Rabu, 22 Januari 2020

Retha: hari-hari yang indah

Tanpa ragu-ragu, mungkin ibu Retha sudah menganggap aku bagian dari keluarganya. Mulailah dia bercerita kalau kehidupan anaknya itu sangat memperihatinkan. Jauh berbeda dengan saudaranya yang lain. Sejak kecil hingga menginjak Kelas 1 SMA ia masih anak baik. Penurut dengan orang tua. Namun ketika menginjak kelas 2, ia berteman dengan Devi. Sejak itulah pergaulannya berubah. Sering pulang larut malam. Pernah juga pulang pagi. Yang lebih parah kadang mengikuti Devi pergi kekampung orang lain bisa sampai 2 atau 3 hari tidak pulang. Itu semua dilakukannya tanpa memberitahu dan minta izin ibunya. Bila dinasehati, Retha selalu merajuk, lalu pergi kerumah Devi. Sampai ada yang menjemput barulah ia mau pulang. Sekolahnya juga tidak karuan. Lebih banyak malasnya. Desas-desus yang lain menyebutkan bahwa Retha dikampung G ini terkenal sebagai perebut suami orang. Wanita penggoda. Para pemuda dikampung lain juga banyak yang menyebut Retha sebagai Pelakor Sejati. Menurut ibunya, semua itu pernah mereka buktikan sendiri, dan memang benar adanya.

Pernah sampai 2 kali ada perempuan dari kampung lain mendatangi rumah mereka mencari Retha. Sayangnya Retha saat itu tidak ada dirumah. Entah berada dimana bersama Devi. Perempuan yang datang itu marah-marah mengatakan kalau suaminya selingkuh dengan Retha. Uang suaminya habis demi diberikan kepada Retha. Katanya gadis itu telah memeras suaminya. Mereka meminta ibu Retha untuk mengajar anaknya itu. Ibu Retha saat itu hanya bisa sedih mendapat info keburukan-keburukan anaknya. Ada lagi seorang perempuan lain yang sampai mengancam kalau orang tuanya tidak bisa mengendalikan Retha lagi, mereka yang akan melakukannya sendiri.

Sebenarnya apabila saat-saat Retha ada dirumah, tak kurang-kurang ibunya, saudaranya, bahkan keluarga lain juga menasehati. Namun Retha seperti tak mendengar, keras kepala. Kalau sudah bosan mendengar omelan, seperti biasa ia pergi dari rumah. Pada akhirnya pihak keluarga membiarkannya begitu saja. Terserah Retha memilih jalan hidup. Mereka sudah tidak perduli lagi. Seperti sebelumnya, aku yang mendengarkan cerita itu hanya bisa mengangguk-angguk tanpa berani komentar banyak. Tak banyak bicara, karena pikiranku semakin kacau.

Aku dan Eris yang mendengar cerita ibu Retha ketika itu hanya bisa menghela napas dalam-dalam. Agak meragukan sebenarnya. Retha yang kukenal, prilakunya tidak seburuk itu. Ia perempuan baik-baik. Namun apa pun itu tetap saja cerita dari ibu Retha ini tentu benar adanya. Keluarganya pasti lebih tahu ketimbang aku karena mereka orang terdekat. Sedangkan aku, seperti kukatakan sebelumnya, tidak ada hubungan istimewa, selain hanya sebagai teman biasa saja

Ya… tuhan, belum hilang beban pikiran yang ada, malah bertambah beban baru dipikiranku. Aku benar-benar pusing bercampur sedih

Jam menunjukkan pukul 16.00 sore. Hujan sudah benar-benar berhenti. Aku dan Eris akhirnya pamit untuk pulang kekampung kami. Kusuruh Eris mengendarai motor, sedangkan aku duduk dibelakangnya.

Motor dipacu dengan kecepatan rendah. Kami ngobrol sepanjang jalan. Temanku ini orangnya sangat baik dan pengertian. Ia tahu kalau aku sangat pusing dengan semua keadaan sekarang. Ia menasehati dan memberi semangat kepadaku berulang-ulang. Sedikit banyak nasehat-nasehatnya masuk diakal dan sangat menolong sekali. Keadaanku agak lebih baik dari sebelumnya

Dari obrolan itu aku dan Eris mencoba mengumpulkan kepingan demi kepingan peristiwa yang menimpa Retha. “dimulai dari para pemuda yang malam itu menyebutnya Lont*, SMS yang membuat Retha sedih, Devi dan Retha pergi kesebuah Logpond, ada yang ingin membunuh Retha, saat aku bercerita kejadian yang menimpa Retha dipuskesmas mengapa keluarganya hanya menanggapi biasa saja, Devi yang seolah-olah menghilang, keluarga Retha yang tak ingin memperpanjang kasus itu, cerita ibu Retha tadi”.

Setelah dihubung-hubungkan, kami berdua pun akhirnya menemukan benang merahnya. Terjawab sudah semua pertanyaan yang selama ini membuat aku penasaran. Beruntung sekali aku memiliki seorang teman seperti Eris. Disaat-saat seperti ini aku memang butuh teman untuk berbagi. Tak dapat kubayangkan jika beban ini kupikul sendiri. Bisa-bisa gila.

“Sebenarnya tidak hanya dalam mimpi. Sahabatku Eris, memang ada didunia nyata. Persahabatan kami sama dengan yang tergambar dalam cerita. Ia teman terbaik yang kukenal. Satu diantara 7 admin di halaman FB ini. Orangnya cerdas dan paling cakep juga.😁😁

”Eris….jika kau baca kisah ini, 5 jempol kuangkat untukmu kawan..”😁😁

Akibat lambatnya motor yang kami kendarai bergerak, perjalanan yang seharusnya hanya ditempuh 30 menit menjadi lebih dari sejam baru nyampai dirumah. Saat kami tiba jam sudah menunjukkan pukul 17.30.

Sesudah mengantarkan Eris kerumahnya, aku pun langsung menuju rumahku. Sepeda motor langsung aku simpan dalam rumah. Belum ada parkiran soalnya. Ini menandakan bahwa aku tidak ingin keluar dari rumah lagi sore itu.

Aku masuk kekamarku dan langsung duduk dikursi kayu. Pintu kamar kubiarkan terbuka saja. Sebuah hape Samsung Galaxy J5 Pro warna putih dengan casing luar warna warni khas cewek tergeletak diatas meja. Ya, itu adalah hape Retha yang malam itu dititipkan padaku. Aku lupa mengembalikan pada keluarganya. Kuambil dan kubuka. Melihat baterainya yang sekarat, hape aku matikan dan kuletakkan kembali disana. Melihat hape Retha didepanku, kembali pikiranku menerawang kepadanya. Aku pun melamun mengingat masa-masa dimana aku bahagia bersama Retha.

Aku memang mengenal Retha cukup lama. Ada sekitar 2 tahun yang lalu. Kami sebelumnya memang jarang ketemu langsung karena terpisah oleh jarak kampung yang berbeda. Namun dalam sebulan pasti ada sekali, kalau tidak dia, akulah yang bertandang kerumahnya bersama Eris. Atau bisa juga kami ketemu dikampung lain bila ada semacam acara hiburan seperti Elektun pernikahan. Walaupun begitu, di zaman seperti sekarang untuk ketemu tak sulit. Cukup pakai hape dengan fitur sosmednya, dengan mudah bisa terhubung setiap waktu. Ya, dengan hape yang saat ini ada didepanku itulah Retha dan aku setiap hari bertemu didunia maya. Melalui hape juga kami saling bertanya kabar, saling merayu, saling ejek, marahan, memaki, bahkan saling menjahili

Aku ingat, Retha ini jahilnya lumayan. Kadang tengah malam kadang subuh disaat aku tidur dia nelpon hapeku berkali-kali. Setiap diangkat eh, malah ditutup. Ini terjadi berulang-ulang cuma miskol doang. Sampai hape kumatikan barulah ia tak bisa menghubungi lagi.

Aku sendiri tak kalah jahilnya. Bila kebetulan ada sms gratisan aku ‘bom’ hapenya dengan paling sedikit 100 sms kata ‘sayang’. Bila sudah marah biasanya dia akan ‘ngebom’ balik dengan sms kata ‘bangsat’. Anehnya saat itu aku bukannya tersinggung malah tertawa senang.😁😁

Ada lagi suatu ketika dia sms “sayang, beliin pulsa 10 ribu yak, disini hujan, gak bisa keluar, nanti kuganti, GPL”. Aku tahu dia bohong, karena kubuka WA dan FB dia sedang aktif didunia maya. Jadilah aku mengirim pesan lewat WA dengan kata-kata “untukmu gadis penipu” dilampiri karakter menjulurkan lidah.

Retha tidak membalas pesan itu. Kutunggu sampai sejam juga tidak ada balasan. Aku menyesal telah mengirim pesan itu khawatir dia marah beneran. Buru-buru kutelepon langsung untuk minta maaf. Hasilnya langsung di rejek. Kucoba berulang kali juga tetap ditolak. Sampai 2 hari berlangsung, telepon tak diangkat, pesan yang kukirim tak dibalasnya. Aku menebak saat itu dia sedang marah besar padaku.

Jadilah pada hari minggu aku berangkat kekampung Retha dengan motor seorang diri. Eris sengaja gak diajak karena aku malu kalau sampai peristiwa itu ketahuan olehnya. Aku akan minta maaf langsung kerumahnya. Sebelum berangkat kukirim sms kalau aku sedang diperjalanan menuju rumahnya supaya dia tidak kemana-mana. Sebelum kesana juga aku mampir disebuah toko baju. Kubelikan sebuah baju cewek warna biru motif bunga. Aku saat itu hanya menebak-nebak saja memperkirakan ukuran tubuhnya. Namun demikian, aku yakin ukuran itu pas, kalau kebesaran sedikit gak apa-apa lah. Baju itu sangat indah dipandang seandainya dikenakan Retha. Dia pasti senang, pikirku.

Dengan santai aku menuju kesana. Setibanya disana aku masuk kedalam rumah yang sudah terbuka itu. Sepi. Kulihat kamar Retha tertutup rapat. Sepertinya sedang dikunci dari dalam. Aku memanggilnya dari luar kamar. Tidak ada jawaban sama sekali. Pintu kamarnya juga masih tertutup. Ibunya yang sedang ada di dapur memasak rupanya tahu kedatanganku. Ibunya buru-buru menuju kearahku. Akupun menyapa dan menyalaminya.

Sekarang gantian ibu Retha yang memanggil dan mengetuk pintu kamar itu. Perlahan dari dalam terdengar langkah kaki menuju pintu. Pintupun segera dibuka. Nampaklah wajah seorang gadis yang kelihatannya belum mandi. Rambutnya masih kusut pakai baju tidur. Ibu Retha saat itu agak marah dengan kelakuan Retha yang tidak memperdulikan aku. Di omelinya Retha. Namun gadis itu hanya diam pura-pura tidak mendengar.

Kata ibunya, kalau hari minggu begini kan libur, Retha biasanya tidur lembur. Bangunnya sih pagi, habis makan atau mandi dia tidur lagi.

Aku yang saat itu ada disamping ibunya hanya senyum-senyum saja. Kupikir ini anak persis kayak temanku Eris. Tabiatnya sama-sama hoby tidur lembur, kalau dijodohkan cocok sekali. 😁😁
Ibu Retha kembali kedapur untuk melanjutkan memasak. Kini aku dan Retha berhadap-hadapan mematung seperti tidak saling mengenal. Wajahnya kelihatan sendu sekali

“Retha, aku minta maaf padamu”. Kataku sambil mengulurkan tangan.
“masuk saja”. Katanya sambil berpaling tanpa menyambut tanganku.

Saat itu pintu dibiarkan saja terbuka. Aku pun masuk mengikutinya dari belakang. Di suruhnya aku duduk dikursi tempat dia biasa berdandan. Retha sendiri kembali kekasurnya. Berbaring telungkup tanpa memperdulikan aku. Diambilnya hape. Saat ku lirik, sepertinya ia sedang melanjutkan sebuah permainan. Aku diam beberapa saat sambil memikirkan cara terbaik untuk menarik perhatiannya.

“Retha, kita ke pulau yuk”. Kataku. 😁😁

*Pulau* yang kumaksud adalah sebuah tempat (bukan pulau), tapi mirip-mirip danau yang ada diantara kampung KL dan KJ. Tempat itu indah. Ada dermaganya. Kalau bersama pasangan, romantis kayaknya.😁😁
Kami dulu pernah kesana rame-rame dengan teman yang lain. Orang tanah hulu pasti tahu.*😁😁
Retha hanya menatap kearahku dengan wajah masam sambil menggeleng berkali-kali. Trik pertama sepertinya gagal, pikirku.😥😥

“oke, batal.. tapi aku ada hadiah untukmu, mau gak? Tanyaku.😁😁
Retha menoleh kearahku. Tapi setelah melihat tidak ada apa-apa yang aku bawa ia kembali konsentrasi pada permainannya.

Aku pun keluar menuju motor yang terparkir, mengambil sebuah baju yang terbungkus dalam kantong kresek di bawah jok. Kuambil dan segera aku masuk kembali. Saat aku berada di depan kamarnya. Tetiba saja aku dikagetkan oleh Retha yang rupanya sudah menunggu disamping pintu. Tanpa ba-bi-bu, dirampasnya bungkusan itu dari tanganku. Ia membawa bungkusan itu kekasur dan membukanya. Retha kelihatan benar-benar senang mendapat hadiah dariku. Aku sendiri kembali duduk dikursi memperhatikan Retha dengan tertawa kecil. Berhasil, pikirku dalam hati.

Setelah dibukanya, aku kembali melihat wajahnya kegirangan tertawa bahagia. Sebuah baju wanita warna biru itupun dicoba-cobanya kebadan. Sepertinya pas, pikirku.
Beberapa saat kemudian Retha bangkit menuju cermin besar dari sebuah lemari disudut ruangan kamar.

Baju itupun langsung dipasang tanpa membuka baju tidurnya.
Dalam penglihatanku yang bukan ahli mode pakaian ini, baju itu cocok dan serasi dengan tubuh Retha. Namun tidak bagi Retha. Sesudah berputar-putar, menimbang-nimbang didepan cermin, sambil menyisir rambutnya yang kusut, kulihat wajahnya berubah merah menahan kesal. Sepertinya ingin menangis.😢😢

“gak cocok, kekecilan, mendingan gak usah pake baju saja”. Katanya jengkel sambil membuka dan melemparkan baju itu keatas kasur.😢😢

Hadeuuhh, aku hanya bisa menutup mataku dengan tangan karena merasa bersalah. 😢😢
Disaat-saat seperti ini aku jadi ingat, benar kata orang bahwa ‘cowok itu selalu salah dimata cewek’.😭😭
Buktinya sekarang langsung ada didepan mataku. 😢😢

Retha lalu kembali keatas kasur, telungkup seperti tadi, melanjutkan permainannya.
Suasana hening tanpa ada yang berbicara. Aku merenung memikirkan apa yang harus dilakukan lagi.
Sesudah menimbang-nimbang sedikit, akupun bangkit dari kursi menuju kearah Retha lalu duduk disamping kasurnya. Perlahan dengan ragu-ragu kuusap-usap rambutnya. Saat itu Retha seperti tak bergeming sama sekali. Ia tetap fokus dengan permainannya. Perlahan-lahan kemudian aku mencoba telungkup disampingnya mengikuti posisi Retha. Kuambil hape dari kantong. Kuketik *858*XXXXXXXXXXXX*50#call dihadapannya. Retha memperhatikan dengan bengong. Beberapa saat kemudian hapenya berdering kencang pertanda sms masuk. Setelah dibukanya, pulsa 50.000 telah terisi kenomor hapenya.

Bukan main girangnya Retha. Ia bangkit lalu melompat-lompat diatas kasur seperti anak kecil. Giliran aku yang bengong dibuatnya. Aku baru sadar kalau sebenarnya Retha sesaat yang lalu hanya mengerjaiku. Aku lalu bangkit berdiri didepan Retha dengan muka masam. Retha yang melihat aku berdiri didepannya segera meraih tanganku, disalaminya sambil mengucapkan terimakasih berulang kali.

“Retha,….masa cuma terimakasih doang, peluk dong?!” 😁😁 Kataku bercanda sambil membuka tangan.😁😁

Masih ketawa-ketawa Retha malah memukuli dadaku. Aku pun pura-pura kesakitan. Pada akhirnya Retha pun memeluk aku sebentar. Gak lama, paling 5 detik. Lumayanlah daripada gak dapat apa-apa.😁😁😍💏
Tapi tetap saja aku berhasil dikerjainya, sial memang.😢😢

Suasana akhirnya cair seperti biasa. Walapun tanpa diucapkan sekalipun, aku sudah tahu ia memaafkan kesalahanku. Masalah telah teratasi, lega sekali.😁😁

Beberapa saat kemudian, ibu Retha masuk kekamar itu menemui kami yang sedang bercakap-cakap. Makanan sudah dihidangkan, kami disuruhnya makan. Namun waktu makan itu pun terpaksa ditunda sebentar, karena Retha harus mandi dahulu.

Sembari menunggu Retha, aku dan ibunya mengobrol diruang tamu. Beberapa saat kemudian kulihat Retha sudah selesai mandi, ia melewati kami dan langsung masuk kekamarnya. Lumayan lama. Kemudian gadis itu keluar juga menemui aku dan ibunya

Aku sempat termangu dibuatnya. Rupanya Retha sudah berdandan rapi. Baju yang kuberikan tadi dipakainya saat itu. Cantik. Serasi dengan tubuh Retha. Bau parfum semerbak memenuhi ruangan.

“wah, baju baru ni…emang kamu mau keundangan?” kataku menggoda Retha.😁😁
“ ya..gak lah, tadi katanya kita mau ke pulau!! sahut Retha sambil tersenyum kearah ibunya.
“kalian mau ke pulau??” kata ibu Retha sambil memalingkan pandangan kearahku.
“benar ibuk, tapi kalau di izinkan…” jawabku malu-malu.😁😁
“boleh…tapi syaratnya harus makan dulu, kalau gak mau berarti gak boleh! balas ibu Retha sambil tersenyum.

Akhirnya kami bertiga pun menuju kedapur untuk makan. Setelah selesai, aku meminta izin sekali lagi pada ibu Retha untuk membawa Retha jalan-jalan ke pulau. Kami di izinkan, namun katanya harus hati-hati dan jangan sampai terlalu sore.

Jam saat itu sekitar pukul 10.00. matahari bersinar dengan cerah. Aku dan Retha segera keluar dari rumah menuju motorku yang sejak tadi terparkir didepan. Lagi-lagi ada masalah, Retha memaksa ingin mengendarai motorku. Daripada berdebat lama, akupun mengalah. Hari itu aku dibonceng Retha. Tak apalah, sekali-kali dibonceng cewek, pikirku.😁😁

Lamunanku tiba-tiba buyar. Sakit sekali jika mengingat-ingat kenangan itu. Cerita ibu Retha tentang perbuatan Retha beberapa saat lalu tidak begitu merisaukanku. Yang membuat aku sedih adalah membayangkan bagaimana aku menjalani hari-hari kedepan tanpa kehadiran Retha. Aku pastinya akan sangat kesepian kehilangan dirinya.😭😭😭

Kutundukkan kepalaku sampai mencapai lantai meja didepanku. Dari rumah tetangga, sayup-sayup terdengar alunan lagu “pembaringan terakhir” yang sangat menyayat hati. Tanpa kusadari beberapa butir air mataku berjatuhan kelantai.😭😭😭

1 komentar:

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ajoqq^^com
    mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
    mari segera bergabung dengan kami.....
    di ajopk.club....^_~
    segera di add Whatshapp : +855969190856

    BalasHapus