Jumat, 27 Februari 2015

WASILAH, Cara Berjumpa Dengan Allah

Semua manusia di dunia ini meyakini bahwa Tuhan adalah sosok yang Agung, Mulia, Sempurna dan segala gelar hebat di sandang oleh-Nya. Kalau di dunia ada Raja maka Tuhan adalah Maha Raja Diraja. Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Mulia tersebut, sebegitu tingginya sehingga hampir semua manusia merasa mustahil untuk berjumpa denga-Nya. Hanya golongan tertentu saja seperti Nabi yang diizinkan untuk menjumpai-Nya. Bahkan dalam pandangan kelompok tertentu dalam Islam, bahkan Nabi sendiri tidak pernah berjumpa dengan Allah di dunia, dalil tentang pengalaman Musa ingin melihat Tuhan dijadikan dalil untuk membenarkan pendapat mereka. Kelompok Mu’tazilah bahkan lebih ekstrim lagi, mereka berpendapat bahwa Tuhan tidak bisa dilihat atau dijumpai baik di dunia maupun di akhirat.

Kelompok yang paling banyak adalah yang berpendapat bahwa Allah tidak bisa dilihat atau dijumpai didunia namun Dia bisa dijumpai di akhirat setelah manusia meninggal dunia. Karena banyak bahkan sangat banyak, pada umumnya kita juga meyakini atau dipaksa meyakini bahwa Tuhan tidak mungkin dilihat di dunia dengan alasan Dia Maha Tinggi dan Maha Segalanya.

Disisi lain, kaum Sufi meyakini dan memang mengalami hal yang mustahil bagi kaum awam, yaitu berjumpa, melihat dan berdialog dengan Allah sebagaimana yang diceritakan para Tokoh Sufi dalam berbagai karyanya, salah satu Imam al-Ghazali yang melihat dan berdialog dengan Tuhan di dalam mimpi Beliau.
Pertanyaan yang paling menggoda kita adalah, kenapa ketiga kelompok ini yang sama-sama mengambil sumber ilmu dari Al-Qur’an dan Hadist bisa begitu jauh berselisih paham dan ini telah terjadi dari zaman dulu sampai sekarang. Jawaban normative karena pikiran manusia berbeda-beda dan kemampuan untuk menyerap ilmu dari sumber yang Agung (Al-Qur’an juga berbeda.

Bagi kelompok yang tidak meyakini bahwa Allah bisa di lihat di akhirat, dengan segala dalil menyerang kelompok yang meyakini bahwa Allah bisa dilihat di akhirat. Kaum Mu’tazilah menganggap keliru pemahaman Ahlu Sunnah Wal Jamaah yang meyakini Allah bisa dilihat di akhirat. Kemudian, orang yang meyakini bahwa Allah hanya bisa dilihat di akhirat menganggap keliru atau aneh bagi orang yang meyakini bahwa Allah bisa dilihat di dunia dan akhirat. Kalau kita terus menerus terjebak kepaa perdebatan tentang Tuhan, maka secara tidak sadar kita tidak pernah mau berusaha untuk menemukan kebenaran lain selain yang kita yakini.

Tuhan Maha Tinggi dan tidak seorangpun yang bisa menjangkat Zat Allah yang Maha tinggi tersebut, dan dalam hal ini kaum sufi yang meyakini bahwa Tuhan bisa dilihat juga berpendapat seperti ini. Tidak berarti bahwa ketika kaum sufi berkesempatan memandang Allah, lalu kedudukan Allah menjadi rendah. Semua manusia memposisikan Tuhan sesuai kadarnya masing-masing makanya dengan segala keyakinannya menampatkan TUhan ditempat yang tdak terjangkau agar kedudukan Tuhan tetap tinggi. Lalu, kalau Tuhan sudah sangat tinggi tidak dapat dijangkau, untuk apa adanya Tuhan?

Tuhan tidak sekedar sesuatu yang disembah, tapi Dia adalah sosok yang akrab dengan kita, tempat kita berkeluh kesah dan sahabat yang paling setia. Nabi Ibrahim menjadi “Khalilullah” Sabahat Allah karena kedekatan Beliau dengan Allah, lalu apakah hanya Ibrahim satu-satunya manusia yang layak menjadi Sahabat Allah? Nabi Muhammad terkenal sebagai “Habibullah” lalu apakah hanya Muhammad satu-satunya manusia yang layak menjadi kekasih Allah? Nabi Musa dikenal dengan “Kalamullah” orang yang diajak berbicara oleh Allah, apakah hanya Nabi Musa yang mengalami seperti itu. Bagaimana dengan kita yang awam, orang-orang yang bukan Nabi, apakah tidak boleh berhubungan dengan Allah dengan akrab?

Kaum sufi yang akrab dengan Tuhan juga tidak merasa dirinya hebat, tidak merasa dirinya suci dan mulia bahkan disetiap saat dengan kesadaran penuh dia merasa sebagai hamba yang hina, dhoif, papa tidak bisa apa, hanya karena kemuarahan hati TUhan saja yang membuat mereka bisa melakukan banyak hal di dunia ini. Kaum Sufi tidak pernah meyakini bahwa TUhan bisa menjadi manusi dan manusia karena kesuciannya bisa menjadi Tuhan, bahwa manusia itu bisa mencapai kedudukan mulia TUhan adalah pendapat diluarorang lain terhadap pemahaman Sufi. Kesalahan dalam memahami Wahdatul Wujud inilah kemudian yang membuat kaum sufi mendapat tuduhdan sebagai kelompok sesat dari orang-orang yang tidak memahaminya.

Kaum Sufi, dari manapun dia berasal dalam berhubungan dengan Allah tetap memakai meode yang diajarkan oleh Rassulullah yaitu lewat Wasilah. Karena tidak mungkin manusia bisa berhubungan dengan Allah tanpa ada unsur atau alat yang diberikan Allah. Dia yang Maha tinggi tidak mungkin dijangkau oleh manusia yang penuh dengan dosa dan kekurangan. Dalam hal ini seluruh manusia mempunyai kayakinan yang sama, termasuk Sufi. Allah yang Maha Pemurah memberikan “Alat Komunikasi” antara manusia dengan Dia yaitu berupa Nur Allah yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Nur tersebut setelah Nabi Muhammad wafat diberikan kepada para ulama pewaris Nabi, dengan itulah manusia bisa berhubungan dengan TUhan. Sebagai alat komunikasi, Wasilah bukanlah ciptaan manusia, bukan pula manusia, tapi dia adalah sesuatu yang berasal dari sisi Allah. Inilah yang disebut dalam Al-Qur’an sebagai Tali Allah, yang pangkalnya ada pada Allah dan ujungnya ada pada kekasih-Nya. Jangankan Allah yang merupakan Cahaya Maha Tinggi, berhubungan dengan cahaya yang nampak saja harus ada alatnya. Gelombang radio atau televisi ciptaan manusia tidak bisa diterima tanpa adanya alat penerimanya apalagi Cahaya Allah yang begitu Tinggi.

Nabi bukanlah sekedar penyampai wahyu, tapi Beliau adalah pembawa Wasilah yang berasal dari sisi Allah sebagai media penyambug manusia dengan Allah. Hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan langsung, tanpa perantara. Hubungan langsung yang dimaksud tentu saja hubungan dengan menggunakan metode yag tepat, metode yang telah disampaikan dan digunakan oleh Rasulullah SAW. Umumnya hubungan langsung yang diyakini oleh manusia secara umum, dia merasa yakin aja bahwa Tuhan yang disembah itu benar. Mulai dari dia bisa beribadah, dia meyakini yang disembah dalah Allah. Apkah memang demikian? Dari mana dia bisa tahu kalau yang berdiri didepannya itu sosok Iblis yang juga terdiri dari cahaya. Berpuluh-puluh tahun dia meyakini telah menyembah Allah lewat Shalat dan ibadah lainnya, ternyata yang disembah Iblis karena dia tidak bisa membedakan antara Allah dan Iblis. Ibadahnya berupa shalat itu diberi ganjaran Neraka oleh Allah karena yang disembah bukan Allah.

Apakah Iblis tidak bisa masuk kedalam Mesjid? Jangankan dalam mesjid atau rumah kita, kedalam surga pun dia bisa bolak balik, bebas keluar masuk. Jadi, kesmbongan kita menolak wasilah, menyembah Allah dengan metode Rasulullah ini yang menyembabkan kita mudah disusupi setan yang sangat Halus. Ingat, Nabi Adam digoda oleh Iblis bukan di Pasar Malam atau di Mall, tapi di dalam Surga yang dipagari oleh para Malaikat.

Kaum Sufi tidak ragu sedikitpun dia dalam beribadah karena dia sudah bisa membedakan antara Allah dan yang bukan Allah karena dia telah berjumpa dengan Allah. Bagi mereka Allah bukan hanya Maha Gaib (Al-Ghaibi) namun juga Maha Nyata (AD-Dzahir) seperti yang tertulis dalam Asmaul Husna. Bagi orang yang baru menempuh jalan kepada Allah (Thariqatullah), paling tidak dia telah mempunyai pembimbing (Mursyid) yang setiap saat akan menuntun dan membimbing dia kepada Allah secara zahir dan bathin. Godaan dan gangguan secara bathin dengan izin Allah akan mendapat Syafaat ( Bantuan) dari Guru Mursyid yang rohaninya selalu bersama rohani Rasulullah dan otomatis selalu bersama Allah.

Jadi, belum terlambat bagi siapapun kita yang belum menggunakan metode berhubungan dengan Allah berupa Wasilah untuk segera mencari Guru Pembimbing agar ibadahnya menjadi sempurna dan diterima oleh Allah SWT.

sumber : http://sufimuda.net/2012/03/07/wasilah-cara-berjumpa-dengan-allah/

Sabtu, 07 Februari 2015

MENYUSURI ALAM AKHIRAT

Tatkala nyawa-nyawa telah dihidupkan kembali, mereka kemudian mencari jasadnya masing-masing. Selama seribu tahun mereka menunggu keputusan Allah SWT sambil duduk, seribu tahun sambil berdiri seribu tahun sambil menengadah terus-menerus, dan seribu tahun sambil menunduk terus-menerus.
Mereka pun bertanya, "Ke manakah kita pergi?"

Mereka segera dihimpunkan ke Padang Mahsyar. Orang-orang kafir dan berdosa terendam oleh banjir peluhnya sendiri. Di padang mahsyar orang yang mula-mula berusaha ialah Nabi Ibrahim as. Beliau bergantung dengan asap ‘Arsy yang naik lalu menyeru:
"Tuhanku dan Penguasaku! Aku adalah khalil-Mu Ibrahim. Kasihanilah kedudukanku pada hari ini! Aku tidak meminta kejayaan Ishak dan anakku pada hari ini."
Allah Ta’ala berfirman: "Wahai Ibrahim! Adakah kamu melihat Kekasih mengazab kekasihnya."

Nabi Musa as datang. Beliau bergantung dengan asap ‘Arsy yang naik lalu menyeru:
"Kalam-Mu. Aku tidak meminta kepada-Mu melainkan diriku. Aku tidak meminta saudaraku Harun. Selamatkanlah aku dari kacau balau Jahanam!"

Isa as datang di dalam keadaan menangis. Beliau pun bergantung dengan ‘Arsy lalu menyeru:
"Tuhanku… Penguasaku.. Penciptaku! Isa roh Allah. Aku tidak meminta melainkan diriku. Selamatkanlah aku dari kacau balau Jahanam!" Suara jeritan dan tangisan semakin kuat.

Nabi Muhammad SAW menyeru: "Tuhanku.. Penguasaku Penghuluku…! Aku tidak meminta untuk diriku. Sesungguhnya aku meminta untuk umatku dari-Mu!"
Ketika itu juga, neraka Jahanam berseru: "Siapakah yang memberi syafaat kepada umatnya?" Neraka pula berseru: "Wahai Tuhanku… Penguasaku dan PenghuluKu! Selamatkanlah Muhammad dan umatnya dari siksaannya! Selamatkanlah mereka dari kepanasanku, bara apiku, penyiksaanku dan azabku! Sesungguhnya mereka adalah umat yang lemah. Mereka tidak akan sabar dengan penyiksaan." Malaikat Zabaniah menolaknya sehingga terdampar di kiri ‘Arsy. Neraka sujud di hadapan Tuhannya.

Allah Ta’ala berfirman: "Di mana matahari?" Maka, matahari dibawa menghadap Allah Ta’ala. la berhenti di hadapan Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman kepadanya, "Kamu! Kamu telah memerintahkan hamba-Ku untuk sujud kepada kamu?"
Matahari menjawab. "Tuhanku! Maha Suci diri-Mu! Bagaimana aku harus memerintahkan mereka berbuat demikian sedangkan aku adalah hamba yang halus?"
Allah Ta’ala berfirman: "Aku percaya!"
Allah Ta’ala telah menambahkan cahaya dan kepanasannya sebanyak 70 kali lipat, la telah didekatkan dengan kepala makhluk.

Ibnu Abbas berkata: "Peluh manusia bertiti dan sehingga mereka berenang di dalamnya. Otak-otak kepala mereka menggeleggak seperti periuk yang sedang panas. Perut mereka menjadi seperti jalan yang sempit. Air mata mengalir seperti air mengalir”.

Suara ratap umat-umat manusia semakin kuat. Nabi Muhammad SAW lebih-lebih lagi sedih. Air matanya telah hilang dan kering dari pipinya. Sekali, baginda SAW sujud di hadapan ‘Arsy dan sekali lagi, baginda SAW rukuk untuk memberi syafaat bagi umatnya. Para Nabi melihat keluh kesah dan tangisannya.
Mereka berkata: "Maha Suci Allah! Hamba yang paling dimuliakan Allah Ta’ala ini begitu terbebani akan hal keadaan umatnya”.

Dari Thabit Al-Bani, dari Usman Am Nahari berkata: "Pada suatu hari Nabi SAW menemui Fatimah Az-Zahara’ r.h. Baginda SAW dapati, dia sedang menangis.
Baginda SAW bersabda: "Permata hatiku! Apa yang menyebabkan dirimu menangis?"
Fatimah menjawab "Aku teringat akan firman Allah Ta’ala, “Dan, kami akan menghimpunkan, maka Kami tidak akan mengkhianati walau seorang dari mereka."

Lalu Nabi SAW pun menangis. Baginda SAW bersabda: "Wahai permata hatiku! Sesungguhnya, aku teringat akan hari yang terlalu dahsyat Umatku telah dikumpulkan pada hari kiamat dikelilingi dengan perasaan dahaga dan telanjang Mereka memikul dosa mereka di atas belakang mereka Air mata mereka mengalir di pipi."

Fatimah r.h. berkata: "Wahai ayah Apakah wanita tidak merasa malu terhadap lelaki?"

Baginda SAW menjawab: "Wahai Fatimah! Sesungguhnya, hari itu, setiap orang akan sibuk dengan nasib dirinya. Adapun aku telah mendengar Firman Allah Taala "Bagi setiap orang dari mereka, di hari itu atau satu utusan yang melalaikan dia. ( Abasa: 37)

Fatimah ra. bertanya: "Di mana aku hendak mendapatkanmu di hari kiamat nanti, wahai ayahku?"
Baginda SAW menjawab. "Kamu akan menjumpaiku di sebuah telaga ketika aku sedang memberi minum umatku."

Fatimah r.h. bertanya lagi: "Sekiranya aku dapati engkau tiada di telaga?"

Baginda SAW bersabda: "Kamu akan menjumpaiku di atas Shirat sambil dikelilingi para Nabi. Aku akan menyeru: "Tuhan Kesejahteraan! Tuhan Kesejahteraan! Para malaikat akan menyambut: "Aamiin." Ketika itu juga, terdengar seruan dari arah Allah Ta’ala lalu berfirman: "Niscaya akan mengikuti kata-katanya pada apa yang kamu sembah." Setiap umat akan berkumpul dengan sesuatu yang mereka sembah. Ketika itu juga, neraka Jahanam melebarkan tengkuknya lalu menangkap mereka sebagaimana burung mematuk kacang.

Apabila seruan dari tengah ‘Arsy terdengar, maka manusia yang menyembah-Nya datang beriring. Sebagian dari orang yang berdiri di situ berkata: "Kami adalah umat Muhammad SAW!" Allah Ta’ala berfirman kepada mereka: "Mengapa kamu tidak mengikuti orang yang kamu sembah?" Mereka berkata: "Kami tidak menyembah melainkan Tuhan Kami. Dan, kami tidak menyembah selain-Nya" Mereka ditanya lagi: "Kamu mengenali Tuhan kamu?" Mereka menjawab: "Maha Suci diriNya! Tiada yang kami kenali selainNya."

Apabila ahli neraka dimasukkan ke dalamnya untuk diazab, umat Muhammad SAW mendengar bunyi pukulan dan jeritan penghuni neraka. Lalu malaikat Zabaniah mencela mereka. Mereka berkata: "Marilah kita pergi meminta syafaat kepada Muhammad SAW!"
Manusia berpecah kepada tiga kumpulan.
  1. Kumpulan orang tua yang menjerit-jerit.
  2. Kumpulan pemuda.
  3. Wanita yang bersendirian mengelilingi mimbar-mimbar.
Mimbar para Nabi didirikan di atas kawasan lapang ketika kiamat. Mereka semua berharap kepada mimbar Nabi Muhammad SAW. Mimbar Nabi Muhammad SAW terletak berdekatan dengan tempat berlaku kiamat, la juga merupakan mimbar yang paling baik, besar dan cantik. Nabi adam as dan isterinya Hawa berada di bawah mimbar Nabi SAW.

Hawa melihat ke arah mereka lalu berkata: "Wahai Adam! Ramai dari zuriatmu dari umat Muhammad SAW serta cantik wajah mereka. Mereka menyeru "Di mana Muhammad?" Mereka berkata: "Kami adalah umat Muhammad SAW. Semua umat telah mengiringi apa yang mereka sembah Hanya tinggal kami saja. Matahari di atas kepala kami. la telah membakar kami. Neraka pula, cahaya juga telah membakar kami. Timbangan semakin berat. Oleh itu tolonglah kami agar memohon kepada Allah Ta’ala untuk menghisab kami dengan segera! Sama halnya kami akan pergi ke sorga atau neraka."

Nabi Adam as berkata: "Pergilah kamu dariku! Sesungguhnya aku sibuk dengan dosa-dosaku. Aku mendengar firman Allah Ta’ala: Dan dosa Adam terhadap Tuhannya karena lalai”.
Mereka berjalan selama seribu tahun. Mereka pergi berjumpa nabi Nuh as yang telah berumur, umur yang panjang dan sangat sabar. Mereka menghampirinya. Tatkala Nabi Nuh as melihat mereka, dia berdiri.

Pengikut (umat Nabi Muhammad SAW) berkata: "Wahai datuk kami, Nuh! Tolonglah kami kepada Tuhan kami agar Dia dapat memisahkan di antara kami dan mengutuskan kami dari ahli sorga ke sorga dan ahli neraka ke neraka."

Nabi Nuh as berkata: "Sesungguhnya, aku sibuk dengan kesalahanku. Aku pernah mendoakan agar kaumku dimusnahkan. Aku malu dengan Tuhanku. Pergilah kamu berjumpa Ibrahim kekasih Allah Ta’ala! Mintalah kepadanya agar menolong kamu!"
Nabi Ibrahim as berkata: "Sesungguhnya aku pernah berbohong di dalam usiaku sebanyak tiga pembohongan di dalam Islam. Aku takut dengan Tuhanku. Pergilah kamu berjumpa Musa as! Mintalah pertolongan darinya!"

Nabi Musa as berkata: "Aku sibuk dengan kesalahanku. Aku pernah membunuh seorang nyawa tanpa hak Aku membunuhnya bukan dari kemauanku sendiri. Aku dapati dia melampaui batas terhadap seorang lelaki Islam. Aku ingin memukulnya. Aku terperanjat kerana menyakitinya lalu menumbuk lelaki tersebut, la jatuh lalu mati. Aku takut terhadap tuntutan dosaku Pergilah kamu berjumpa Isa as!"

Mereka pergi berjumpa nabi Isa a.s. Nabi Isa a.s. berkata: "Sesungguhnya Allah Ta’ala telah melaknat orang-orang Kristen. Mereka telah mengambil aku, ibuku sebagai dua Tuhan selain Allah Ta’ala. Hari ini, aku malu untuk bertanya kepada Nya mengenai ibuku Maryam."
Maryam, Asiah, Khadijah dan Fatimah Az-Zahra’ sedang duduk. Ketika Maryam melihat umat Nabi Muhammad SAW dia berkata: "Ini umat Nabi Muhammad SAW. Mereka telah sesat dari Nabi mereka."

Suara Maryam, telah didengar oleh Nabi Muhammad SAW, Nabi Adam a.s. berkata kepada nabi Muhammad SAW. "Ini umatmu, wahai Muhammad! Mereka berkeliling mencarimu untuk meminta syafaat kepada Allah Taala."

Nabi Muhammad SAW menjerit dari atas mimbar lalu bersabda: "Marilah kepadaku, wahai umatku! Wahai siapa yang beriman dan tidak melihatku. Aku tidak pernah lari dari kamu melainkan aku sentiasa memohon kepada Allah Ta’ala untukmu!" Umat Nabi Muhammad SAW berkumpul di sisinya.

Terdengar suara seruan: "Wahai Adam! Kemarilah kepada Tuhanmu!" Nabi Adam as berkata: "Wahai Muhammad! Tuhanku telah memanggilku. Moga moga Dia akan meminta kepadaku." Nabi Adam as pergi menemui Allah Taala.

Allah Ta’ala berfirman kepadanya: "Wahai Adam! Bangunlah dan antarkan anak- anakmu ke neraka!" Nabi Adam as bertanya: "Berapa banyak untukku kirimkan?" Allah Taala berfirman: Setiap seribu lelaki kamu antarkan seorang ke sorga, 999 orang ke neraka "

Allah Ta’ala berfirman lagi: "Wahai Adam! Sekiranya Aku tidak melaknat orang yang berdusta dan Aku haramkan pembohongan, niscaya Aku akan mengasihi anakmu keseluruhannya. Akan, tetapi, Aku telah janjikan sorga bagi orang yang mentaati-Ku Neraka pula bagi orang yang mendurhakai-Ku. Aku tidak akan memungkiri janji Wahai Adam! Berhentilah di sisi mizan (timbangan)”.

Umat Nabi Muhammad menangis memohon kepada Nabi Muhammad saw, katanya, "Tuan, engkau yang kami harapkan memohonkan keputusan kepada Tuhan Yang Esa, karena kami sudah terlalu lama menderita, Tuan. Berjalan berdesak-desakan melalui jalan yang panjang; pergi dari satu nabi ke nabi yang lain, dan tidak ada yang mau bersedia memohonkan keputusan kepada Tuhan yang menciptakan. Semuanya berkata, ‘Aku sendiri sangat malu dan takut memohonkan keputusan kepada Tuhan’ "

Nabi Muhammad saw berucap, "Betul perkataanmu dan pengharapanmu. Itulah gunanya keberadaanku, yaitu memohonkan syafa’at kepada Tuhan yang empunya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Mahamurah dan Mahakasih menaruh kasih kepada hamba-Nya."

Bergembiralah mereka mendengar penjelasan dari nabi kita. Lalu Nabi Muhammad saw pergi menemui Allah SWT. Di hadapan Allah SWT, Nabi saw bersujud dan memuji tak henti-hentinya, dan berkata, "Yang aku mohon kepada-Mu, Tuhan, berikanlah keputusan karena sudah terlalu lama di Padang Mahsyar."

Setelah berkata demikian, Nabi saw bersujud dan memuji kembali. Allah SWT berfirman kepada beliau, "Pergilah Muhammad, adililah semua hamba yang hina dina itu agar masuk sorga hamba yang mulia dan benar, serta masuk neraka hamba yang tak mendengar apa yang tertulis dalam Kitab yang diturunkan ke alam dunia."

Demikianlah, orang yang tertipu dengan kehidupan dunia, dan tidak berbuat amal kebaikan, dan menyangka Tuhan tidak akan membalas perbuatan baik dan buruknya.
Rasulullah saw kembali kepada orang-orang yang tengah menunggu keputusan itu. Kemudian beliau memisahkan orang-orang yang diketahui banyak berbuat dosa dan banyak berbuat kebaikan. 

Orang-orang yang terbukti bersalah bergemetar hebat ketakutan, karena akan dimasukkan ke dai am neraka. Mereka sudah melihat ombak lautan api yang siap melahapnya di atas jembatan shirathal mustaqim. Melewati jembatan itu, orang harus menjalaninya selama tiga tahun. Lebih kecil daripada sehelai rambut. Lebih tajam daripada sebilah pedang. Di bawahnya terdapat binatang-binatang buas yang siap memangsanya. Orang-orang bersalah tertunduk menangis seraya berkata, "Inilah balasannya, karena aku tidak mau mendengar pengajaran dari para ulama. Tidak mendengar apa yang dikatakan dalam Kitab yang telah diturunkan ke dunia."

Dipisahkanlah orang-orang kafir dan Kristen, orang Islam yang tidak shalat. dan orang munafik berbaris memanjang. Ada yang dirantai kemudian diikat satu dengan yang lainnnya, lalu dimasukkan ke dalam neraka.

Jibril bertanya kepada Rasul saw mengenai batasan umatnya. Mereka adalah, kata Nabi saw, orang yang dapat mengucapkan dua kalimat syahadat. Namun tidak semuanya langsung masuk sorga, melainkan banyak yang dimasukkan ke neraka terlebih dahulu.

Setelah dipisahkan, Rasul saw pun datang kepada Allah SWT untuk melaporkannya. Dan Rasulullah saw juga memohon kepada Allah untuk membawa umatnya masuk ke dalam sorga bersama-sama Rasul saw. Allah pun mengabulkan keinginan Rasulullah saw itu.

Umat Muhammad saw berbaris berdasarkan bendera yang dibawa pimpinannya. Kelompok Kelompok itu berjumlah hingga 400.000 kelompok. Mereka berjalan menuju ke sorga. Namun, masih banyak umat Nabi saw yang tidak terbawa. Mereka tidak bisa mengangkat kakinya di Padang Mahsyar. Matanya pun Buta. Demikianlah nasib orang-orang Islam yang tidak mempedulikan ajaran-ajaran agamanya dalam kehidupannya di dunia.

Rombongan Nabi saw dan umatnya kini telah sampai di Telaga Al- Kautsar. Di sana sudah tersedia cawan-cawan untuk meminum air telaga. Rombongan pun meminumnya. Setelah itu, mereka berjalan lagi menuju ke sungai madu. Di sini pun mereka singgah untuk menikmatinya. Dari sungai ini, perjalanan dilanjutkan ke sungai susu. Semuanya menikmati air susu yang tidak terhingga kenikmatannya itu. Selanjutnya, perjalanan menuju ke sungai Salsabil, yang bebatuannya adalah permata hijau. Seperti yang dilakukan sebelumnya, di tempat ini pun rombongan menikmati terlebih dahulu air sungai yang’amat-sangat nikmatnya itu.

Kemudian rombongan menjumpai sebuah pohon yang teramat besarnya. Terdapat bermacam-macam buah-buahan yang tumbuh di pohon itu. Umat Nabi saw bertanya kepada beliau, "Apa namanya pohon yang besar itu, yang hanya satu batangnya, namun berlainan cabang-cabangnya? Daunnya tidak terlihat kalau digenggam tetapi kalau dibentangkankan dapat menutupi dunia ini”.
Nabi Muhammad saw menjawab, "Itulah yang dinamakan pohon Tuba di sorga yang memiliki bermacam-macam rasa dari setiap jenis bebuahannya. Setelah rombongan memakan buah-buahan itu, segera tumbuh kembali buah-buahan yang baru.

Di sorga, masing-masing penghuninya diberi sebuah istana yang disertai dengan 70 bidadari. Para bidadari itu (akan) menghibur para penghuni sorga dengan mendendangkan lagu-lagu yang diiringi dengan musik-musik yang sangat merdu. Mereka seluruhnya dalam kegembiraan yang sangat.
Sementara itu, Jibril diperintahkan oleh Allah SWT untuk menemui umat Nabi Muhammad saw yang masih tertinggal di Padang Mahsyar dalam keadaan yang sangat memprihatinkan itu. "Siapa Tuhanmu dan siapa nabimu, sehingga kamu ditinggal di Padang Mahsyar?" tanya Jibril kepada mereka. "Tidak kuketahuilah siapa Tuhanku dan tidak kuingatlah nabiku. Engkaulah yang kami pertuhankan dan engkaulah juga nabi kami," jawabnya.

Segera setelah itu, Jibril kembali ke hadirat Allah SWT, lalu melaporkan, "Ada sangat banyak umatnya Muhammad saw di Padang Mahsyar, tidak dapat mengangkat kakinya dan gelap penglihatannya, sehingga tidak dapat dilihat ke mana perginya bendera nabinya. Aku menanyainya, siapa Tuhanmu dan nabimu; lalu mereka menjawabnya bahwa tidaklah kuketahui Tuhanku dan tidak kuingat nabiku. Engkaulah yang kami pertuhankan dan engkaulah juga nabi kami, (katanya kepadaku)." Mendengar laporan tersebut, Allah SWT memerintahkan Jibril untuk menyeret mereka semua ke neraka.

Setelah tujuh ratus tahun lamanya mereka menetap di neraka, Allah SWT memerintahkan Jibril untuk meninjau ke dalam neraka. Di depan api neraka yang bergolak, Jibril menyuruh api agar sedikit bergesar, "Geser-geserlah sedikit, neraka, supaya dapat kulihat ke bawah orang yang tengah disiksa itu."
Mundurlah semua api neraka itu. Jibril bertanya kepada para penghuni neraka, "Siapa sesungguhnya yang engkau pertuhankan dan yang engkau jadikan nabimu?"
Para penghuni neraka yang beragama Islam, namun banyak dosanya itu bersujud seraya berkata, "Tidak kuketahui Tuhanku, dan tidak kuingat lagi nabiku."
Jibril berkata iagi, "Bukankah yang engkau jadikan nabi itu adalah yang bernama Muhammad?"
Para penghuni neraka menyahut, "Itulah nabiku yang dinamakan Muhammad.
Jibril menanyai lagi, "Kalau begitu, mengapa engkau tidak sama-sama masuk ke dalam sorga?"
"Aku tidak melaksanakan semua yang diperintahkan Tuhan saat aku berada di dunia. Itulah sebabnya sehingga kami dihukum," jawab penghuni neraka.

Jibril kembali menghadap kepada Allah SWT untuk melaporkan hasil peninjauannya ke neraka. Kemudian Allah SWT memerintahkannya untuk menemui Nabi Muhammad saw di sorga. Membicarakan mengenai keberadaan umatnya di neraka. Ketika diberitahukan mengenai hal itu, perasaan Nabi saw sangat terharu mendengarnya.
"Adakah umatku yang masuk ke neraka?" tanya Nabi saw kepada Jibril.
"Ada sangat banyak yang masih tertinggal berceceran di Padang Mahsyar, mereka tidak dapat mengangkat kakinya dan gelap penglihatannya. Tidak dilihat ke mana perginya bendera nabinya. Lalu aku pergi menanyakan kepada mereka, "Siapa Tuhanmu dan siapa nabimu, la menjawab kepadaku, ‘Tidak kuketahuilah Tuhanku dan tidak kuingat nabiku. Engkaulah yang kami pertuhankan dan engkaulah juga yang kami jadikan nabi. Lalu Tuhan menyuruh aku membawanya ke neraka."
Nabi Muhammad saw berujar, "Duduklah semua, aku pergi bersama Jibril menghadap Tuhan!”.

Tiba di hadapan Allah SWT, Nabi saw bersujud seraya menangis, pintanya, "Kasihanilah aku, ya Tuhan. Berikanlah kepada umatku yang masuk ke dalam neraka (kasih sayang-Mu)." Allah SWT pun mengabulkan permohonan kekasih-Nya itu. Nabi saw segera mendatangi neraka. Kemudian meminta kepada Malaikat Zabaniyah agar membukakan pintu neraka.
"Bergeserlah sedikit api neraka, supaya dapat kulihat umatku," ujar Nabi saw kepada neraka. Setelah diketahui siapa saja umat nabi, beliau pun menjulurkan sorbannya. Dengan sorban itu, beliau menarik orang- orang Islam yang berdosa yang akan diselamatkan.
"Marilah kita pergi ke sumur Al-Kautsar, mandi dan cucilah bekas api neraka, serta minumlah supaya tidak haus lagi"

Betapa bahagianya orang-orang itu mendengar ucapan Nabi saw itu. Selesai mereka berada di Telaga Al-Kautsar, Nabi Muhammad saw membawanya ke sungai madu, sungai susu, dan sungai arak, untuk menikmati masing-masing airnya sebelum mereka masuk ke sorga.
Di dalam sorga, mantan penghuni neraka itu sama seperti yang lainnya, mereka dianugerahi berbagai macam ke-nikmatan.

Namun, di antara mereka ada yang mengeluhkan tanda lobang didahinya sebagai suatu tanda mantan penghuni neraka. Kepada Nabi Muhammad saw mereka mengadukan keluhannya Mendengar keluhan pada umatnya tersebut, Nabi saw segera menyampaikannya langsung kepada Allah SWT. Allah SWT pun menanggapinya;
firman-Nya, "Bawalah mereka Muhammad ke sungai yang bernama Hatoma, dan mandikanlah di sana supaya keluar lobang dahinya itu."
Di sungai Hatoma, mantan penghuni neraka itu pun mandi. Karena kemurahan Allah SWT, lobang di dahi mereka pun dapat hilang.

Di dalam sorga, kegiatan para penghuninya lebih banyak bersenang-senang seraya bertandang ke setiap istana. Bersilaturahmi ke setiap para penghuni sorga. Mereka berbincang-bincang mengenai pengalamannya selama di dunia.
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Mu’allif dari Anas bin Malik, Rasulullah saw bersabda, "Adalah di dalam sorga pekan-pekannya tidak ada satu pun yang melakukan jual beli (perniagaan), akan tetapi hanya diisi saling mengunjungi dan menceritakan pengalamannya masing-masing selama di dunia."

Pada hari Sabtu, kaum bapak mengunjungi ke istana anak-anaknya. Hari Ahad, kaum ibu berkunjung ke anak-anaknya. Hari Senin, semua murid bersilaturahmi ke istana-istana gurunya. Hari Selasa, giliran guru-gurunya yang bertandang ke istana murid-muridnya. Pada hari Rabu, seluruh umat nabi pergi berkunjung ke istana setiap nabinya. Pada hari Kamis, giliran para Nabi yang mengunjungi umatnya. Hari Jum’at, seluruh umat penghuni sorga datang ke istana Nabi Muhammad saw.
Diriwayatkan, Rasulullah saw bersabda, "(Demi Allah) Tuhan yang nyawaku berada di tangan kodrat-Nya, tiada satu jua pun yang terlebih besar (kenikmatannya) daripada isi sorga yang lain, selain memandang Allah SWT. Itulah hari yang lebih besar daripada seluruh hari (di dalam sorga). Dan dijadikannya oleh Allah Ta’ala di dalam Sorga Jannatul Firdaus pada suatu tempat pertemuan yang bernama Kasibal Abyazar yang terbuat dari Kesturi.

Dari istana Nabi saw itu, mereka diajak oleh beliau menemui Allah SWT. Nabi Muhammad saw menggunakan Buroq sebagai kendaraannya. Yang lain pun menaiki kendaraannya masing-masing.
Di pintu sorga, mengetahui rombongan penghuninya akan menemui Tuhannya, para Malaikat melaporkan, "illahi, hamba-hamba-Mu yang benar telah datang. Laki-laki, perempuan, anak-anak, orang tua, hendak menyembah."

Allah SWT berfirman, "Aku mengasihi semua hamba-Ku yang menyembah-Ku, dan Aku mengasihi semua hamba-Ku yang mengasihi Aku. Aku memuliakan kamu semua dan semua malaikat”.

Kemudian para nalaikat menjemput para penghuni sorga. Para nabi ditempatkan di mimbar kehormatan yang terbuat dari emas yang ditatah dengan permata yang beraneka ragam coraknya. Para fuqaha ditempatkan di palaka perak. Orang-orang mukmin menempati kursi kehormatan. Orang-orang shidiq menempati permadani. Selanjutnya mereka duduk di
kursi-kursi yang memiliki tujuh puluh mahkota. Setiap mahkotanya berisi tujuh puluh macam makanan yang beraneka ragam rasa dan jenisnya. Diberinya pula buah-buahan. Mereka pun makan bersama-sama.

Allah SWT bertanya kepada Malaikat dan Penghuni sorga, "Siapakah yang akan memberi mereka minum?’

Kemudian berdirilah Nabi Adam a.s., "Kalau saya yang disuruh, maka sayalah yang akan memberi minum.

Allah berfirman, "Yang (harus) memberi mereka minum ialah yang lebih mulia daripada engkau."

Lalu Nabi Nuh a.s. berdiri dan berkata, "Akulah neneknya seluruh nabi yang diutus. Kalau saya yang disuruh, maka sayalah yang memberi mereka minum."

"Allah menanggapinya, "Yang memberi mereka minum iaiah yang lebih mulia daripada engkau."

Kini giliran Nabi Ibrahim a.s. yang berdiri, "Akulah, ya Tuhan, nabi-Mu, yang paling Engkau kasihi. Kalau saya yang disuruh, maka sayalah yang memberi mereka minum."

Allah menjawab, "Yang memberi mereka minum ialah yang lebih mulia daripada engkau."
Nabi Musa menawarkan diri pula, "Akulah, ya Tuhan, nabi-Mu yang engkau temani berbicara di dunia. Kalau saya yang disuruh, maka sayalah yang memberi mereka minum," Allah SWT tetap belum memenuhi keinginan Nabi Musa sekalipun.

"Akulah, ya Tuhan, nabi-Mu yang naik ke langit. Kalau saya yang disuruh, Maka sayalah yang memberi minum," Nabi Isa menawarkannya pula.
Namun tetap, Allah belum berkenan memenuhi keinginan nabi-nabi-Nya tersebut.

Terakhir yang mengajukan diri adalah Nabi Muhammad saw. Pintanya, "Akulah nabi-Mu yang sangat Engkau kasihi, dan akulah juga nabi-Mu yang menutup antara seluruh nabi yang diutus. Dan aku juga penghulu seluruh nabi yang diutus. Kalau saya yang disuruh, maka sayalah yang memberi mereka minum."
Namun, belum ada seorang pun yang termasuk yang dikehendaki Allah firman-Nya, "Yang memberi mereka minum adalah yang lebih mulia daripada engkau."

Nabi saw bertanya, "Siapa lagi yang lebih mulia daripada saya?’
Allah SWT menjawab, "Nanti Tuhannya yang akan memberi mereka minum dengan piala yang bersih kepada hamba yang mulia dan takut kepada Tuhannya." Maka berdatanganlah piala piala emas itu dari atas ‘Arsy, kemudian mendekat pada mulut mereka masing masing.

Kemudian Allah SWT berfirman, "Tuhanmu yang memberikan kepada kamu piala-piala emas." Mereka pun meminum suguhan dari Tuhannya itu.
"Aku gantikan semua (pakaianmu), dan Aku juga memasangimu gelang, banyaknya tujuh puluh gelang dan cincin emas di jarinya yang bertuliskan.
Pertama, berbunyi, "sejahtera kepada kamu, sentosalah kepada kamu, diamlah kamu di dalam sorga kekal selama-lamanya". Kedua, tulisan cincinnya berbunyi, "selamat/amanlah kamu semua di dalam sorga". Ketiga, tulisan cincinya berbunyi, "sorga adalah balasan dari perbuatanmu". Keempat, berbunyi, "Aku memakaikan kamu pakaian yang beraneka ragam". Kelima, berbunyi, "engkau sudah mendapat semua yang engkau ingini". Keenam, berbunyi, "Kutiadakan semua yang menyusahkan". Ketujuh, berbunyi, "Aku memperisterikan kamu dengan bidadari". Kedelapan, berbunyi, "Aku menempatkan kamu sekampung dengan seluruh nabi". Kesembilan, "Aku memperlihatkan (kepada) kamu seluruh nabi sehingga kamu kelihatan muda kembali’. Kesepuluh, "Aku menempatkanmu sekampung dengan orang yang tidak akan pernah sakit". Kemudian Tuhan berfirman, "Aku hendak memberikan kepada hamba-Ku wewangian di atas kursinya.
Sesudah itu, Tuhan Yang Maha Pemurah berfirman, "Apalagi janjiku yang belum Kupenuhi bagi yang melakukan kebaikan? Aku sudah memberi kamu sorga dan kebenaran. Mintalah, maka Aku akan memberikannya kepadamu."

Para penghuni sorga berkata, "Yang kuminta, ya Allah, ialah supaya suka cita kami lebih disempurnakan, demikian juga kasih Allah terhadap seluruh hamba-Nya yang mulia."
Kemudian mereka ditulis dengan cahaya terang yang berlapis-lapis. Setelah itu. barulah Tuhan Yang Maha Murah kasihnya menyatakan diri kepada hamba yang disayangi-Nya itu. Para penghuni sorga itu berkata, "Sudah terang penglihatanku kepada Allah yang menciptakan. Sudah kulihat dan di mana-mana ada karyanya. Sudah kulihat Allah sesungguhnya tidak memiliki tempat. Semua datang mengabdi kepada Tuhan, yang menciptakan, yang lebih sempurna sifat-Nya dan Pemilik satu-satunya."

Kemudian firman Allah rang Maha Pemurah kepada hamba-Nya, "Kamu hidup dan tidak mati."
Sangat bersuka-citalah para penghuni sorga itu mendengar firman Penciptanya. Lalu datang burung-burung hinggap di muka mereka. Menari sambil terbang melayang-layang di atas pintu. Terdengar juga suara-suara musik dan nyanyian yang bermacam-macam, sehingga bergembiralah mereka mendengarnya. Setelah dirasa cukup puas berada di hadapan Allah SWT, mereka pun kembali ke istananya masing-masing. Dirasakanlah oleh mereka wajahnya yang semakin indah saja setelah menghadap Tuhan. Dalam kesempatan itu, Allah SWT bertajalli, menampakan diri-Nya kepada penghuni sorga. Begitu sangat nikmatnya mereka memandangnya.
(Asep Teja Setia Somantri)

HANYA ADA TUHAN

Akhirnya...................
Jalan untuk bertemu Tuhan adalah jalan kemuliaan yang terangnya melebihi tujuh triliun sinar matahari. Namun di jalan itu terselubung penghalang, tirai, hijab yang tebalnya melebihi tujuh triliun tubuh matahari pula. Itu adalah jalan penaklukan keinginan yang luar biasa banyaknya. Bila tidak dibantu oleh Sang Konseptor Kehidupan ini (Tuhan) dijamin tidak mungkin kita dan semua makhluk mampu untuk menemui-Nya. Beruntunglah, Tuhan tidak pelit untuk menampakkan diri-Nya. Dia siap untuk membuka diri bagi mereka yang rindu perjumpaan.

Perjalanan untuk bertemu dengan Tuhan memerlukan proses, tahapan, tingkatan. Ini bertujuan agar manusia memiliki kesiapan mental, kesadaran dan pengetahuan sehingga mampu untuk melangkah ke tingkat-tingkat selanjutnya. Berikut akan aku paparkan proses yang kulalui untuk bertemu Tuhan. Karena urusan Ketuhanan sangat subyektif maka di sini tidak ada bahasa obyektif. Bila ada kesalahan itu semata-mata oleh kebodohan saya, dan bila ada benarnya itu semua karena hidayah dan petunjuk dari Tuhan.

Proses awal untuk bertemu Tuhan adalah memiliki niat untuk bertemu Tuhan. Ibarat engkau ingin bertemu dengan kekasih, maka pertama engkau harus memiliki niat awal dan memelihara niat itu seterusnya. Niat itu haruslah niat yang mantap, konsisten, tidak berubah-ubah. Tinggalkan niat-niat lain yang sifatnya sementara dan temporer. Engkau harus percaya bahwa memiliki niat untuk bertemu dengan Tuhan berarti memiliki niat untuk bertemu dengan Sumber dari Segala Sumber Hidup. Apabila niat sudah ditancapkan dalam hati, Tuhan tidak tinggal diam. Dia akan memberi petunjuk dan jalan yang harus dilalui oleh manusia. Satu petunjuk diberikan, manusia harus bersyukur dan selanjutnya dia perlu meneguhkan niat kedua untuk menjalani perjalanan selanjutnya. Perjalanan masih sangat sangat sangat panjang.

Apa tujuan untuk bertemu dengan Tuhan? Ingin sakti? Ingin memperoleh mukjizat? Ingin kebahagiaan? Ingin kekayaan? Ingin berkuasa melebihi kekuasaan yang dimiliki orang lain? Ingin keselamatan dunia dan akhirat? Ingin hidup kekal dan abadi? Ingin mencintai-Nya secara tulus? Itu semua adalah keinginan-keinginan yang biasanya hadir pada diri engkau sebagai manusia.
Bila tujuan engkau bertemu Tuhan masih diseputar keinginan-keinginan tersebut, Tuhan tidak mungkin ditemukan. Semua keingian di atas adalah hijab/tirai/penghalang yang mengganggu perjalanan. Menetapkan tujuan untuk bertemu dengan Tuhan sangat sulit untuk dijelaskan, sebab menetapkan tujuan membutuhkan pemurnian kehendak-kehendak manusia yang cenderung kotor, egois dan hanya untuk kepentingan sementara yang ujung-ujungnya sangat sepele dan iseng.

Menetapkan tujuan oleh karenanya membutuhkan pengetahuan. Pengetahuan itu diolah dengan pikiran, rasa, pancaindera yang tuntas dan total. Pengetahuan untuk menghayati darimana manusia berasal, dimana dia sekarang dan kemana engkau akan pergi. Pengetahuan tentang agama cukup penting untuk menetapkan tujuan bertemu Tuhan sebab agama menawarkan keluasan pengetahuan tentang hal-hal yang ghaib. Namun pengetahuan agama saja tanpa dihayati dan dijalani dengan sepenuh hati juga sia-sia karena bisa terjebak pada dogmatisme yang sempit. Bila diperkenankan oleh Tuhan, pada kesempatan kali ini saya ingin mengatakan kepada Pembaca yang Budiman bahwa tujuan untuk bertemu dengan Tuhan adalah “tidak ada tujuannya” kecuali untuk pertemuan itu sendiri. Bukan karena dilatarbelakangi oleh embel-embel keinginan apapun karena saat muncul keinginan di situ jebakan nafsu akan terjadi.

Bila tujuan untuk bertemu Tuhan sudah diketahui, sampailah engkau di tahap berikutnya yaitu memulai perjalanan. Daya-daya kemanusiaan yang sudah mulai hidup, kemudian dijalankan. Ada beragam cara untuk memulai perjalanan. Engkau perlu menjalani syariat agama sesuai dengan keyakinan terdalam di hati. Syariat adalah rambu-rambu/hukum boleh tidak boleh/ halal haram dan seterusnya. Namun, engkau boleh memiliki cara lain memulai perjalanan. Misalnya, engkau belum mengenal agama atau engkau tidak percaya lembaga-lembaga formal keagamaan karena merasa terhegemoni kebebasanmu untuk mencari dan mengekspresikan diri secara total, maka engkau boleh tidak memakai agama apapun.

Yang perlu engkau lakukan adalah memiliki cara otentik yang sesuai dengan jati dirimu. Perlu diketahui bahwa Tuhan Maha Suci, Maha Besar, Maha Segala Maha… tidak seperti manusia yang memiliki kesempitan pandangan dan keyakinan. Sehingga tidak pada tempatnya untuk menyalahkan dan memberi stempel dan cap kepada mereka yang tidak menggunakan cara-cara agama untuk bertemu dengan Tuhan. Sama dengan perjalanan menuju tempat dan waktu tertentu, maka perjalanan bertemu dengan Tuhan membutuhkan bekal. Bahkan bekalnya tidak sulit ditemui karena hanya perlu hati yang ikhlas dan sabar. Ikhlas dan sabar mudah diucapkan tapi sulit dilaksanakan bila belum sampai pada tahap spiritual selanjutnya.

Perjalanan untuk bertemu Tuhan bukanlah perjalanan meninggalkan dunia, meninggalkan keramaian, meninggalkan isteri dan anak. Perjalanan bertemu Tuhan adalah perjalanan hidupmu dan hidupku sehari-hari, mengarahkan tujuan dan menjalaninya sesuai dengan tahapan-tahapan perjalanan. Bila perjalanan kita masih sampai di dunia, ya berarti kita mengolahnya agar tujuan yang ditetapkan tidak salah arah. Dunia ini adalah terminal sementara untuk kemudian berlanjut ke perjalanan akhirat. Sebelum di dunia, kita berada di alam ruhani yang lain. Itulah sebabnya, alam dunia ini ruhani kita diberi tempat yang berupa jasad atau tubuh kita. Saat kita lahir di dunia, ruh itu ditiupkan Tuhan untuk kemudian menghuni rumah yaitu jasad. Umur jasad tidak lama dan ruh kemudian secara otomatis mengembara ke alam lain yang ghaib, yang tidak kasat mata, yang halusnya tidak bisa diraba. Namun bisa dirasakan keberadaannya dengan hati nurani yang hidup. Insya Allah…

Salah satu alat ruh untuk berkomunikasi dengan ruh-ruh yang lain adalah dengan kesadaran. Kesadaran yang hidup oleh pemberian dan karunia Tuhan. Tanpa ijin Tuhan, ruhmu dan ruhku tidak mampu untuk berbuat banyak untuk menimbang dan menilai apapun yang ada di semesta ini. Alam ruh adalah alam yang tiada batas, alam yang tidak mampu dirangkum lagi oleh keterbatasan ruang dan waktu, Alam ruh adalah alam yang tanpa dimensi lagi, alam yang tidak mampu dibahasakan lagi oleh otak dan pikiranku yang terbatas sebab ruh itu dalam genggaman-Nya.

Perjalanan hidup adalah perjalanan untuk bertemu dengan Tuhan. Rahasia demi rahasia pun terungkap satu demi satu. Kita menemukan makna dan makna itu memberikan kemanfaatan buat perjalanan hidup yang kekal. Tidak hanya kemanfaatan bagi hidupku, namun kemanfaatan bagi hidupmu, hidup semua ruh dan semua kekasih Tuhan. Aku ada demi engkau, demi mereka, demi alam semesta ciptaan Tuhan.

Akhirnya kita sampai pada akhir perjalanan bertemu Tuhan. Perjalanan itu ternyata perjalanan ruhani berakhir ke satu titik. Konsentrasi ke satu pusat pandangan namun menyebar seluruh titik di alam semesta. Tidak ada kau, tidak ada mereka, tidak ada aku dan tidak ada semuanya! SEMUANYA TIDAK ADA….

Ya Allah, aku tersungkur
Ya Allah, aku tidak merasakan apa-apa
Ya Allah, aku tidak ada
Ya Allah, mereka tidak ada
Ya Allah, semuanya tidak ada
Tidak ada apa-apa …
ALLAH, ALLAH, ALLAH................................................

PENCIPTAAN NUR MUHAMMAD

Suatu hari Sayidina Ali, karamallahu wajhahu, misan dan menantu Nabi Suci SAW bertanya,
"Wahai (Nabi) Muhammad, kedua orang tuaku akan menjadi jaminanku, mohon katakan padaku apa yang diciptakan Allah Ta’ala sebelum semua makhluk ciptaan?"
Beliau menjawab : "Sesungguhnya, sebelum Rabbmu menciptakan lainnya, Dia menciptakan dari Nur-Nya nur Nabimu."

Di Hadist yang lain, yang diiiwayatkan dari Abdurrazaq ra yang diterimanya dari Jabir ra, bahwa Jabir pernah bertanya kepada Rasulullah saw, "Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku, apakah yang mula-mula sekali Allah jadikan?".
Rasulullah saw menjawab : "Sesungguhnya Allah ciptakan sebelum adanya sesuatu adalah nur Nabimu dari Nur-Nya."

Nur Muhammad itu sudah ada sebelum adanya segala sesuatu di alam ini. Nur Muhammad dianugerahi tujuh lautan : Laut Ilmu, Laut Latif, Laut Pikir, Laut Sabar, Laut Akal, Laut Rahman, dan Laut Cahaya.
Dia kemudian membagi Nur ini menjadi empat bagian Dari bagian pertama Dia menciptakan Pena. dari bagian kedua lawhal-mahfudz, dari bagian ketiga ‘Arsy”.
Kini telah diketahui bahwa ketika Allah menciptakan lawhal-mahfudz dan Pena. Pada pena itu terdapat seratus simpul, jarak antara kedua simpul adalah sejauh dua tahun perjalanan. Allah kemudian memerintahkan Pena untuk menulis, dan Pena bertanya, "Ya Allah, apa yang harus saya tulis?"
 Allah berfirman, “Tulislah : la ilaha illallah,Muhammadan Rasulullah”.

Atas itu Pena berseru, "Oh, betapa sebuah nama yang indah, agung Muhammad itu bahwa dia disebut bersama Asma Mu yang Suci, ya Allah".
Allah kemudian berfirman, "Wahai Pena, jagalah kelakuanmu ! Nama ini adalah nama Kekasih-Ku, dari Nurnya Aku menciptakan ‘Arsy dan Pena dan lawhal-mahfudz; kamu, juga diciptakan dari Nurnya. Jika bukan karena dia, Aku tidak akan menciptakan apapun”.

Ketika Allah SWT telah mengatakan kalimat tersebut, Pena itu terbelah dua karena takutnya kepada Allah, dan tempat dari mana kata-katanya tadi keluar menjadi tertutup/terhalang, sehingga sampai dengan hari ini ujungnya tetap terbelah dua dan tersumbat, sehingga dia tidak menulis, sebagai tanda dari rahasia Ilahiah yang agung.

Kemudian Allah memerintahkan Pena untuk menulis "Apa yang harus saya tulis, Ya Allah?" bertanya Pena. Kemudian Rabb al Alamin berkata, "Tulislah semua yang akan terjadi sampai Hari Pengadilan !”.
Berkata Pena, "Ya Allah, apa yang harus saya mulai?". Berfirman Allah, "Kamu harus memulai dengan kata-kata ini: Bismillah al-Rahman al-Rahim."

Dengan rasa hormat dan takut yang sempurna, kemudian Pena bersiap untuk menulis kata-kata itu pada Kitab (lawh al-mahfudz), dan dia menyelesaikan tulisan itu dalam 700 tahun.
Ketika Pena telah menulis kata-kata itu, Allah SWT berfirman "Telah memakan 700 tahun untuk kamu menulis tiga Nama-Ku; Nama Keagungan-Ku, Kasih Sayang-Ku dan Empati-Ku. Tiga kata-kata yang penuh barakah ini saya buat sebagai sebuah hadiah bagi ummat Kekasih-Ku Muhammad. Dengan Keagungan-Ku, Aku berjanji bahwa bilamana abdi manapun dari ummat ini menyebutkan kata Bismillah dengan niat yang murni, Aku akan menulis 700 tahun pahala yang tak terhitung untuk abdi tadi, dan 700 tahun dosa akan Aku hapuskan.”

“Sekarang (selanjutnya), bagaian ke-empat dari Nur itu Aku bagi lagi menjadi empat bagian: Dari bagian pertama Aku ciptakan Malaikat Penyangga Singgasana (hamalat al-‘Arsy); Dari bagian kedua Aku telah ciptakan Kursi, majelis Ilahiah (Langit atas yang menyangga Singgasana Ilahiah, ‘Arsy); Dari bagian ketiga Aku ciptakan seluruh malaikat (makhluk) langit lainnya.”
“kemudian bagian keempat Aku bagi lagi menjadi empat bagian: dari bagian pertama Aku membuat semua langit, dari bagian Kedua Aku membuat bumi-bumi, dari bagian ketiga Aku membuat jinn dan api.”

“Bagian keempat Aku bagi lagi menjadi empat bagian : dari bagian pertama Aku membuat cahaya yang menyoroti muka kaum beriman; dari bagian kedua Aku membuat cahaya di dalam jantung mereka, merendamnya dengan ilmu ilahiah; dari bagian ketiga cahaya bagi lidah mereka yang adalah cahaya Tawhid (Hu Allahu Ahad), dan dari bagian keempat Aku membuat berbagai cahaya dari ruh Muhammad SAW”.

Ruh yang cantik ini diciptakan 360.000 tahun sebelum penciptaan dunia ini, dan itu dibentuk sangat (paling) cantik dan dibuat dari bahan yang tak terbandingkan Kepalanya dibuat dari petunjuk, lehernya dibuat dari kerendahan hati. Matanya dari kesederhanaan dan kejujuran, dahinya dari kedekatan (kepada Allah). Mulutnya dari kesabaran, lidahnya dari kesungguhan, pipinya dari cinta dan kehati-hatian, perutnya dari tirakat terhadap makanan dan hal-hal keduniaan, kaki dan lututnya dari mengikuti jalan lurus dan jantungnya yang mulia dipenuhi dengan rahman.

Ruh yang penuh kemuliaan ini diajari dengan rahmat dan dilengkapi dengan adab semua kekuatan yang indah. Kepadanya diberikan risalahnya dan kualitas kenabiannya dipasang. Kemudian Mahkota Kedekatan Ilahiah dipasangkan pada kepalanya yang penuh barokah, masyhur dan tinggi di atas semua lainnya, didekorasi dengan Ridha Ilahiah dan diberi nama Habibullah (Kekasih Allah) yang murni dan suci.

Kemudian Allah SWT menciptakan sebuah pohon yang dinamakan Syajaratul Yaqin. Tangkainya berjumlah empat. Kemudian diletakanlah Nur Muhammad pada pohon tersebut. Namun, kehadiran Nur Muhammad, itu membuat pohon bergetar hebat hingga berubah menjadi permata putih. Sedangkan Nur Muhammad memuji bertasbih ke hadirat Allah Ta’ala 70.000 tahun lamanya. Pada permata tersebut, Nur Muhammad mencoba bercermin. Wajahnya begitu indah dilihat. Bentuknya seperti burung merak, dan pakaiannya demikian indah. Dihiasi dengan berbagai perhiasan. Kemudian ia bersujud lima kali.

Allah SWT melihatnya, membuat Nur tersebut merasa malu dan takut. Lalu keluar keringat dari kepalanya. Dari keringat tersebut Allah SWT menciptakan nyawa malaikat. Dari keringat wajahnya, diciptakanlah nyawa ‘Arsy, matahari, bulan, bintang, dan apa-apa yang ada di langit. Keringat dadanya menjadi bahan untuk menciptakan nyawa para rasul, nabi, wali, ulama, dan orang orang shaleh. Adapun keringat yang muncul dari keningnya, diciptakanlah nyawa orang-orang mukmin dari umat Nabi Muhammad saw. Dari keringat kedua telinganya, diciptakan oleh Allah SWT nyawa orang-orang Yahudi, Nasrani, dan orang-orang kafir, dan sesat. Sedangkan keringat kakinya di antaranya menjadi isi bumi.

Pada waktu selanjutnya Allah SWT menciptakan lentera akik yang merah yang cahayanya menembus ke dalam dan keluar. Lalu Nur Muhammad dimasukkan ke dalam lentera tersebut. Berada di dalamnya dalam posisi berdiri. Sementara nyawa-nyawa yang sudah tercipta berada di luar. Seluruhnya membaca "Subhanallaahi wal hamdulillaahi wa laa ilaaha illallaahu wallahu akbar". 1.000 tahun lamanya nyawa-nyawa itu diperintahkan Allah SWT untuk melihat ke diri Nur Muhammad.

Nyawa yang berhasil melihat kepala Nur Muhammad, maka ia akan ditakdirkan menjadi pemimpin/penguasa. Siapa yang melihat ubun-ubunnya, itulah mereka yang akan menjadi guru/pendidik yang jujur. Siapa yang melihat matanya, ia akan menjadi hafidz (penghapal Al Quran).
Mereka yang memandang telinganya akan menjadi mereka yang menerima peringatan dan nasehat. Adapun yang bisa melihat hidungngya, mereka itu akan menjadi ahli bicara atau dokter. Sedangkan mereka nyawa-nyawa yang berhasil melihat bibir Nur Muhammad, ia akan ditakdirkan menjadi seorang menteri. Nyawa yang melihat bagian giginya maka wajahnya kelak akan cantik rupawan, ia yang bisa melihat lidahnya, akan jadilah utusan/duta raja-raja. Apabila yang dilihat lehernya, ditakdirkanlah menjadi orang berdagang dan usahawan. Apabila tengkuk yang bisa dilihatnya, akan jadilah seorang tentara. Mereka yang berhasil melihat kedua lengan tangannya, maka akan jadi perwira. Jika sikut kanannya yang dilihat, Allah SWT akan menjadikan dirinya berkehidupan dalam dunia tekstil, sedangkan kalau sikut Kirinya, ia akan menjadi orang yang pernah membunuh. Serta, jika dadanya yang berhasil dilihat, maka ia akan menjadi ulama yang disegani. Bila bagian belakang, ia akan ditakdirkan menjadi para ahli sosial kemasyarakatan. Dan jika hanya bayangannya yang berhasil dilihat, maka ia akan menjadi orang yang berkecimpung dalam bidang seni.
 Barang siapa melihat tenggorokannya yang penuh barokah akan menjadi khatib dan mu’adzin (yang mengumandangkan adzan). Barang siapa memandang janggutnya akan menjadi pejuang di jalan Allah. Barang siapa memandang lengan atasnya akan menjadi seorang pemanah atau pengemudi kapal laut. Siapa yang melihat tangan kananya akan menjadi seorang pemimpin, dan siapa yang melihat tangan kirinya akan menjadi seorang pembagi (yang menguasai timbangan dan mengukur suatu kebutuhan hidup).
Siapa yang melihat telapak tangannya menjadi seorang yang gemar memberi; siapa yang melihat belakang tangannya akan menjadi kolektor. Siapa yang melihat bagian dalam dari tangan kanannya menjadi seorang pelukis; siapa yang melihat ujung jari tangan kanannya akan menjadi seorang calligrapher, dan siapa yang melihat ujung jari tangan kirinya akan menjadi seorang pandai besi. Siapa yang melihat dadanya yang penuh barokah akan menjadi seorang terpelajar meninggalkan keduniaan (ascetic) dan berilmu.
Siapa yang melihat punggungnya akan menjadi seorang yang rendah hati dan patuh pada hukum syari’at. Siapa yang melihat sisi badannya yang penuh barokah akan menjadi seorang pejuang. Siapa yang melihat perutnya akan menjadi orang yang puas, dan siapa yang melihat lutut kanannya akan menjadi mereka yang melaksanakan ruku dan sujud. Siapa yang melihat kakinya yang penuh barokah akan menjadi seorang pemburu, dan siapa yang melihat telapak kakinya menjadi mereka yang suka bepergian. Siapa yang melihat bayangannya akan mejadi penyanyi dan pemain saz (lute).
Semua yang memandang tetapi tidak melihat apa-apa akan menjadi kaum takberiman, pemuja api dan pemuja patung. Mereka yang tidak memandang sama sekali akan menjadi mereka yang akan menyatakan bahwa dirinya adalah tuhan, seperti Namrudz, Firaun, dan sejenisnya.
Kini semua ruh itu diatur dalam empat baris. Di baris pertama berdiri ruh para nabi dan rasul, a.s, di baris kedua ditempatkan ruh para orang suci, para sahabat, di baris ketiga berdiri ruh kaum beriman, laki – laki dan perempuan. Di baris ke empat berdiri ruh kaum tak beriman.
Semua ruh ini tetap berada dalam dunia ruh di hadhirat Allah SWT sampai waktu mereka tiba untuk dikirim ke dunia fisik. Tidak seorang pun tahu kecuali Allah SWT yang tahu berapa selang waktu dari waktu diciptakannya ruh penuh barokah Nabi Muhammad sampai diturunkannya dia dari dunia ruh ke bentuk fisiknya itu.

Diceritakan bahwa Nabi Suci Muhammad SAW bertanya kepada malaikat Jibril , "Berapa lama sejak engkau diciptakan?" Malaikat itu menjawab, "Ya Rasulullah, saya tidak tahu jumlah tahunnya, yang saya tahu bahwa setiap 70.000 tahun seberkas cahaya gilang gemilang menyorot keluar dari belakang kubah Singgasana Ilahiah: sejak waktu saya diciptakan cahaya ini muncul 12.000 kali."
"Apakah engkau tahu apakah cahaya itu?" bertanya Nabi Muhammad SAW
"Tidak, saya tidak tahu," berkata malaikat itu.
"Itu adalah Nur ruhku dalam dunia ruh, jawab Nabi Suci SAW”.
Pertimbangkan kemudian, berapa besar jumlah itu, jika 70.000 dikalikan 12.000 !

catatan :
Beberapa kalangan dalam ummat Islam mempersoalkan konsep Nur Muhammad (Cahaya Muhammad atau Ruh Muhammad) sebagai suatu konsep yang tidak memiliki dasar dalam ‘aqidah Islam. Padahal, berdasarkan data-data yang kuat, konsep Nur Muhammad adalah suatu konsep ‘aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah yang diterima dan diakui oleh ijma’ (konsensus) ulama ilmu kalam dan ulama’ tasawwuf dalam kurun waktu yang panjang, sebagai suatu konsep yang memiliki sumber dalilnya dari Qur’an dan Hadits Nabi sallallahu ‘alayhi wasallam. Konsep ‘aqidah Nur Muhammad salallahu ‘alayhi wasallam menyatakan antara lain bahwa cahaya atau ruh dari Nabi Besar Muhammad sallallahu ‘alayhi wasallam adalah makhluk pertama yang diciptakan sang Khaliq, Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang kemudian darinya, Dia Subhanahu wa Ta’ala menciptakan makhluk-makhluk lainnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut Rasulullah sallallahu ‘alayhi wasallam sebagai Nuur (cahaya), atau sebagai "Siraajan Muniiran" (makna literal: Lampu yang Bercahaya).

MENGELILINGI LANGIT BERSAMA NABI SULAIMAN

“Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan. Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman". (Q.S. 27:15)

Nabi Sulaiman adalah seorang nabi yang kehidupannya banyak diliputi oleh keajaiban-keajaiban. Dari mulai pengalaman mistisnya hingga kepemilikan kekayaan duniawinya begitu mencengangkan siapapun. Tentunya sebagai seorang nabi, itu semua adalah karena mukjizat yang datang dari Allah SWT semata untuk membuktikan kebenaran kenabiannya, yang memang kondisi pada jaman itu menghendaki seorang nabi memiliki keajaiban-kejaiban sedemikian. Berikut ini kisahnya ketika Sulaiman a.s. diajak oleh seorang Raja Jin untuk mengelilingi langit.

Sejak kecil Nabi Sulaiman a s. telah diperkenalkan kepada dunia-dunia lain selain dari dunia ini. Tersebutlah kisahnya ketika ibunda Nabi Sulaiman a.s., yang memiliki kenalan seorang raja jin yang bernama Thoyib, mengajukan suatu keinginan kepadanya,
"Wahai Raja, mengapa anakku, Sulaiman, kau diamkan saja. Ajaklah ia berkeliling-keliling untuk bertamasya melihat-lihat ke pulau-pulau yang ghaib-ghaib, agar ia tahu alam yang halus-halus di seluruh samudera dan di seluruh gunung yang penuh dengan keindahan dan penuh dengan keajaiban dilihat oleh mata biasa itu."

Hal itu disebabkan karena Sulaiman a s., meskipun masih remaja, akan tetapi sudah diangkat menjadi seorang raja. Tamu-tamu banyak berdatangan ke istananya. Ibunya khawatir menyaksikan Sulaiman kecapaian menghadapi tamu-tamu yang datang silih berganti itu. Agar anaknya dapat melepaskan sejenak kejenuhan kesehariannya, maka sang ibunda meminta Raja Thoyib untuk itu.
"Apa yang menjadi kehendak Sang Puteri akan saya laksanakan," demikian Raja Thoyib menyanggupi permintaan Ibunda Sulaiman.

Mulailah Nabi Sulaiman berangkat bersama Raja Thoyib ke alam lain dengan menunggang kereta kuda singgasana yang besar yang terbuat dari kaca yang bening seperti gelas, bercahaya gemerlapan dari kilaunya komala yang indah. Bagian depannya dilapis emas yang bercahaya pula. Melesatlah kereta kencana Nabi Sulaiman as. bersama Raja Thoyib ke angkasa. Selama tiga ratus tahun perjalanan, apabila dilakukan oleh makhluk biasa, namun oleh mereka hanya dalam sekejap saja.
Tempat yang pertama didatangi adalah hamparan samudera lautan yang biru bergantung di sebelah atas, terdapat pula gunung-gunungnya yang membiru. Nabi pun berucap syukur ke hadirat Allah SWT atas kebesaran alam yang dilihatnya. Ada pula laut yang berwarna kuning, bergelombang, berombak; ada juga lautan seperti emas bercahaya. Nabi pun keheranan, serta bertanya kepada Raja Thoyib,
"Paman Raja, laut apakah itu yang senantiasa bercahaya?" Jawab sang Raja, "Itulah asal muasal segala kencana dari kencana yang telah diciptakan sebagai keraton Banujin tatkala itu. Dinamakan dengan Sayhub. Adapun yang senantiasa bergerak-gerak putih bercahaya gemilang itu disebut dengan Samudera Kisthi, ialah asal-mula perak. Tetapi emas dan perak yang ada di dunia bukanlah berasal dari sini. Mereka itu bukan dari bumi. la adalah emas dan perak milik setan Sunu atau anak setan yang sekarang berdiam di tempat itu."

Samudera jin itu kelihatan begitu bening. Cahayanya berkilauan dan mengeluarkan bau harum. Terletak dekat Samudera Bubur Kemenyan. Tempat yang lainnya lagi adalah “Telaga Kastu", beningnya bagaikan beningnya kaca; wangi baunya semerbak di sekitarnya. Ada lagi Samudera Kembang di dekat tempat itu. Di dalam samudera ini merupakan tempat berkumpulnya kembang-kembangan dengan bunga-bunganya yang beraneka ragam, beserta kumbang-kumbangnya.
Tempat itu semua merupakan sarana atau tempat jin dan setan untuk mengambil bahan-bahan wewangian, dan Tuhan apabila berkehendak akan menyiramkan sari-sari bunga. Seperti hujan air mawar misalnya, airnya itu akan diambil dari sana, jadi merupakan persedian untuk hal itu.

Kemudian terlihat pula ada gunung-gunung ratna, gunung suwasa, gunung biduri, gunung angkik berhadapan dengan gunung belerang merah. Gunung kaca gemilang berkilap jernih. Itu adalah kaca cermin ketika terjadi, apabila terdapat bintang mendekatinya maka akan menjadi hancur. Apabila kelihatan dari dunia, benda itu akan memancar dan disebutnva dengan teja sulaksa.

Terlihat lagi sekelebat gunung baja, dan gunung batu berhadapan dengan kemenyan serta gunung rumput bertebaran amat sangat luasnya. Gunung rumput itu apabila sewaktu-waktu ada bintang berputar mendekati ia akan terbakar. Dengan terbakarnya rumput-rumput itu maka menimbulkan kepulan-kepulan asap. Dan apabila rumput habis terbakar maka asap pun akan berhenti pula," ungkap Raja Thoyib, ‘peristiwa ini di dunia oleh manusia terkenal dengan sebutan ‘Bintang Kukus’ atau ‘Bintang Berekor’, karena tentu saja mereka melihatnya dari jarak jauh."

Kemudian sekelebatan lagi melihat gunung timah, gunung tembaga, dan yang paling ujung kelihatan gunung mega, apabila didekatkan akan kelihatan hujan. Dan apabila tersibak oleh cahaya matahari akan menimbulkan pelangi yang indah sekali.
Katanya lagi, "Manusia di dunia menamakannya juga dengan pelangi atau bianglala. Sesungguhnya timbulnya bianglala ini disebabkan dari air hujan yang terbias oleh cahaya matahari, itulah maka timbul pelangi, apabila mendungnya itu luas, maka akan kelihatan pelanginya itu melengkung mengikuti biasan cahaya mataharinya.

Perjalanan mereka dilanjutkan kembali. Lalu ada lagi yang terlihat, yaitu gunung sinar. Sinarnya begitu dingin. Bertumpuk-tumpuk seraya berkerlap-kerlip; terang redup-terang redup. Ada lagi terlihat gunung embun. Airnya sangat dingin. Berhadapan dengan gunung api dan gunung bara. Di antara keduanya terdapat gunung belerang. Di sana keluar minyak yang meleleh. "Itulah sesungguhnya (gunung embun) yang memberi embun kepada dunia. Dan apabila Ilahi berkehendak, akan menghujani dengan api serta bara kepada yang telah dikehendaki Ilahi agar dilakanat-Nya. Itulah sebagai persediaannya dan sewaktu-waktu, saat-saat rembulan dekat melewatinya, asap belerang itu akan meleleh deras panas serta tinggi daya kekuatannya. Apabila jatuh ke dunia, misalnya, jatuhnya di gunung atau di lautan, suaranya bergemuruh terdengar oleh manusia. Manusia yang tidak menemui akalnya akan menamainya dengan ‘andaru’ jatuh."
Nabi Sulaiman tertawa lucu seraya berkata, "Yah, memang jauh sekali dari kebenarannya. Manusia di dunia banyak sekali salah terka."

Dalam perjalanan berikutnya, terlihat pula telaga susu. Di ujungnya kelihatan mengental. Sang Nabi pun bertanya, "Pamanku yang mulia, apakah itu sebenarnya? Lautan itu kelihatan amatlah sangat putih?"
Lalu Raja Thoyib menjawab, "Itu adalah samudera hayat. Kelak samudera hayat inilah yang akan menghujani tempat manusia-manusia yang telah mati, dan akan bangun hidup kembali. Peristiwa itu adalah kelak setelah hancurnya dunia (kiamat). Manusia menyebutnya dengan putih-putihnya langit dan kelihatan pada malam hari apabila cuaca terang dan bintang bergemerlapan. Mereka biasa mengatakannya dengan ‘kayu rapuk’, katanya.
“Manusia hanya beraninya mengira-ngira saja, sebab mereka tidak tahu sendiri," ungkap Raja Thoyib. Nabi Sulaiman tersenyum lalu terlihatlah di sebelah kanan ada lautan lagi yang melebihi hitamnya warna hitam. Begitu pekatnya terlihat.
"Lautan yang hitam airnya itu disebabkan terhalang oleh bayangan ikan Kuthil Bahmut. Merupakan ikat pinggang bumi dan langit," kata Raja Thoyib.

Ada lagi samudera yang berwarna merah dan mendidih. Samudera ini adalah berisi air darah. Ada pula samudera yang penuh dengan marjan, mutiara, dan akar bakar. Ada samudera yang tidak berisi air, melainkan cuma pasir belaka. Terdapat pula lautan biji-bijian, biji sawi, biji lada dan cabai. Di tempat itu biasa digunakan oleh jin dan setan mengambil bumbu-bumbuan. Ada juga lautan mustika putih dan buah majakan akar delima yang digunakan sebagai tempat jin dan setan biasa mencari kebutuhan akan rasa sepet.

Perjalanan pun dilanjutkan kembali lagi; lebih tinggi. Berkilat-kilatan bagaikan petir. Hingga sampailah di sebuah pulau. Mereka mendatangi kaki gunung Jabal Qaf’ yang begitu indahnya. Rumah-rumahnya terbuat dari emas, begitu pula lembah-lembahnya. Jalan-jalannya terbuat dari emas; serba lebar dan bersih mengkilat. Menur, intan di sepanjang jalan, pakajah jumanten, kerikil mirah dan mirah wulung. Gunung dan emas suasa. Angin mengalir semilir mewangi. Hujannya pun adalah air mawar yang begitu wangi. Air sungainya juga beraneka ragam warnanya Dengan ikan-ikannya yang aneh. Berbadan emas, bersisik kencana, beludru, halus, dan sebagainya.
Rajanya memiliki bala tentaranya yang sangat banyak. Mereka adalah dari bangsa makhluk halus. Seluruhnya berkudrat penuh kesaktian. Perumahannya pun menggantung di udara. Di bawah dan di atasnya memancar cahaya bagaikan bintang-bintang berkelipan. Bergerak dari bawah ke atas berurut.
Nabi Sulaiman begitu takjub menyaksikan keajaiban tersebut. Menurut keterangan, Raja Thoyib itu adalah negara Umared, negeri Buneja Wartaka. Rajanya bernama Sultan Nar Kurera.

Perjalanan dilanjutkan ke arah yang lebih jauh. Segera mereka mendapati sebuah hamparan luas bagaikan kilatan sutera dewangga yang temaram yang warnanya tak pernah luntur Nabi Sulaiman a.s. pun bertanya,
"Wahai Paman, tirai sutera apakah itu sesungguhnya? Bagaimana pula cerita asal-mulanya itu?"
Raja Thoyib menjawab, "la adalah batas dari keraton Saridatulu yang agung itu. Itu adalah sorga dari Sultan Nar Kurera dengan dibatasi oleh tirai-tirai yang indah itu. Selamanya tirai itu tak akan rusak dan luntur. Selamanya memiliki keajaiban. Kesaktiannya adalah seluruh setan tidak akan bisa memasuki ke dalam batas dari padang indah itu. Apabila ada setan yang memaksa ingin memasukinya maka setan akan termakan api dan hancur leburlah menjadi debu, tetapi masya Allah, memang serba ghaib, apabila debu-debu itu telah menjauh lagi dari tempat tirai itu, maka kembalilah setan itu hidup selamat kembali seperti semula.

Seluruh alam yang ada di sana adalah sama, ialah menuju ke tempat sorga dari keraton agung tersebut. Dan Anda ketahuilah, terlebih-lebih akan serba ghaibnya di dalam sana, disebutnya sebagai tempat sorga, tetapi anehnya apa-apa yang ada di sana serba bergelantungan tanpa gagang.
Dan ketahuilah pula bahwa mereka bergerak dan berusik bagaikan manusia. Apabila mereka itu dipanggil, maka akan mendekat dan apabila disuruh pergi mereka akan pulang menjauhi, dan pada berjalan. Dan ketahuilah, mesjid-mesjid yang berdatangan di ‘Arsy juga akan demikian halnya. Perumahannya juga akan demikian. Apabila diperintahkan untuk pergi, maka ia akan bergerak bergeser menjauh, bahkan gunung-gunungnya, apabila diperintahkan berjalan, bergeraklah mereka. Begitu pula pepohonan, kolam-kolam, tembok tembok batas akan dapat berjalan. Diajak berbicara pun akan melayani. Seluruh isinya yang ada di sana bisa berkata-kata. Apabila ditanya, mereka akan menjawab "

Nabi Sulaiman a.s bergumam di dalam hati, "Aku baru menemui hal-ihwal demikian. Kekayaannya tanpa tanding Serba ada, Raja Nur Kurera itu."
Bahkan makanan dan minuman apapun yang telah masuk ke dalam perut, bisa muncul kembali. Ada pula tulang-belulang burung yang dapat hidup kembali. Lalu terdapat duri-duri ikan yang, ketika dibuang ke air, tiba-tiba kembali hidup. Seluruh buah-buahan bergantungan pada tangkai dahannya. Dapat diperoleh cukup, dengan melambai-lambaikan tangan, maka mereka akan mendekat.
Yang aneh lagi, setelah dipetik, pada dahan itu akan segera tumbuh buah yang sama. Tidak ada pergantian musim, tanpa ada musim penghujan, kemarau, dan sejenisnya. Itulah kudrat Ilahi Yang Manakuasa.

Di kesempatan berikutnya, Raja Thoyib mengajak Nabi jalan-jalan ke sebuah tempat pemandian. Begitu indah rupanya. Telaga yang sangat luasnya. Airnya jernih bercahaya. Dari dasar telaga itu berkilauan yang berasal dari pancaran intan komala. Bertenda sutera dewangga berwarna biru laut sangat indahnya. Ciduk tempat mengambil airnya terbuat dari jumanten mulia.
Makhluk-makhluk di tempat ini diberi kelebihan oleh Allah SWT, yakni dapat berganti rupa. Seperti kelebihannya dari para malaikat. Pernah Nabi Sulaiman mengambil sejumput emas, lalu dibuangnya. Teryata emas itu merupakan penjelmaan seorang makhluk, dikarenakan begitu kuatnya ia melakukan tapa. la suci dan bisa menjadi apa pun yang bisa dilihat dan tampak di kejauhan bagaikan bintang dekat, namun tidak kena dicapai oleh kegelapan malam, la, karena kuat bertapanya, maka menjadi sangat lurus sekai dan waspada, la pun mampu memperoleh ilham dari Allah mampu mengetahui apa yang bakat terjadi di dunia sebelum terjadinya.

Ketika berpapasan lagi, ia telah menjelma sebagai seorang Panembahan bangsa Banujan yang tidak terkena mati melainkan nanti apabila hari kiamat. Namun, di hari akhirat kelak, ia akan ditakdirkan tidak bisa merasakan kehangatannya seorang lelaki.
Kini, Raja Thoyib dan Nabi Sulaiaman a.s. tengah menuju ke puncak bukit Jabal Qaf. Di tempat ini, penuh dengan bebatuan jumanten mulia yang menyorot mengkilat. Raja Thoyib berucap kepada Nabi Sulaiman a.s.,
"Duhai Nabi Sulaiman, ketahuilah itu! Biru-biru di angkasa yang terlihat dari bumi kita itu dan lautan-lautan yang ada di angkasa membiru itu adalah sorotnya Jabal Qaf. Kini telah kelihatan di sebelah kiri kanan di bawah dan di atas jagat raya ini, bumi pun telah kelihatan ada dalam ruang lingkup Jabal Qaf ini bagaikan sebuah piring terletak di atas meja."

Di puncak bukit ini mereka dapat melihat bulan dan matahari yang berada di bawah Jabal Qaf. Bila menengadah ke atas terlihat benda-benda bergemerlapan, banyak matahari, bahkan sangat-sangat banyak bulan, demikian pula bintang-bintangnya tidak terbilang. Ternyata menurut Raja Thoyib, itu adalah bayangan pantulan benda-benda ‘Arsy Allah dan serba bercahaya.
Mereka berdua didatangi oleh seorang raja mahluk banujan, saking hormatnya kepada Nabi Sulaiman as. Seluruh bangsa Banujan takluk kepada Nabi Sulaiman as. Nabi dan Raja Thoyib diiring menuju ke Keraton Ajrak dengan iring-iringan yang sangat fantastis. Keraton Ajrak begitu indahnya; melebihi keindahan yang pernah dilihat sebelumnya. Disuguhi dengan makanan yang beraneka macam. Makanannya bercahaya dengan cita rasanya yang berbeda.

Setelah puas di tempat ini, Nabi Sulaiman a.s. mengajak Raja Thoyib melanjutkan perjalanannya mengelilingi langit lagi. Perjalanan pun sampai di sebelah timur laut ‘Arsy. Di kerajaan Banujin. Alam ini telah tercipta sebelum bumi tercipta. Di tempat ini, lebih indah dibanding dengan tempat-tempat sebelumnya. Raja dan keratonnya pun demikian; lebih indah dan sakti dibanding dengan sebelumnya. Di sini merupakan alam Julfah, yaitu sebuah alam yang lebih halus dan tinggi perdabannya. Di alam ini segalanya serba emas Namun, ada yang unik, penghuni alam ini tidak mengenakan pakaian ke atasannya. Raja di sini adalah Raja Farkas.

Mereka berdua disuruh masuk ke dalam keraton Julfah yang begitu indah dan lebih lengkap. Satu singgasana dan keraton yang ada di sini ukurannya seperti luasnya bumi dan langit dunia (lapis pertama). Nabi Sulaiman a.s. dihadiahi pula sebuah singgasana. Langit di sini terbuat dari emas intan yang begitu indah. Di tempat ini, anginnya pun terasa manis dan wangi. Adapula rasa masam, gurih dan sebagainya. Hanya sekadar menikmati dari baunya saja, akan mengenyangkan perut.
Mereka berdua mencoba berkeliling melihat-lihat keadaan sekitarnya. Saat berjalan-jalan ini, mereka mendengar suara-suara tanpa wujud dari berbagai bahasa. Tanya sang Nabi kepada Thoyib,
"Duhai Paman, suara siapakah sesungguhnya itu? Bagaikan suara-suara di dalam negara, suara-suara ramai itu sangat jelasnya tetapi sungguh gaib, tanpa terlihat jenis dan wujudnya. Negara apakah itu sesungguhnya? Aku sangat ingin sekali mengetahuinya."

Raja Thoyib menjawab. "Itu adalah suara dari alam Asna. Ialah salah satu alam kehidupan yang di dalamnya banyak terdapat raja-raja yang lebih mulia dan sangatlah halusnya lebih dari alam kehidupan di alam Julfah ini. Padahal sesungguhnya sama saja mereka itu berwujud dan bernyawa. Bernyawa sukma sejati, mereka sejajar dengan seluruh isi ‘Arsy Ilahi. Di sana selamanya tanpa ada huru-hara dan kedengkian. Kiamat pun mereka tidak terkena kerusakan seperti halnya ‘Arsy yang pada saat-saat kiamat tidak kena kerusakan, abadi ajali selama-lamanya. Seluruh kehidupan selamanya akan selamat dan lestari setata dengan alam kehidupan sorga Ilahi.

Seluruh isi alam Asna sama dengan keadaan di sorga. Makan minumnya mereka itu tanpa buang (air) kotoran. Syahwat terasa sangat nikmatnya, tetapi tanpa mengeluarkan air mani. Apabila beranak, bagaikan diciptakan saja; tanpa lahir. Semua itu seperti adat kebiasaan sorga di Janatun Na’im yang kekal abadi ajali dan indah dan sukar untuk dicari bandingannya Maka Karenanya alam Asna tak terlihat oleh mata, sebab segala isinya merupakan nyawa halus”.

Demikian menurut cerita orang-orang kuno, Asna sesungguhnya tempat bermukimnya nyawa-nyawa yang tidak sembarangan, di mana masuknya di dalam jisim. Oleh karena itu, jadinya kemudian atas jasmani dan rohani. Semua nyawa bersukma asli masih nyawa yang murni, sejenis bangsa yang serba latif, bangsa luhung dan agung, sebagai bangsa kepangeranan. Abadi tidak kena rusak selamanya, ajali abadi (seperti di sorga yang dijanjikan) serba apa yang terjadi (ajeg kang sungkan dumadi). Semakin lama semakin berkembang dan meluas alamnya. Berbeda dengan adat-kebiasaan yang ada di dunia, semakin lama semakin rumit dan semakin berantakan tak karuan."
Nabi Sulaiman ingin sekali mendatangi alam tersebut. Raja Thoyib pun menerima ajakan itu. Dengan kereta kuda kencana tunggangannya mereka melesat pergi ke angkasa raya. Bagaikan kilat cahaya api meteor. Menuju arah barat. Dalam sekejap mereka pun telah sampai di alam Asna. Letaknya di sebelah selatan Gunung Erab. Tempat ini berada di barat daya letak ‘Arsy Allah Taa’la. Di sana jagad Asna terlihat semua.

Keadaan yang dilihatnya seperti intan keseluruhannya. Sorga Asna ini indahnya melebihi keadaan sorga yang ada di alam Julfah. Segala sesuatunya melebihi, bahkan lebih aheng (aneh dan mustahil) dan sakti. Apa yang mereka inginkan pasti dijamin kekabulannya (segala terkabul). Serba membahagiakan dan menyenangkan apa-apa yang telah diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Mencipta singgasana dan alam serba sekejap, sekejap mata ada ciptaan Ilahi. Ciptaan-Nya semakin bertambah, apa yang dikehendaki akan tiba. Terkabul apa yang diminta. Tempat tinggal serba besar, luas, indah dengan kelengkapan sempurna segala isinya. Sangat takjub sang Nabi melihat betapa kekayaan dan kebesaran Ilahi dan berbagai jenis apapun yang ada kelihatan di sana.
Banyaknya alam yang ada, semua situasi dan keadaannya yang beribu-ribu macam. Keringat yang menetes saja akan menjadi segala macam keadaan yang menjadi ajaib. Kemudian apabila setelah selesai mandi, percikan airnya bisa menjadi apa saja, berupa keadaan yang aneh-aneh. Tiap hari semakin bertampah saja keadaan yang serba berkelipan dan berkilauan.

Semakin tambah banyak warna rupanya, bagaikan air sungai yang mengalir tanpa hentinya. Setiap harinya bertambah keadaan yang baru. Mereka yang baru berubah, besok lusa sudah bisa berubah lagi. Dan seterusnya bisa berubah-rubah rupa lagi. Kita bangsa manusia mungkin tidak akan bisa mengerti semuanya. Seluruh persediaan kebutuhan sehari-hari datang membanjiri. Tidak ada istilah berkurang. Abadi tidak terkena kematian. Di tempat ini cahaya berwarna-warni menghiasi.
Di bawah alam Asna, Nabi Sulaiman a.s. melihat terdapat seekor naga terbuat dari intan sebagai ikat pinggang jagad Asna. Naga ini luar biasa besarnya serta bercahaya, la mempunyai sorga dan tempat tinggal tersendiri di tempat yang lebih tinggi. Sinarnya bagaikan cahaya bumi kehijau-hijauan. Nabi pun penasaran menanyakan perihal naga tersebut.
"Sesungguhnya ia adalah raja Bitirin, raja dari segala naga yang ada di dalam sorga mereka. Semua naga akan setia dan sujud kepadanya," ujar Raja Thoyib. Kemudian sang naga memanggil Nabi Sulaiman a.s. dengan suaranya yang menggelegar bagaikan petir.
"Wahai Sulaiman, raja dari seluruh alam, hamba ucapkan do’a dan terimalah ucapan selamat hamba ini. Semoga hamba beserta seluruh naga yang ada di sorga hamba ini dapat diterima sebagai pengabdi dan memperhamba tuan," ucap sang Naga.

Di lain tempat, Nabi melihat sebuah telaga di angkasa. Terlihat pula ikan-ikan intan di dalamnya. Di bagian lainnya terlihat ikan yang begitu besarnya, begitu indahnya bercahaya. Teryata, menurut keterangan Raja Thoyib, itu adalah Raja Katari. la sebagai raja ikan-ikan yang ada di sorga mereka.
Ikan-ikan itu berkata, "Selamat dan berbahagialah wahai Tuanku. Terimalah hamba beserta seluruh ikan-ikan yang ada di dalam sorga hamba ini untuk mengabdikan diri patuh kepada Tuan."
Di tempat lainnya lagi Nabi melihat gunung permata yang sangat indahnya. Di sana banyak dihuni oleh raja-raja mulia, ratu-ratu sakti yang sangat berwibawa. Mereka mengenakan mahkota Badrul Aslaf, berselendang raprapir, indah dan halus, berkain panjang jubah dengan dilengkapi oleh busana permata mirah, la seperti seorang pembesar di alam Julfah. Di mana sesungguhnya alam Julfah itu adalah tiruan dari alam Asna.
Masih di dalam keraton alam Asna, mereka melihat sebuah gunung bercahaya, cahayanya seperti bintang. Terlihat ada juga seorang raja yang begitu gagah sempurna dengan pakaian yang begitu indah. Ada lagi yang pembesar yang lain lagi, namun berjenis wanita. Begitu sempurna kecantikannya.
"Duhai Paman Raja Thoyib, siapakah lagi Raja Puteri itu?" tanya Nabi Sulaiman a.s.
"la adalah Raja Puteri Kokiba, raja seluruh bintang," jawab Raja Thoyib. Raja Puteri pun memberi salam dengan sopannya. Membuat Nabi Sulaiman tertarik kepadanya. Namun, Raja Thoyib segera mengajak Nabi untuk melanjutkan perjalanan. Sang Puteri tadi ternyata mengikutinya dari belakang, seraya memanggil Nabi, "Duh, Tuanku yang mulia, janganlah Paduka Tuan jual mahal, hamba dekati malah pergi. Hamba ucapkan seluruh pengikut hamba ini, yaitu seluruh bintang mohon diterima pengabdiannya kepada Paduka Tuan." Nabi Sulaiman menyahut, "Terima kasih atas segala kerelaan dan keikhlasan Raja Puteri."

Kemudian mereka berlalu melanjutkan perjalanannya lagi. Dalam perjalanannya, mereka melihat gunung bercahaya; cahayanya itu seperti rembulan. Merupakan isi sorga mereka yang indah. Rajanya adalah seorang vvanita yang begitu cantiknya. Nabi a.s. mencoba bertanya kepada Raja Thoyib mengenai pemimpin itu. "la adalah yang terkenal namanya dengan Raja Sahira. Raja dari segala rembulan," ujar Thoyib. Puteri Sahira mendatangi Nabi, katanya, "Persilakanlah Paduka Tuan memerintah seluruh rembulan." Nabi a.s. menjawab. "Terima kasih atas kerelaan sang Raja Puteri."
Nabi dan Thoyib kembali melanjutkan perjalanannya mengelilingi alam-alam latif ini. Tidak lama kemudian, mereka menjumpai lagi sebuah gunung, tetapi kali ini cahayanya berwarna putih. Cahayanya seperti cahaya matahari berisi sorga kemuliaan mereka. Rajanya adalah seorang pria yang sangat tampan. Tingkahnya gesit dan begitu ramah Bola matanya gemerlap bulat jernih menyejukkan dipandang mata. Seperti biasa, Nabi a.s. pun bertanya kepada Raja Thoyib mengenai identitas raja tersebut. Dijawab oleh Raja Thoyib. "la adalah Raja Lera. Raja seluruh matahari.Raja Lera pun segera menyahut, "terimalah pengabdian hamba ini beserta seluruh matahari ini, Tuan." "Terima kasih atas kerelaan sang Raja" ujar Nabi Sulaiman as.

Di tempat lain, ditemuinya gunung petir guruh dan guntur Berisi sorga yang melebihi dari seluruh yang ada yang pernah dilihatnya Rajanya kelihatan begitu agung dan berwibawa. Rupanya melebihi dari yang Isinnya. la mengenakan mahkota Badrul Aslaf samir bakar yang dimuliakan, la senantiasa memegangi tongkat pusakanya. Tidak pernah jauh ia dari tongkat itu. la berperilaku seperti layaknya seorang suci. Tutup kepalanya berwarna putih, la sangat sakti, banyak ilmu serta gurunya. "la adalah Raja Pandita (yang bernama ‘ Alman) di seluruh jagad Asna ini, jadi asal-mula penghuni Asna adalah dari dia sesungguhnya, la sebagai guru raja-raja dan ratu-ratu di alam Asna ini. la pula yang menguasai gema," ujar Raja Thoyib, menjawab pertanyaan sang Nabi a.s.

Ada lagi seorang raja di dekatnya, yaitu Raja Sangekiru. la yang menguasai suara guntur dan petir. Pemerintahannya bernama negara Lukamani. Raja Sangekiru dan Raja Pandita selalu beriringan sebagai duet dalam mengurusi pemerintahannya. Raja-raja itu menyampaikan sanjungan kepada Sang Nabi dan Thoyib, "Hidup Nabi! Hidup Nabi!".
Lalu mereka bergandengan tangan, di mana Nabi berada di tengah-tengah. Tangan kiri Nabi, ‘Alman yang mengapit, yang lain adalah Raja Sangekiru. Selanjutnya mereka melesat ke angkasa raya. Thoyib sendiri mengikuti dari belakang. Hanya sekejap mata mereka sudah sampai di istana Raja Sangekiru. Di sini mereka, Raja Thoyib dan Nabi, dijamu sedemikian dimuliakannya. Makanannya pun serba aneh dan langka-langka serta mewah.

Sebagai rasa hormatnya, Raja Sangekiru mempersembahkan ciptaannya berupa singgasana yang sangat luasnya beserta perlengkapannya. Singgasana ini begitu sangat fantastis kehebatannya. Nabi sendiri begitu terpesona menyaksikannya, karena sepanjang perjalanannya ini, ia baru kali ini menyaksikan penciptaan singgasana yang meniru ‘Arsy Allah SWT. Keanehan dan keindahannya bermilyar-milyar rupanya. Luasnya berjuta juta milyar hektar
"Duhai Tuan, Raja dari seluruh alam. Terimalah itu sebagai persembahan hamba kepada Tuan Yang mulia, ialah sebuah ‘Arsy," tutur Raja Sangekiru.
"Terima kasih atas persembahan sang Raja. Dan aku sendiri bertanya dalam hati, sebab sang Raja berkehendak mengabdi kepadaku ini. Bukankah sang Raja tak kurang sesuatu apa, kesaktian sang Raja mampu inenciptakan singgasana yang begitu luasnya ini dikerjakan dengan hanya sekejap saja. Mengapa koq mau patuh kepadaku. Aku yang cukup sabar ini apa yang sesungguhnya dapat diharapkan oleh sang raja. Apakah tidak salah penglihatan sang raja dalam hal ini?" kata sang Nabi penuh tawadhu.
"Sesungguhnya Tuhan adalah Maha Pengasih dan Maha Pencipta alam semesta jagad raya ini. Masing-masing dari kehidupan di seluruh alam ini, siapakah yang tidak ingin mengabdikan dirinya kepada Tuan. Sebab semua mengetahui, bagi siapapun yang tidak mengabdi kepada Tuan, sudah pasti akan hancur lebur oleh sejuta guntur dan guruh. Dimana-mana seluruh kehidupan yang pernah ada, baik di tepi jurang maupun di dalam lembah sekalipun mereka hancur lebur, karena mereka tidak mau mengabdi kepada Tuan. Kepada tuanlah yang benar-benar mengerti kepada pesan itu, oleh karena itu, hamba mempercayakan kepada Paduka Tuan Sulaiman. Adalah karena hamba berdasar kepada kesamaan iman yang menuju kepada keselamatan serta kesentosaan dan itu semua adalah atas berkah Paduka Tuan juga," tutur Raja Sangekiru dengan penuh kerelaan mengakui kekuasaan Nabi Sulaiman a.s.

Kemudian di dekat mereka muncul sekelebat sosok bayangan perempuan. Dia adalah perempuan yang sakti dan amang-sangat cantiknya. Tubuhnya merupakan kesempurnaan sesosok tubuh perempuan yang tiada tandingannya Dia datang bersama rombongan pengiringnya yang seluruhnya adalah perempuan.
Makhluk penghuni alam Asna terkenal dengan sangat kuatnya dalam beribadah kepada Allah SWT Mereka tidak ingat lagi waktu dan diri mereka sendiri ketika beribadah. Ada yang beribadah non stop selama beratus-ratus tahun, hingga kulitnya menjadi putih mulus.
Kini, raja Thoyib dan Nabi Sulaiman a.s. melanjutkan perjalanannya turun ke bawah. Di sana ia menjumpai sebuah alam yang dipenuhi oleh raksasa-raksasa yang berwajah buruk-buruk. Sebagian dari mereka ada yang berwajah babi; sebagian yang lain berwajah anjing; yang lain lagi berwajah buaya dengan mulutnya yang sering menganga-nganga. Ada pula yang berwajah burung, gajah, menjangan, naga, dan lain sebagainya.

Sang Nabi a.s. bertanya kepada rekannya ini, "Mengapakah gerangan, wahai Paman Thoyib? Mengapa raksasa-raksasa itu tidak ada yang sama di masing-masing barisannya itu? Koq jelek jelek sekali rupa mereka dan bermuka hewan lagi."
Raja Thoyib pun menjawab dengan perlahan, "Mereka itu adalah raksasa yang terkena kuwalat yang terjadi ketika masa Raja Galanu dahulu. Oleh karena itu. mereka jelek-jelek.dan bermukim di situ begitu banyaknya tidak dapat diketahui berapa jumlahnya."
Raksasa-raksasa itu berlarian menuju ke arah mereka, ketika menyaksikan kedatangan Nabi a.s. dan Raja Thoyib. Suaranya bergemuruh membahana. Mereka semua mengucapkan salam hormat serta pengakuannya atas kekuasaan sang Nabi a.s.

catatan :
Demikianlah, sepenggal kisah perjalanan Nabi Sulaiman a.s. dan Raja thoyib berkeliling di langit luhur. Semua cerita di atas hanya amat sedikit saja dari fakta yang sebenarnya yang djalani oleh mereka berdua. Semua itu hanyalah kehendak dan kekuasaan Allah SWT semata agar kita lebih meyakini kebesaran Allah SWT yang tak terhingga, dan agar bangsa manusia tidak sombong, karena masih banyak makhluk lain yang jauh lebih cerdas dan fantastis dibanding manusia. Tentunya, dalam melihat hal-hal yang demikian itu hendaknya dengan mata keimanan, bukan lebih mengedepankan kajian rasional.

Sulaiman yang berarti juga raja pembawa keselamatan, karena pada masa pemerintahannya 973 – 933 SM, beliau selalu menekankan mengenai perdamaian. Beliau sudah menjadi raja sejak umur 18 tahun menggantikan ayahnya, Nabi Daud, yang wafat, la merupakan salah seorang nabi dari bangsa Israel yang terkenal dengan kecerdasan dan kebijaksanaannya dalam memutuskan suatu hukum.
Nabi Sulaiman pernah berdoa kepada Allah SWT meminta kerajaan yang tidak pernah ada yang menyamai setelahnya, seperti yang tertera di dalam Al Quran surat Shaad ayat 35: ia berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugrahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi" Sehingga rakyat dan pemerintahan beliau meliputi pula alam lain.