dan
Ongo: Griyuk II
Kita
kembali mendongeng melanjutkan cerita beberapa hari lalu yang belum selesai. Malam
jumat terlalu menyeramkan bagi penulis jika harus membuat tulisan hororr. Efeknya
kayak tempo hari sampai susah tidur sendirian.
**********
Alkisah
persahabatan Ayus, Ongo dan Griyuk sebenarnya memang sudah terjalin lama. Hal yang
paling membuat Ayus dan Ongo jengkel yaitu bahwa Griyuk terlalu pelit berbagi namun
suka meminta pada orang lain. Seperti pepatah orang zaman dulu “Ulur tangga
urang, sintak tangga nyawa”. Bukan hanya Griyuk, manusia zaman now banyak juga
yang kayak gitu, kan?
Siang itu
Ayus gak menduga jika Griyuk ternyata selain pelit, juga serakah. Akan tetapi,
semuanya telah terjadi. Untuk yang akan datang, mereka akan lebih teliti lagi
supaya gak dirugikan Griyuk.
Kembali sore
itu Ayus dan Ongo menyiapkan segala sesuatunya untuk membuat jukut salai lagi.
Proses pembuatan yang rumit, dan perlu kesabaran untuk menunggu sampai ikannya
matang.
Sama seperti
pembuatan jukut salai kemarin, Ayus dan Ongo harus menunggui dan mengontrol
bara api dibawah para-para sampai tengah malam. Ketika jukut salai setengah
matang barulah bisa ditinggal untuk tidur.
**********
Keesokan
harinya matahari kembali bersinar dengan cerah. Angin timur berhembus perlahan.
Musim kemarau tahun itu kelihatannya akan berlangsung lama. Gak ada tanda-tanda
akan turunnya hujan. Meski “mendung pun tak berarti hujan” kata lagu.
Namanya juga
musim kemarau.
Hari itu
Ayus kembali meninggalkan gubuk untuk “nenau” karena merasa ikan yang didapat
kemarin terlalu sedikit. Ongo lah yang diberi tugas untuk menunggu dan
mengontrol bara api pada para-para hingga ikannya matang. Sebelum pergi Ayus
berpesan kepada Ongo supaya kejadian kemarin jangan terulang lagi.
“Ngo,
kalau nanti Griyuk datang kemari dan meminta jukut salai, jangan kau beri!”
kata Ayus.
“Memangnya
kenapa, Yus? Nanti kita disebutnya pelit.” Kata Ongo.
“Ya, sudah,
boleh saja kau beri. Tapi jangan sampai dia mengambil sendiri. Cukup beri
beberapa ekor saja. Kau paham?” kata Ayus setelah berpikir beberapa saat.
“Iya,
aku paham, Yus! Kalau dibiarkan mengambil bisa habis kayak kemarin, hehehe”
“Baguslah
kalau kau sudah mengerti! Tugasmu, kontrol baik-baik api pada para-para itu. Jangan bermain kelereng hari ini.”
“Iya,
kau tenang saja. Akan kujaga dengan baik. Sebelum kau pulang ikannya pasti
sudah matang.” Jawab Ongo kemudian.
Ayus
segera berangkat menuju ke rawa-rawa tempat ia kemarin menangkap ikan. Hari masih
pagi ketika Ayus tiba ditempat itu. Dengan mudahnya ia menangkap ikan-ikan yang
sudah hampir kekeringan dan hanya bersembunyi di bawah lumpur. Akan tetapi
tangkapan kali ini jauh berbeda karena kebanyakan hanya ikan yang kecil-kecil berupa
“sepat siam”. Ikan gabus yang besar-besar sepertinya habis karena sudah diambilnya
selama dua hari berturut-turut. Untuk mendapatkan ikan yang lebih besar, Ayus
terpaksa mencari ketempat lain yang lebih jauh lagi. Walau pun dapat ikan yang
besar-besar, perjalananya memakan waktu lebih lama. Hingga Ayus baru bisa
pulang ketika hari sudah sore.
**********
Sepeningal
Ayus, Ongo yang sudah diberi tugas menjaga para-para melakukan perintah
kakaknya dengan baik. Pesan-pesan dari Ayus pun masih terngiang dalam
ingatannya. Soal Griyuk, ia pun tak ingin “diakali” dua kali. Makanya untuk
sekarang, Ongo sengaja gak bermain kelereng. Biar lebih waspada jika Griyuk
tiba-tiba saja datang ketempat itu.
Sampai
tengah hari, jukut salai pun telah matang sempurna. Ongo segera mencicipi
seekor untuk membuktikan bahwa jukut salai sudah benar-benar matang.
Ketika sedang
asyiknya makan, ia melihat Griyuk sedang berjalan menuju kearahnya. Tampaknya makhluk
tinggi besar itu ingin mengambil air lagi. Setibanya di depan Ongo, Griyuk pun menyapanya
dengan ramah. Seolah tanpa rasa bersalah sama sekali. Akan tetapi, Ongo kali
ini akan lebih waspada.
Walau pun
demikian, Griyuk ternyata lumayan cerdas. Dia tahu Ongo suka bermain kelereng. Maka
pada hari itu Griyuk sengaja membawa sekantong buah karet untuk nantinya diberikan
pada Ongo.
“Kamu
gak main kelereng lagi, Ngo?” sapa Griyuk.
“Oh,
gak. Aku disuruh Ayus menunggu para-para ini saja.” Jawab Ongo.
“Bikin
jukut salai lagi, ya! Sudah matang atau belum?”
“Sudah
semua. Kalau mau makan disini nanti aku ambilkan seekor!”
“Oh, gak
usah. Aku masih kenyang. Dirumah juga masih ada sedikit.” Kata Griyuk
berpura-pura.
Setelah berbasa-basi
dengan Ongo, Griyuk pun menuju ke sungai untuk mengisi bumbung bambunya dengan
air. Sesudah itu ia kembali lagi menghampiri Ongo yang masih duduk di dekat
para-para sambil makan ikan.
“Ongo, aku
sudah lama gak ketemu kakakmu. Ayus mana?” tanya Griyuk.
“Ayus
pergi “nenau” sejak tadi pagi. Sampai sekarang belum pulang!” jawab Ongo.
“Oh. Kok
belum pulang. Inikan sudah tengah hari, Ngo! Jangan-jangan dia tersesat.”
“Gak
mungkin lah! Ini masih siang. Ayus hapal semua tempat di sini. Mungkin sedang
mencari ikan ketempat yang lebih jauh. Nanti juga pulang. Kalau mau ketemu,
tunggu saja beberapa waktu lagi.”
“Ya, aku
memang mau ketemu Ayus hari ini. Akan kutunggu disini bersamamu.” Kata Griyuk
dengan tersenyum.
Sambil menunggu
kedatangan Ayus, Griyuk segera menyandarkan bumbung bambunya yang berisi air
pada sebatang pohon. Ia lalu mengobrol
dengan Ongo sambil sama-sama makan ikan. Setengah jam lamanya mereka menunggu,
namun Ayus gak nampak juga batang hidungnya. Griyuk sebenarnya sudah ingin
pulang. Akan tetapi ia teringat jika tadi sudah membawa buah karet untuk
diberikan kepada Ongo. Muncullah niat jahat dipikirannya untuk “mengakali” Ongo
lagi.
“Sambil
menunggu Ayus, bagaimana kalau kita main kelereng saja, Ngo?” kata Griyuk
seraya mengeluarkan sekantong buah karet dari lubang pada punggungnya.
Ongo
yang melihat buah karet untuk kelereng sempat ingin bermain juga. Akan tetapi,
teringat pesan Ayus Ongo pun membatalkannya.
“Kata
Ayus, aku gak boleh main kelereng hari ini. Tugasku menjaga jukut salai sampai
matang.” Jawab Ongo.
“Ikannya
kan sudah matang semua, Ngo. Apalagi yang kau tunggu. Gak ada orang lain
disini. Jadi gak akan ada yang mengambil juga. Ayo kita bermain saja!” kata
Griyuk merayu Ongo.
Setelah berpikir
beberapa saat, akhirnya Ongo pun setuju dengan ucapan Griyuk. Ia lalu
mengajaknya pergi ke halaman depan. Mereka lalu bermain kelereng menggunakan
buah karet yang dibawa Griyuk. Sekitar sejam lamanya Ongo dan Griyuk asyik bermain
namun Ayus masih belum juga pulang.
‘**********
Hari sudah
memasuki sore. Griyuk sudah berencana akan pulang.
“Nampaknya
kakakmu itu bakal pulang malam. Aku sudah harus kembali sekarang supaya gak
kemalaman di jalan. Ambillah semua kelereng ini untukmu. Bermainlah sendiri. Aku
pulang dulu, ya!” Kata Griyuk sambil bangkit dan mengambil bumbung bambunya.
Bukan main
senangnya Ongo diberi buah karet yang banyak oleh Griyuk. Selama ini belum
pernah Griyuk memberinya sesuatu.
“Wah,
banyak sekali buah karet ini. Terima kasih,
ya. Nanti kusampaikan sama Ayus kalau kau tadi menunggunya.
“Iya,
ambil saja semua buah karet itu untukmu. Di tempatku juga masih banyak. Oh, ya
boleh gak aku minta lagi jukut salai barang seekor buat makan di jalan?”
Ongo
yang masih kegirangan diberi buah karet hampir lupa pesan Ayus. Namun ia malas
untuk bangkit dan mengambilkan sendiri karena ingin melanjutkan bermain.
“Oh,
boleh! Ambil saja sendiri disana. Tapi jangan ambil semuanya. Kata Ayus,
sisakan buat kami, ya!”
“Iya. Aku
tau. Cuma minta seekor saja!hehehe..
Setelah berkata
demikian, Griyuk menuju kearah para-para yang berada di samping gubuk. Kesempatan
kedua itu takkan dilewatkan begitu saja. Sambil membuka tutup para-para,
diliriknya Ongo yang masih asyik bermain tanpa menoleh sama sekali kearahnya.
Griyuk kemudian
memasukkan jukut salai satu persatu pada lubang dipunggungnya. Akan tetapi,
kali ini sengaja disisakannya dua ekor jukut salai yang paling kecil untuk Ayus
dan Ongo. Sesudah semuanya beres, Griyuk meninggalkan tempat itu dengan
tersenyum senang. *makin gak ada ahlak*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar