Sabtu, 03 Februari 2018

KULAT ALUNG



FENOMENA KULAT ALUNG
Posting by : Andi Suprianto
Tuana Tuha, 03-02-2018


Hai teman-teman blogger….berjumpa kembali dengan Tuana Tuha Freedom..

Kali ini penulis akan mengulas sedikit tentang fenomena munculnya JAMUR yang agak langka didaerah kami. Dalam setahun belum tentu ada sekali. Dan hanya terjadi pada musim penghujan. Tumbuh secara subur dan menyebar alami dihutan-hutan sepanjang Sungai Belayan yang merupakan dataran rendah tidak bergunung-gunung. Kemunculannya ditandai dengan hujan berturut-turut sekitar seminggu yang diselingi dengan cuaca panas. Jamur ini oleh warga Tuana Tuha disebut KULAT ALUNG. Warga kampung lain ada yang menyebutnya KULAT LUNG atau KULAT LONG. Orang Jawa menyebutnya Jamur TRUCUK. Kulat kalau dalam bahasa Indonesia berarti JAMUR.

Dari penelusuran penulis Kulat Alung ini dalam bahasa Indonesia disebut JAMUR BULAN atau JAMUR BARAT. Bagi kami masyarat Desa Tuana Tuha atau Sungai Belayan dan sekitarnya sudah pasti mengenal jamur ini. Aman dimakan, tidak beracun dan tidak memabukkan. Rasanya enak dan renyah. Biasanya dimasak dengan cara digoreng pakai sambal atau tidak dan rasanya sangat gurih. Ada juga yang dibuat Sup Jamur, Rawon, atau sekedar Sayur Bening saja. Penulis sendiri sejak kecil sudah mengenal jamur ini dan ketika musimnya tumbuh tak pernah ketinggalan untuk ikut mencari di dalam hutan.

Pada tahun ini kemunculan Kulat Alung bermula pada tanggal 1 Januari 2018 dan masih terus ada hingga tulisan ini dibuat. Tumbuhnya secara bertahap pada tempat-tempat yang berbeda. Kulat ini Tumbuh pada gundukan-gundukan tanah tinggi yang disebut warga Temposo atau Mposo. Mposo yang pernah ditumbuhi biasanya tidak akan ditumbuhi lagi dalam waktu dekat.

Menurut penuturan orang-orang tua, musim Kulat bisa berlangsung sampai 40 hari dan merupakan pertanda bakal terjadi banjir besar. Pada musim Kulat seperti sekarang ramai-ramailah warga saling berebut mendahului masuk hutan untuk mencarinya. Bagi yang beruntung kadang Kulat ini tumbuh dibelakang atau disamping rumah saja. Tempat-tempat yang didatangi yaitu tempat yang banyak terdapat gundukan tanah tinggi atau temposo dari sarang rayap tadi.

Mereka yang rejekinya baik bisa mendapatkan 1 sampai 3 karung beras ukuran 25 kg. Namun untuk Kulat Alung ini sangat ringan karena dalam sekarung beratnya hanya sekitar 5-7 Kg saja. Bayangkan saja betapa banyaknya, bukan??? Sampai tidak termakan. Kelebihan dari untuk konsumsi sendiri lalu dibagi-bagi dengan tetangga atau dijual kewarga lain yang tidak mendapatkan apa-apa.

Walau pun musimnya, ada saja warga yang tidak mendapatkan kulat ini. Entah karena belum beruntung atau ada juga karena takut atau malas masuk hutan yang sudah pasti banyak nyamuknya. Warga yang tidak mendapatkan kulat inilah yang jadi pembelinya. Pada saat kulat yang didapat tumbuhnya sedikit, harganya sampai 60 ribu per kg. Namun ketika jumlah yang didapat melimpah harganya hanya sekitar 20 ribu per kg, bahkan kadang tidak ada yang beli.

Di Era Sosmed seperti sekarang mereka yang mendapatkan kulat ini ramai-ramai mengupload fotonya di FB. Entah mengapa Tahun 2018 ini Kulat Alung mendadak Viral di medsos. Ada pun tujuannya ada yang sekedar iseng dan pamer saja, ada juga yang sekalian berjualan. Karena ada saja yang komentar ingin membeli atau minta.

Penulis sendiri setiap menemukan kulat ini sering di foto-foto dulu atau dibuatkan videonya langsung dengan kamera ponsel dari TKP-nya. Sesampainya dirumah lalu diUpload untuk disimpan di Internet sekalian di pamerkan pada teman-teman SOSMED atau Blogger.

Untuk mendapatkan Kulat ini sebenarnya sulit-sulit mudah. Kita harus mau masuk hutan yang lembab. Perlu persiapan sepatu boot, obat nyamuk, pisau atau parang dan pakaian tertutup untuk keamanan diri. Di karenakan didalam hutan sudah pasti banyak duri-duri pohon atau hewan-hewan yang berbahaya. Selain itu mata juga harus jeli melihat sekeliling karena warnanya kadang tersamar dengan daun-daun pohon mati yang berserakan. Apalagi tumbuhnya ditempat yang kurang cahaya matahari.

Penulis sendiri untuk musim kulat tahun ini sudah tak terhitung masuk hutan, sampai hutan yang angker pun pernah dimasuki sendirian. Pada tanggal 1 dan 2 februari kemarin, penulis bersama seorang teman masuk hutan yang dikenal dengan “hutan labuhan”, dan ternyata kami beruntung mendapatkan kulat yang baru tumbuh dan masih muda. Jumlahnya cukup banyak dan tidak termakan hingga dibagi- bagi saja dengan tetangga.

Berikut penulis paparkan fakta seputar Kulat Alung berdasarkan pengalaman pribadi, yaitu :

Tumbuhnya hanya pada musim penghujan, biasanya ditandai dengan hujan berturut-turut sampai seminggu atau lebih. Kadang juga diselingi dengan cuaca panas-hujan.



Tumbuhnya hanya ditempat-tempat yang lembab, utamanya gundukan-gundukan tanah tinggi (temposo) dihutan yang lembab dan merupakan gundukan Sarang Rayap (anai-anai).



Tidak semua temposo ditumbuhi kulat ini, oleh karena itu kita harus cepat berpindah mencari ketempat-tempat berbeda sebelum didahului orang lain.



Tumbuh secara bergerombol (berkoloni). Jadi kalau kita menemukan suatu tempat yang ada kulatnya, di sekeliling tempat itu hampir pasti banyak yang tumbuh, bisa sampai berkarung-karung.



Bila tumbuhnya ketika sedang hujan deras, kulat ini akan berkembang dengan cepat dan hanya dalam sehari saja sudah tua.



Ada juga Kulat yang tumbuh ditanah rata yang lembab, terutama ditempat-tempat rimbun seperti dibawah pepohonan, atau di bawah rimbunan bambu-bambu kecil yang banyak berserakan daun-daun mati, baik di kebun-kebun buah atau hutan belukar.



Suhu udara ditempat tumbuhnya sekitar 22- 25 derajat Celcius. Pada daerah terbuka yang terkena sinar matahari langsung akan jarang tumbuh.



Pada tempat-tempat yang pernah disemprot dengan racun rumput (herbisida),  jamur ini tidak akan pernah tumbuh lagi.



Ukuran jamur yang sudah cukup tua bisa mencapai tinggi 15 - 20 cm. Daunnya yang berbentuk payung berwarna coklat kehitam-hitaman dengan diameter antara 10 - 15 cm, tergantung kesuburan tanah tempat tumbuhnya. Batangnya berwarna agak putih atau kekuningan.



Sejak mulai muncul (tumbuh) sampai tua yang masih baik diambil ketika berumur 1 hari 1 malam. Setelah itu kulat ini akan tua atau busuk dan tidak baik lagi dikonsumsi.



Kulat yang masih kecil hingga muda dan daunnya masih berupa kuncup disebut MOKOK. Dalam keadaan inilah kulat paling baik diambil dan dimakan.



Kulat yang sudah tua daunnya berbentuk payung yang sudah terbuka. Dalam keadaan ini pun masih dapat dikonsumsi.



Kulat yang sudah sangat tua, yaitu daunnya yang berbentuk payung mulai busuk dan berulat atau payungnya terbalik melipat keatas. Batangnya pun ada yang sudah roboh dan rapuh ketika berumur hampir 2 hari sejak kemunculannya. Dalam keadaan ini Kulat Alung sudah tidak layak konsumsi.



Cara mengkonsumsi Kulat ini sangat praktis, tinggal dibersihkan dari tanah yang menempel, lalu dipotong-potong, dibersihkan pakai air mengalir (ada juga yang membersihkan dengan air panas. Ini berlaku untuk kulat yang sudah agak tua dan tujuannya membunuh ulat yang menempel didalam batang dan daunnya), goreng pakai minyak, diberi garam dan penyedap rasa. Setelah dirasa matang sekitar 20 menit, angkat, tiriskan, dimakan langsung atau bersama nasi.



Cara masak yang lain adalah dibuat sayur bening hanya dengan campuran bawang merah, serai, asam, dan potongan kunyit. Direbus sekitar 20 menit, setelah itu diberi garam dan penyedap rasa sesuai selera. Setelah matang bisa dimakan berkuah dengan nasi.



Ada pun bagi sebagian orang yang rajin berkreasi, kulat ini dibuat Sup atau Rawon. Penulis tidak tahu cara memasaknya,. Lebih prihatin lagi penulis belum pernah mencicipinya..



Setelah diambil dari tempat tumbuhnya kulat ini tidak dapat bertahan lama dan hanya dapat bertahan 2 hari diudara terbuka, setelah itu akan busuk dengan sendirinya. Untuk memperlambat pembusukan setelah dibersihkan lalu kemas dengan kantong plastik dan di masukkan dalam pendingin. Dengan cara ini kulat bisa bertahan sampai seminggu.



Kulat yang sudah dimasak pun hanya dapat bertahan 2 hari saja, setelah itu akan basi, jadi sebaiknya cepat-cepat dihabiskan.



Sungguh sangat disayangkan hingga saat ini tidak ada seorang pun warga disini yang tahu cara mengembangbiakkannya.

Demikianlah sedikit pemaparan apa adanya dari penulis seputar Kulat Alung ini, kurang lebihnya mohon maaf. Kritik, sumbang saran dan komentar dari pembaca sangat dibutuhkan demi penyempurnaan tulisan ini.

Bagi yang masih penasaran dibawah ini ada foto-fotonya serta link videonya.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------












 link video https://www.youtube.com/watch?v=0D5jPSIsl88&t=5s