Kamis, 17 Oktober 2019

Jurit Malam 12

“Ma, Rara berangkat ya?” Kata aku yang sejak pagi tadi tidak sabar mau ngospek mahasiswa-mahasiswa baru. “Iya, hati-hati” jawab mama.

Aku ke kampus naik motor dibonceng oleh Reza, temen kampus yang selalu aku manfaatin. Selain cakep dengan style kacamata tebalnya dia juga pinter dibandingin dengan temen-temen sebayanya.
Sebelumnya, kampus kami sudah mengadakan ospek beberapa hari lalu, nah hari ini giliran temen-temen organisasi yang akan mengospek anggota barunya.

Aku dan Reza masuk organisasi pecinta alam yang dinamakan GEMPAL (Gerakan Mahasiswa Pecinta Alam), aku dan Reza cukup senior di organisasi ini, jadi lumayan disegani lah. Hehehe
Seperti halnya organisasi pecinta alam lainnya, mahasiwa yang ingin bergabung dengan organisasi ini harus melewati ujian dari kami.

Organisai kami berbeda dengan organisasi lainnya, ketika ingin mengospek mahasiswa yang ingin bergabung organisasi ini. Kami selalu berpergian ke suatu tempat dan kemah di situ, ya semacam outbond lah

Ketika aku dan Reza sampai ke kampus, kami langsung mengadakan rapat untuk membahas apa saja kegiatan yang akan kami lakukan selama di perkemahan nanti.
Setelah selesai rapat kami dan mahasiswa baru cepat-cepat menaiki bus yang sedari tadi sudah menunggu kami. Iya, kami kelamaan rapat padahal harusnya sudah berangkat sejam yang lalu. Yang bikin lama ketika rapat adalah kami sempat berdebat mau melakukan kegiatan jurit malam atau tidak, sampai kami melakukan voting, dan akhirnya semua sepakat akan melakukan jurit malam walau sebenernya aku kurang setuju.

Sebelum lanjut, aku mau ngasih tau dulu, kalau aku nanti sebut “Mahasiswa Baru” berarti itu “Anggota Baru” yang akan kami rekrut di organisasi Gempal. Paham ya? Oke mari kita lanjut.
Kami pun menuju ke tempat yang udah kami sepakati sejak minggu lalu. Aku gak bisa sebut nama tempatnya, pokoknya tempatnya itu di daerah sekitaran Danau Toba, Sumut. Di sana ada seperti taman yang sangat pas untuk berkemah.

Singkat cerita, sampailah aku dan rombongan di tempat itu, jam sudah menunjukkan kira-kira pukul 06.00 sore.
Panita dan mahasiswa baru lainnya bergotong royong untuk membangun tenda, ada juga yang bolak-balik naik turun tanjakan mengambil persiapan kegiatan kami di bus tadi.
Tidak terasa adzan maghrib pun berkumandang. Kami istirahat sejenak kemudian Shalat Maghrib berjamaah. Setelah itu kami makan bersama.

Tepat pukul 19.30 panitia dan mahasiswa baru berkumpul ditengah-tengah tenda membahas kegiatan apa saja yang akan dilakukan malam ini.

Singkat cerita, panitia dan mahasiswa baru telah menyelesaikan beberapa games. Intinya di games itu hanya melatih kekompakan dan kerja sama tim saja.
Pukul 22.00 semua games telah selesai dilaksanakan. Semua terlihat begitu letih termasuk juga aku. Namun kami masih punya satu games lagi yaitu jurit malam.
Sembari mahasiswa baru istirahat di dalam tenda, kami panitia rapat internal membagi tugas di jurit malam nanti.

Kami sepakat akan membuat 6 pos, sebelumnya salah satu panitia memang udah survey lokasi, rutenya juga udah dikasih petunjuk agar nantinya mereka gak kesasar.
Aku dan Reza mendapat tugas di pos 3, Posnya dekat gubuk kosong dan ada kolam renang yang sudah terbengkalai. Aku juga ditugaskan sebagai orang yang pura-pura pingsan, katanya sih aku jago akting, mudah-mudahan setelah ini aku dikontrak sama Livi Zheng. Sedangkan Reza menjadi Pocong, aku gak tau kenapa dia menerima peran itu.

Di pos 3 ini bertujuan untuk melatih mental keberanian mereka. Apakah mereka mau menolong orang lain atau malah dikalahkan sama rasa takut.

Kami berdua berjalan menuju pos 3, tidak begitu menyeramkan aku rasa, hanya saja dingin yang tidak ada habisnya, namun ketika aku menggosokkan tangan, Reza spontan membuka jaketnya kemudian dikasihkan sama ku. Romantis juga si Reza pikir ku.

Pada pukul 23.30 aku dan Reza sudah sampai di Pos 3, Reza pun bersiap-siap menjadi pocong jadi-jadian. Aku merasa aneh Reza jadi pocong, karena dia gak melepaskan kacamatanya, bukannya keliatan seram malah jadi keliatan imut. Dia memang punya minus yang udah gak ketolong sih. Hahaha

Jadi, nanti konsepnya itu aku pura-pura jatuh kemudian pingsan nah setelah ada yang menghampiri lalu si Reza datang dari balik pohon secara tiba-tiba menakuti mahasiswa baru itu. Kita lihat, apakah nantinya ada yang tetap menolong atau malah lari?

Kami berdua menunggu cukup lama di pos itu, katanya sih jam 00.00 baru mulai, karena hanya ada 11 mahasiswa baru jadi diperkirakan jam 02.00 subuh baru selesai.

Sembari menghilangkan suntuk Kami pun mengobrol dan bergosip gak jelas. Tapi ada satu percakapan yang gak aku lupakan sampai sekarang.
“Za, mahasiswa barunya cantik-cantik ya” kata ku menggoda Reza.
“Hahaha, iya, tapi masih kalah cantik sama kamu Ra” kata Reza menggombal”
“Hahaha.. haha” aku tertawa sambil mencubit paha Reza.
“Serius aku Ra, kamu cantik banget” kata Reza.
Ntah apa yang dipikirkan Reza saat itu, setelah mengatakan itu tiba-tiba dia mencium ku. Aku gak menolaknya malah menikmatinya, tapi aku merasa aneh, aku seperti berciuman sama pocong yang berkacamata. Hahaha

Masih menikmati ciuman Reza, tiba-tiba ada suara jejak kaki. Aku mendorong Reza.
“Za, ada orang, mungkin itu mangsa kita, cepat sembunyi” kata ku berbisik
Aku mengintip ada dua orang cewek yang berjalan memegang senter handphone, mereka melanggar aturan, aturannya adalah tidak boleh bawa penerang apapun.

Ketika aku kena sorot senter mereka yang tidak terlalu jauh, aku pun langsung pura-pura terjatuh dengan anggun seperti striker ahli diving kena sleding di lapangan sepak bola. Aku berguling-guling meminta tolong sambil meraung-raung kesakitan. Tidak lama mereka menghampiri dan mengitari aku, layaknya personil BTS yang dikerumuni BTS Army. Dan kemudian Reza melakukan tugasnya, dia melompat mendekati kami. Mereka langsung menjerit sambil menarik-menarik aku yang pura-pura pingsan.

Masih dalam mode pingsan, mereka malah grepe-grepe aku. Malah pada nyari kesempatan. kalau cowok udah ku gampar!
“Kalian ngapain?!” Kata ku membentak
“Cari obat kak, untuk mengobati kakak, maaf kak ada pocong tadi, kami panik” kata salah satu mahasiswa baru itu
“Itu obatnya” kata ku sambil menunjuk ke arah pohon.
Singkat cerita, saat jam 02.00 satu persatu mahasiswa baru sudah kami takuti, dan Reza ku suruh segera beres-beres dan cabut dari situ, namun Reza mengurungkan niat, katanya masih ada satu orang lagi. Aku kurang yakin karena hitungan ku gak salah. Kami sempat berdebat di situ.
“Yuk Za cabut” kata ku sambil merapikan rambut
“Masih ada satu orang lagi Ra” kata Reza
“Aku hitung udah pas 11 loh Za” kata ku mengeluh
“Aku juga hitung, sebelumnya tadi kan satu orang yang dateng, itu baru 10. Berarti ini satu lagi dong” kata Reza gak mau kalah
“Ok, kalau 10 menit gak ada yang dateng, aku cabut sendiri!” kata ku emosi
Di Pos 1 mahasiswa memang dibagi beberapa kelompok. Ada yang sendiri, ada yang berdua dan ada juga yang bertiga. Jadi ketika mereka sampai ke pos 3 yang datang pasti random. Ntah aku yang salah hitung ntah Reza yang salah.
Tidak lama kami melihat seperti ada seorang cowok yang datang sambil menyeret-nyeretkan sendalnya.
“Tuh kan bener satu lagi” kata Reza berbisik
Aku segera akting pingsan, namun dihiraukan. Aku mencoba memanggil mahasiswa baru itu.
“Hey, sini” kata ku sambil mengayunkan tangan. Kemudian dia pun menghampiri.
Aku sudah pura-pura berguling dan kesakitan namun dia tetap diam tak bergeming.
“Tolong.. tolong aku.. hey. Ambil obatnya di situ” kata ku. Namun dia tetap diam.
Lalu Reza melompat-lompat menghampiri kami. Dia gak ketakutan sama sekali lebih tepatnya tetap diam.
Sempat emosi, aku berdiri dan bertanya
“Hei, siapa namamu!?” Tanya ku
Sepertinya Reza ikut kesal, dia membuka baju pocongnya dan bertanya pada mahasiswa baru itu.
“Woy! Punya kuping gak? Siapa nama mu?!” Tanya Reza membentak.
“Mau ku tonjok muka mu hah!?” Tanya Reza emosi. Tetapi mahasiswa baru itu tetap tak bergeming.
Aku mengeluarkan hp dan menyenter wajahnya. Seharusnya wajahnya familiar, tetapi ini tidak, aku gak mengenalinya. Dia tampak tenang.
“Santai za, kayaknya ini bukan mahasiswa kita deh, coba kasih kodenya za” kata ku yang mencoba tetap tenang. Walau sebetulnya aku mulai merasa ada yang tidak beres.

Sekedar informasi, di Pos 1 mereka sudah diberi arahan, jika ada panitia yang bertanya hitung-hitungan mereka harus jawab 11. Mau berapa pun hitungannya mereka harus jawab 11. Kenapa ada kode seperti ini? Dulu katanya pernah ada kejadian yang bukan peserta jurit malam malah ikut ditakuti dan ditanya-tanya panitia. Makanya demi menghindari itu kami membuat kode 11 untuk meyakinkan panitia kalau itu adalah peserta jurit malam. Kenapa 11? Karena peserta jurit malam hanya 11 orang.

“5+5?” Tanya Reza memberi kode
“12” kata mahasiswa itu dengan tenang
“Hah?” Sontak kami kaget. Kami yakin betul peserta jurit malam hanya ada 11 orang.
Aku lihat-lihatan dengan Reza dan mengangguk, Reza juga ikut mengangguk. Reza seperti membaca pikiran ku “ini bukan manusia” itu yang aku pikirkan saat itu. Dan sepertinya Reza mengerti akan hal itu.

“Pergi kamu! kamu tidak bisa bergabung di organisasi ini” usir Reza. Dia lalu putar balik dan pergi.
Aku udah merinding waktu itu, tapi Reza sepertinya tidak.
“Kita ikuti dia yuk ra? Kalau dia memang peserta jurit malam dia pasti ke pos 4”
“Sebentar za, kau kenal gak sama anak tadi? wajahnya familiar gak?” Tanya ku ke Reza
“Enggak, tapi aku penasaran, dia manusia atau bukan” jawab Reza

Awalnya aku gak mau ikut Reza, tapi karena takut jalan sendirian, akhirnya aku dan Reza mengikuti mahasiswa itu.
Beberapa saat kami melihat mahasiswa itu berjalan ke arah pohon besar. Kami menebak dia sedang pipis.

“Nah pas itu ra, kita kageti aja yuk” kata Reza bersemangat
Kami mendekati pohon itu mengendap-ngendap kayak pencuri yang mau maling tv, Reza mulai menggeram seperti suara kucing yang sedang kawin dan secara bersamaan kami melompat untuk mengagetkan mahasiswa itu.

“DOOOR!!!” Kami mengagetkan
Anehnya tidak ada siapa pun di situ, yang kaget malah kami berdua.

“Di.. di mana dia ra?” Reza sangat jelas ketakutan waktu itu. Aku sendiri bingung, kami udah mencoba mengitari pohon itu tapi gak menemukan apa pun. Tanpa kami sadari. MAHASISWA ITU SUDAH BERDIRI DI BELAKANG KAMI.

Aku menarik tangan Reza dan berlari namun tiba-tiba mahasiswa itu sudah ada di depan kami dan langsung mencekik kami berdua. Sambil mencekik dia menyeret kami

Aku gak bisa ngapain-ngapain lagi, nafas ku hampir habis. Setelah dia menyeret kami lumayan jauh tiba-tiba dia berhenti di pinggir kolam renang dengan air yang keruh itu. Aku melirik Reza sepertinya Reza sudah pingsan.

Kemudian mahasiswa itu mengayunkan tangannya dan menghempaskan kami ke kolam renang itu. Aku berasa terbang dan seketika kepala ku menghantam dinding kolam renang itu.
Sakit banget asli, coba kalian bayangkan pusing dengan kondisi sesak tapi di dalam air, itu yang aku rasakan.

Aku bisa berenang tapi ntah kenapa kaki ini gak bisa digerakkan, dalam posisi tidur tangan ku mencoba meraih ke atas tapi malah kayak ada yang mendorong ku semakin dalam. Aku waktu itu masih menahan nafas tapi karena sudah tidak tahan, aku hembuskan. Akhirnya aku bernafas di dalam air. Yap banyak air yang masuk ke hidung ku, aku bisa merasakan air yang masuk ke paru-paru, sampai pada akhirnya aku susah bernafas dan percaya atau tidak aku seperti merasakan detik-detik kematian. Aku melihat ada cahaya diujung terowongan. Awalnya aku gak percaya kalau ada hal semacam itu, kini aku melihat dengan jelas kalau cahaya diujung terowongan itu nyata adanya.
“Astaga, aku mati dalam keadaan seperti ini” kataku dalam hati

Kemudian gelap dan aku gak sadarkan diri, seperti orang yang lagi tidur tapi tidak bermimpi, kira-kira itu yang aku rasakan.

Tiba-tiba aku terbangun sudah ada di puskesmas, aku membuka mata, melihat ada tirai warna hijau dan ada 1 orang suster, 3 orang teman ku, Ryan, Derri dan Winda.

“Man rabbuka” kata Ryan bercanda. Aku tetap diam, aku heran, kenapa aku bisa berada di sini.
“Masih ingat namanya siapa?” Tanya suster itu.
“Rara sus” jawab ku singkat. Aku masih ingat nama ku, tapi aku gak ingat kenapa aku berada di sini.
Aku terus berpikir dan berpikir, aku menyadari kalau aku baru saja tenggelam, tapi siapa yang nyelamatkan aku?
“Win, siapa yang nyelamatkan aku?” Tanya ku ke Winda
“Ya si Reza lah, siapa lagi? Kalian kan satu pos bareng” jawab Winda
“Hah?!” Ucap ku heran.
“Rezanya sekarang mana win?” Tanya ku lagi
“Itu, lagi duduk” jawab Winda sambil membuka tirai warna hijau itu.
“Hah! Kok bisa?” Tanya ku heran lagi.
“Sebenernya kita ada berapa peserta jurit malam sih?” Tanya ku lagi.
“11 peserta” jawab mereka kompak.
“Hah!” Aku semakin kaget.
“Hah! Hah! Mulu kau ra, kayak tukang keong depan SD” kata Derry menimpali.

Kemudian aku melihat Reza, dia juga melihat aku dengan tersenyum.
“Mana kacamata mu za? Kok tumben gak kau pake? Hilang di kolam renang ya?” Tanya ku ke Reza.
“Tidak” jawab Reza singkat

Kemudian dia berdiri lalu meninggalkan ruangan dan tidak kembali lagi sampai sekarang.
Sejauh yang aku ketahui tentang Reza. Reza itu gak bisa berenang dan bagaimana bisa Reza nyelamatkan aku sedangkan waktu itu aku melihat dia sedang pingsan? Kenapa dia tidak pakai kacamata cadangannya? Atau jangan-jangan ada yang menyamar jadi Reza? Kemungkinan besar Reza yang asli masih di dasar kolam renang. Jadi, sebenernya siapa yang nyelamatkan aku?
——-/——-/——-/——-/——-/——-
Note : Tragedi di kolam renang adalah pengalaman pribadi penulis.

Sumber: FP Badarawuhi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar