Kamis, 17 Oktober 2019

Petualangan Bima

“Mas Bima kok tumben nyapu kosannya malem-malem”.
Hesti, anak pemilik kos Bu Linda yang lagi duduk di teras rumahnya menyapa Bima yang sedang asyik menyapu kamar kosannya.

Usianya baru menginjak 23 tahun, namun dengan tanktop yang ia gunakan malam itu, kemolekan tubuhnya dan dadanya terlihat begitu tampak matang bak sudah siap untuk dipetik.

“Iya nih, gak tau kenapa tiba-tiba kamar kos ku kok banyak rambutnya”. Jawab Bim.

Setelah selesai, Hesti mendekati Bima yang sedang duduk dan bersender di depan pintu. Kemudian Hesti memberikan sapu tangan miliknya untuk mengelap keringat Bima.

“Mas, nih pakai sapu tangan Hesti aja untuk ngelapnya”. ucap Hesti
Bima tertegun sejenak, lalu dia menjawab sambil menggoda “Nggg.. lap kan juga dong biar mesra, hehehe”.

Tanpa diduga Hesti langsung mengelapkan keringat Bima yang terus menetes dari rambut sampai kedagu. Begitu dekat sehingga Bima bisa merasakan seperti ada sesuatu yang menempel dileher Bima yang ternyata...

... kalung milik Hesti yang terus menggesek-gesek leher Bima setiap kali Hesti menggerakkan kepalanya.

“Di dalam aja yuk”. Kata Bima, seketika meghentikan aktifitas Hesti yang dari tadi asyik mengelap keringatnya Bima.

Hesti mengiyakan ajakan Bima, setelah mereka berdua masuk kamar. Bima mengunci pintunya dan menghidupkan tv dengan volume yang cukup keras.

Bima berdiri menatap mata Hesti yang lagi duduk di lantai. Tampak begitu jelas belahan dada Hesti yang tidak pakai bra saat itu. Karena tak kuat menahannya, sambil tersenyum Bima merogoh celananya, Bima mengeluarkan benda yang tak asing seperti kebanyakan benda vital manusia lainnya. Ya, Bima mengeluarkan iphone barunya untuk dipamerkan kepada Hesti.

“Hesti mau iphone 11 gak?” Rayu Bima ke Hesti
“Mau dong mas kalau gratis”. Jawab Hesti penuh harap

Lalu Bima melemparkan iphone 11 nya ke tempat tidur sambil berkata “Kalau gitu, pijati mas ya? Mau kan?”

Hesti pun mengangguk. Kapan lagi mijati dapat iphone pikir Hesti. Lalu Bima berjalan ke tempat tidur sambil melepaskan bajunya. Hesti juga berjalan ke tempat tidur untuk bersiap-siap mijati Bima yang sedang tengkurap.

Mulai dari memijat leher menuju pinggang, terlihat Bima menikmati pijatan itu dari tangan Hesti yang lembut.

Saat Hesti menunggangi badan Bima sambil membungkuk, sesekali badan Bima tersentuh oleh sesuatu yang Bima sendiri pun tidak asing dengan tekstur kekenyalan yang dapat membangunkan “ucok” para lelaki di mana pun pasti memberontak untuk segera keluar dari sarangnya. Seketika Bima membalikkan badan dari posisi tengkurap menjadi telentang. Bima begitu kaget apa yang ia lihat, ternyata itu...

... Balon yang telah diisi air. Dengan wajah kecewa, Bima bertanya ke Hesti “Kok kamu bawa beginian? Buat apa?”

“Iya mas, kata ibu ini bagus untuk orang yang lagi lelah. Dulu, orang romawi kuno kalau lagi abis perang terus kelelahan mereka pake ini loh mas”. Terang Hesti meyakinkan Bima
Ditengah pembicaraan itu tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar.

“Hesti! Hesti! Kamu di dalam nak?” Terdengar suara wanita paruh baya sambil mengetuk pintu kamar yang tidak lain tidak bukan ialah ibu Linda pemilik kos tersebut.

Hesti lari dan langsung membukakan pintu yang terkunci itu. Dengan gugup Hesti bertanya kepada ibunya “Mama kok tiba-tiba bisa ada di sini? Bukannya minggu depan baru pulang?”

“Mama mendapat firasat buruk tentang kamu. Mama langsung lacak kamu pakai GPS ternyata benar kamu tidak ada di rumah malah ada di dalam kamar sama lelaki bajingan ini!”. Ucap Bu Linda penuh amarah.

“Ngapain kalian berdua di dalam sini? Hah?!” Tanyanya lagi

“Anu mah... Hesti sama mas Bima lagi bahas silsilah keluarga Spongebob”. Jawab Hesti ketakutan.

“Kalau begitu mama ikut”. Ucap Bu Linda sambil menutup pintu dan menguncinya kembali.

Bima yang dari tadi diam di tempat tidur langsung menghampiri Bu Linda dan mencium tangannya.
“Kok beda ya”. Gumam Bima dalam hati.

Tanpa disangka bu Linda tiba-tiba memeluk Bima. Sontak Bima kaget namun menikmatinya. Hesti terlihat begitu iri apa yang sudah dilakukan ibunya ke Bima. Hesti segera menarik ibunya dari pelukan Bima.

“Mama apaan sih!” Ucap Hesti
“Kamu yang apaan! Menarik seenaknya” Balas bu Linda
Mereka berantem kecil, namun setelah itu mereka berdua berunding dan membuat kesepakatan akan bergantian menggauli Bima. KESEPAKATAN MACAM APA INI!

Tanpa basa-basi bu Linda mencium Bima, tapi dengan sigap Bima menahannya.
“Jangan buru-buru dong bu”. Ucap Bima.

Namun perkataan Bima dihiraukan sama bu Linda. Dalam posisi jongkok, tangan bu Linda mulai berani membuka resleting yang ada di depannya, dengan tergesa-gesa ia membukanya sampai rambut wignya tersangkut diantara resleting celana Bima. Wignya pun terlepas.

Bima nyaris pingsan apa yang barusan ia lihat, ternyata itu Kang cilok yang sering lewat depan kos menyamar jadi bu Linda. Sontak mengageti Hesti juga.

Bima cepat-cepat menutup kembali resleting celananya dan memarahi kang cilok itu “Hoi! Astaga kang! bisa-bisanya ya!! udah 3 kali loh saya tertipu!!”.

Dulu, Bima juga pernah ditipu 3juta sama kang cilok yang ia pikir bu Linda nagih uang kos. Kang cilok ini memang kalau pakai wig mirip sekali denga Bu Linda.
Bima dan Hesti segera mengusir kang cilok itu dari kamar kos tersebut. Sekarang tinggal mereka berdua di kamar itu.

Angin malam mulai masuk dari celah-celah jendela. Dengan lirih Hesti berkata “Dingin ya mas”. Mendengar ucapan itu, tubuh Bima bergetar seperti ada yang merasukinya.

Bima mendorong Hesti ke tempat tidur dan langsung memeluknya sambil berbisik didekat telinga Hesti “Sekarang udah gak dingin lagi kan?”. Mereka berdua menempel erat sekali seperti surat dan prangko. Sehingga Bima bisa merasakan kehangatan dan kekenyalan dada Hesti.
Dada Hesti hampir menyembul ke luar. Dengan insting yang tajam, Bima menebak ukuran dada Hesti “34 D”. ucap dia dalem hati.

Hesti memberontak keluar dari pelukan Bima. “Aku memang kedinginan mas, tapi aku maunya teh, bukan dipeluk. Dasar gak peka ihh”. Ucapnya kesal

Dengan keadaan setengah dongkol, Bima berdiri dari tempat tidur dan membuatkan teh untuk Hesti.
Hesti meminumnya. Terlihat aliran air dari lekukan leher Hesti ketika meneguknya dan sedikit tumpah membasahi bibir Hesti membuat Bima menelan ludah.

“Hesti, mas kok merasa pusing ya? Bisa pijati kepala mas gak?”. Tanya Bima penuh nafsu
“Nih mas pakai kepala Hesti aja, biar gak pusing lagi” Ucap Hesti sambil melepaskan kepalanya.
Sontak Bima pingsan setelah apa yang ia lihat barusan.
——-/——-/——-/——-/——-/——-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar