Kamis, 17 Oktober 2019

Mahasiswa Tak Kasat Mata

Kenalkan nama gw Yuda, gw salah satu Mahasiswa yang tidak ikut KKN alias gw KKN yang di rumah saja tapi alhamdulillah nilai KKN gw dapat A.
Gw juga mahasiswa yang jarang masuk tapi tanda tangan gw selalu ada di daftar absen dosen, kok bisa? Ya tinggal titip absen aja sama temen. Hehehe

Gw juga mahasiswa yang gak ikut satu pun organisasi di kampus, atau temen-temen menyebut gw mahasiswa Kupu-Kupu Mati (Kuliah Pulang, Kuliah Pulang, Malam Parti).
Gw mau cerita pengalaman gw yang gak pernah gw lupakan sampai sekarang. Kejadian ini terjadi pada tahun 2009 yang lalu, waktu itu gw abis dari kampus berencana mau pulang kampung, kebetulan esok harinya libur.

Malam itu ketika sampai stasiun G**** kereta Jam sudah menunjukkan pukul 09.00 dan gw pun disambut dengan datangnya gerimis. Suasana di stasiun sepi sekali hanya tampak 1-2 pedagang saja yang sedang membereskan dagangannya, sepertinya stasiun ini sebentar lagi tutup.
Sejam berlalu, 2 jam berlalu, kereta gw tak kunjung datang, “ini kereta kok bisanya delay selama ini, udah kayak pesawat aja” gumam gw dalem hati. Tapi gw belum menaruh curiga, karena di tiket jam 10 harusnya sudah berangkat. Ntah gw yang datengnya kecepetan atau memang keretanya yang telat.
Entah sudah berapa abis batang rokok gw hisap. Sambil main game Mobel lejen tp tahun segitu belom ada mobel lejen gw pun main game space impact di hp kesayangan gw.

Sementara udara semakin dingin menembus jaket yg gw pakai, gerimis pun tak kunjung berhenti. Udara dingin membuat gw merinding dan sialnya gw baru inget kalau ini malam jumat. Merinding campur aduk menjadi satu, selain aroma mistis malam jumat gw juga takut ada preman kesasar di stasiun ini.

Tampak dari kejauhan ada bayangan hitam berambut panjang belum jelas siapa, semakin dia mendekat semakin membuat gw merinding. “Ini preman kesasar atau hantu?” kata gw dalam hati.
Dan sampai lah makhluk itu dihadapan gw, ternyata seorang pemuda berambut gondrong, dia gak ada ngomong apa-apa tapi gw menebak dia juga lagi menunggu kereta.

Lumayan ada yg nemenin pikir gw. Seandainya ada preman yang mau malak gw bisa kabur arah berlainan biar premannya bingung mau ngejar yang mana.
Kalian jangan ketawa, soalnya gw punya trauma pernah ribut dan dipalak preman di stasiun sini, mereka seenaknya mengeluarkan pisau dan gak segan-segan menusuk korbannya. Gw sih gak masalah kalau mereka gak pakai pisau, lah ini? Kayak bocah!
“Ehem, dari mana mau ke mana mas?” Sapa gw mencoba ramah
Anjrit! Sapaan gw gak dijawab, dia cuma sok sibuk pura-pura ngeliat jam ditangannya. Dasar sombong!

Tak lama kemudian terlihat sebuah cahaya terang yang semakin lama semakin mendekat kearah kami. Yap itu dia kereta yang kami tunggu, kereta pun perlahan-lahan melambat. Setelah berhenti lumayan lama, anehnya pintu kereta tidak segera terbuka. Gw pun sempet emosi, “Mau nunggu apa lagi?! Mau nunggu setan naik?!” Kata gw dalam hati sambil mengepalkan tangan. Tak berselang lama pintu kereta pun terbuka.

Mas gondrong pun naik duluan, dengan perasaan keadaan dongkol gw pun membuntuti dia dari belakang. Saat pintu tertutup dan kereta berjalan secara perlahan, suasana di dalam kereta sangat sepi padahal kereta lumayan ramai.

Situasi kereta yang biasanya berisik, kini terlihat tidak seperti biasanya. Mencoba menenangkan diri gw pun bersiul untuk memecah situasi kereta yang sepi ini. Terlihat tidak ada satu pun orang yang menoleh pandangan ke gw, ekspresi wajah mereka datar semua. Setiap melewati satu persatu kursi penumpang gw semakin merinding, suasana di kereta ini begitu mencekam. Gw mencoba berpikir positif mungkin mereka semua kelelahan.

Kemudian gw lihat ada 3 kursi kosong, gw pun langsung duduk di kursi tersebut. Tidak berapa lama ada ibu-ibu muda dengan anaknya yang kira-kira berumur 9 tahun duduk disebelah gw tanpa permisi. Gak ada sopan-santunnya ibu muda jaman sekarang!

Kereta api pun sudah melaju dengan kencangnya tapi perasaan gw tetep masih gak tenang. Mungkin sunyi naik kereta tengah malam sudah biasa, tapi yang sekarang ini terlalu sunyi. Tidak ada celoteh satu orang pun terdengar, bahkan ibu-ibu muda sebelah gw pun gak bercakap-cakap dengan anaknya. Lagi-lagi suasana semakin mencekam, di dalam kereta yg diguyur gerimis seharusnya membuat gw merasa dingin tapi gw malah keringatan!

Perasaan gw semakin kacau ketika teringat pesan bapak gw dulu, “Jangan pernah nunggu kereta api di stasiun G**** terlalu malam, karena konon ada kereta hantu yang suka ngambil penumpang di situ”

Kereta hantu?

Iya, kereta hantu. Selinting kabar mengatakan ada penumpang naik kereta jurusan A dari stasiun tersebut hampir larut malam dia dibawa sama kereta hantu itu ke dimensi lain dan sampai sekarang penumpang itu belum kembali.

Ada juga yang gak kalah heboh berita kereta tanpa masinis dan tidak berpenumpang melintasi stasiun tersebut, percaya atau tidak beberapa orang pernah melihat kereta berjalan sendiri.
Ada juga kesaksian dari penumpang yang selamat dari kereta hantu, ketika dia turun sampai tujuan tiba-tiba kereta yang dia tumpangi hilang begitu saja.

“Maaf, mbak, mbak mau turun mana ya?” Gw mencoba bertanya sama ibu-ibu muda disebelah gw sekaligus mengusir rasa penasaran, masa iya ada kereta hantu?
Mbak tadi gak menjawab pertanyaan gw, lebih tepatnya diam tanpa ekpresi sama sekali. Gw mencoba memberanikan diri, gw berdiri dan berteriak “WOY!” tidak ada satu pun orang yang menoleh ke arah gw. Oke ini mulai menakutkan, nyali gw semakin ciut.

Gw kembali duduk dan gw pun coba memukul bahu ibu-ibu muda disebelah gw. Anjrit! Tangan gw menembus bahu dia! Fix dia tidak nyata! Dia bukan manusia! TOLONG HAMBA MU YA ALLAH! Gw menjerit ketakutan.
Saking paniknya gw mau teriak “Pak kiri pak!” Goblok! Ini kan kereta bukannya angkot!
Sial bener-bener sial! Masa sih gw terjebak di kereta hantu! Dari sekian banyaknya umat manusia kenapa harus gw!? Masa iya gw ke dimensi lain dan gak kembali lagi! Keluarga gw gimana?!
Seketika badan ini menggigil ketakutan, rasanya pengen mati aja. Tapi kan gak lucu mati di kereta hantu, masa iya gw jadi penerus penumpang kereta hantu ini. Gw pun mencoba mengingat doa-doa yang diajarkan guru ngaji gw dulu. Anjrit! Lupa semua!

Lagi-lagi gw mencoba tenang dan gak panik, gw pun meraih sebatang rokok di saku celana jeans gw, gw nyalakan perlahan dan gw hisap dalam-dalam untuk mengusir tegang.

“Ma, keretanya kok bau kemenyan ya?” Penumpang anak kecil sekitar 9 tahun disebelah gw mendadak tutup hidung, sembari menatap mata gw seakan menembus gw dan bertanya pada mama mudanya.
"Gak papa nak, kadang memang suka
tercium bau kemenyan. Katanya dulu pernah ada penumpang mahasiswa lagi nunggu kereta di stasiun G**** meninggal ditusuk waktu ribut sama preman, kalo malem Jumat kayak sekarang ini katanya dia suka ikut naik kereta. Kasian, mungkin matinya gak tenang." Ucap ibu-ibu muda itu

Gw pun diam seribu bahasa, dan kereta terus melaju.
——-/——-/——-/——-/——-/——-

Original Story by : “MISTERI BUS SUMBER KENCONO”
Sumber: FP Badarawuhi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar