Rabu, 22 Januari 2020

Retha 2

Siang itu langit sejak pagi tidak bersahabat. Mendung seakan melingkupi bumi. Butiran gerimis mulai turun membasahi sebuah gundukan tanah merah. Aku duduk bersimpuh di hadapan sebuah papan nama yang tertancap diujung gundukan tanah itu. Aroma bunga dan daun pandan semerbak tertiup angin kearahku perlahan. “RETHA, JANUARI 2020”. Benar, disanalah tubuh Retha terbaring dalam tidur panjangnya. 😢😢

Aku menghela napas berkali-kali. Dada terasa sesak oleh beban yang sangat berat. Kuusap nisan yang masih baru itu sambil melantunkan doa untuknya………………😭😭

Stop, stop…. Alur ceritanya melompat terlalu jauh ini,..
gak nyambung dengan cerita pertama.😁😁

Oke, maaf..maaf, soalnya penulis dalam suasana galau, harap dimaklumi..😢😢
Cerita kemarin sampai mana ya?? Ada yang ingat gak. Kalau gak ingat baca ulang saja.. heheee
Sebelum baca lanjutannya disarankan putar lagu “sebuah nama” dari Intan Ali.
 Mantap gaess.. 😁😁

Namanya Retha. Benar sekali. Si gadis yang kusebut imut-imut, kecil-kecil buah anggur itu. Kukatakan lagi pada kalian pembaca, antara aku dan Retha tidak ada hubungan yang istimewa kecuali sebagai teman biasa saja. Alis matanya yang tebal. Lesung pipit diwajahnya. Rambutnya hitam dan panjang terurai. Semerbak aroma sampo tercium tertiup angin saat kami duduk-duduk ditangga sekolah. Kala itu ia memakai baju atasan berupa dress warna agak kuning. Lalu dipadu dengan rok dibawah lutut warna hitam. Seandainya siang hari akan nampak sekali pesonanya. Aku mengagumi penampilan Retha malam itu. Jangankan aku, kalian laki-laki yang membaca cerita ini andai saat itu ada disana, walau sudah menikah, bakal berencana untuk poligami..🤣🤣

Suasana ketika itu yang sebelumnya mendung pekat, perlahan awan tebalnya mulai berkurang. Namun rembulan seakan masih malu-malu untuk menyorotkan sinar emasnya. Aku dan Retha masih dalam diam dengan pikiran masing-masing. Aku sejak tadi termangu memperhatikan wajah Retha yang kelihatan sedih itu akhirnya mulai mengajaknya ngobrol demi mencairkan suasana. Betapa senangnya melihat Retha sudah mulai kembali ceria lagi. Apalagi Retha sampai berkali-kali memukul pundakku dengan manjanya karena mendengar ejekanku. Oh..tuhan, rasanya aku ingin meledak..😂😂

Keadan berubah ketika kami dikagetkan bunyi dering hape Retha. Sebuah pesan singkat masuk ke hapenya. Segera dibukanya pesan itu. Bersamaan juga kulihat wajah Retha kini berubah pucat bermuram durja. Ia kembali kepada kesedihan yang tadi. Aku hanya bengong sesaat tak tahu apa yang terjadi. Dengan penasaran kuambil hape itu dari tangan Retha. Pesan itu berasal dari nomor tanpa nama

Dan isinya…😱😱…….sulit gaess, maksudku sulit untuk dibaca karena hape Retha memakai huruf dengan Font gaul hape zaman now.😁😁

Aku kesulitan membacanya apalagi dengan tulisan yang cukup panjang. Belum selesai aku membacanya Retha tetiba saja merebut hape itu dari tanganku dan langsung menghapus pesan tadi.
Walau pun demikian aku sudah dapat memahami inti dari pesan itu, isinya “seseorang atau mungkin banyak orang, ingin Retha menemui mereka secepatnya disuatu tempat yang aku sendiri tahu ada dimana. Harus datang sendiri.“ Itu saja yang dapat kuingat.😢😢

Aku yang saat itu penasaran setengah mati dengan apa yang terjadi masih dalam kebingungan harus berbuat apa. Setelah sedikit menenangkan diri. Aku pun bertanya perlahan kepada Retha ada masalah apa yang sebenarnya. Kulihat Retha hanya menggeleng. Masih belum puas, kucoba untuk bertanya lagi. Namun kali ini Retha menanggapinya dengan sedikit kasar membuat aku terdiam. Katanya “jangan ikut campur”. Aku pun mengalah, mengurungkan niat untuk bertanya. Kuamati wajah Retha sembari mendekat. Kasian sekali. Sungguh trenyuh hatiku melihat Retha sekarang sesenggukan menangis.😢😢

Berkali-kali ia mengusap air mata dengan tangannya sendiri. Astaga. Aku harus berbuat apa, tuhan. Ingin rasanya aku memeluk saja tubuh Retha yang mungil itu. Sekedar mungkin bisa berbagi sedikit kesedihan dan menenangkanya, Tapii………….setelah dipikir-pikir sungguh tidak pantas dan terkesan curi-curi kesempatan saja. Bukankah aku dan dia hanya sebatas teman? Akhirnya akupun memutuskan untuk pelan-pelan menyibak rambut panjangnya keatas telinga. Semakin nampaklah wajah yang sedih itu. Kuhapus pelan-pelan pundak kirinya. Retha pun kini memalingkan wajah kearahku. Syukurlah kulihat sedikit perubahan diwajahnya, lebih baik dari tadi. Sesenggukannya pun berhenti. Kucoba tersenyum kearahnya, namun Retha seperti tak merespon sama sekali.😢😢

Aku kini masih dalam suasana bingung. Segala hal berkecamuk dalam pikiranku yang penuh tanda tanya tentang Retha. Kembali kulihat Retha membuka hapenya lalu menelepon temannya minta dijemput dan diantar kesuatu tempat seperti di dalam pesan tadi. Ia juga memberitahukan posisi kami. Tak berapa lama sebuah sepeda motor matic berhenti dihadapan kami. Dia adalah teman Retha, seorang cewek, namanya Devi. Aku juga sudah mengenalnya. Rasa penasaran membuat aku bangkit dari tempat duduk menghampiri Devi. Aku menyongsong Devi dengan banyak pertanyaan tentang apa yang terjadi. Namun perempuan itu seperti tidak perduli. Entah pura-pura tidak mendengar atau mungkin memang tidak mendengar karena saat itu mesin motornya masih hidup.

Retha pun mulai bangkit dari duduknya menuju kearah Devi yang masih menunggu diatas motornya. Saat Retha akan menaiki motor itu dari arah belakang, refleks saja aku memegang tangannya, bermaksud untuk menghentikannya. Masih kuingat tangan itu betapa lembut. Hanya satu kata yang sempat keluar dari mulutku “Retha…….,”. Kata itu berhenti begitu saja, tanpa tahu harus dilanjutkan dengan kalimat apalagi karena tenggorokanku kini seakan tercekat. Retha pun seperti mengerti kekhawatiranku sembari membalas menggenggam tanganku dengan erat sambil berbisik agar aku tak usah mengikuti mereka. Ia berjanji akan kembali. Sebagai bukti janjinya akan kembali, hape Samsung Galaxy miliknya dititipkannya padaku. Perlahan kulepaskan genggaman lembut tangan Retha sembari menerima hape itu.😢😢

Kini motor matic yang membawa mereka perlahan bergerak kearah barat meninggalkan aku yang masih berdiri mematung seorang diri dengan perasaan tak menentu. Aku terus menatap kepergian Retha sampai sorot lampu motor mereka hilang dikejauhan. Dinginnya desiran angin malam berhembus perlahan kearahku yang masih kebingungan dengan sejuta tanya yang belum terjawab hingga tulisan ini dibuat. 😢😢

*santai gaess, belum selesai, kita masih akan menemukan cerita tentang Retha. Tetapi kapan? Dan di mana?* 😭😭

1 komentar:

  1. mari gabung bersama kami di Aj0QQ*c0M
    BONUS CASHBACK 0.3% setiap senin
    BONUS REFERAL 20% seumur hidup.

    BalasHapus