Rabu, 22 Januari 2020

Retha 5: mimpi dalam mimpi

Kutundukkan kepalaku sampai mencapai lantai meja didepanku. Dari rumah tetangga, sayup-sayup terdengar alunan lagu “pembaringan terakhir” yang sangat menyayat hati. Tanpa kusadari beberapa butir air mataku berjatuhan kelantai. 😭😭

Ditengah-tengah semua rasa yang membuncah, aku terperanjat oleh sesuatu yang menyentuh dan mengusap-usap pundakku. Aku pun menoleh. Rupanya, tanpa aku sadari ibuku telah ada dibelakangku. Ia lalu duduk pada kursi disampingku. Buru-buru aku menghapus air mata dengan tangan. Kutatap wajahnya yang sudah nampak keriput. Aku tahu ia juga bersedih. Sedihnya tentu karena melihat anaknya yang menderita batin ini. Aku pun berusaha menguat-nguatkan diri didepannya. 😭😭

Memang, ibuku yang sekarang sudah tua. Umurnya hampir mendekati 60 tahun. Sering sakit-sakitan.
Walaupun diusianya yang telah senja, semangatnya masih tinggi. Terbukti, walaupun penglihatannya tak sebaik dulu, ia masih memiliki kegiatan mengajari anak-anak kecil mengaji. Aku sendiri dulu tamat mengaji dari ibuku.

Beliau juga perempuan yang sangat sabar dan penyayang. Sangat jarang sekali beliau memarahi aku ketika melakukan kesalahan. Yang ada, apabila aku berbuat salah beliau hanya mengingatkan, menasehati dengan lemah lembut. Setiap kami anaknya mengalami masalah dan mengadu padanya, tak pernah ibuku cuek. Ia tempat curhat terbaik. Dengan pengalaman hidup yang pernah dijalani, ia selalu mampu memberikan solusi-solusi yang menenangkan.

Benarlah kata pepatah, Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah.

Up dulu gaess.
Kalian tahu istilah malaikat pelindung?
Malaikat Pelindung bukanlah seperti wujud malaikat yang kita bayangkan. Setiap orang yang lahir kedunia ini memiliki hanya satu malaikat pelindung. DIA ADALAH SEORANG IBU. Apabila malaikat pelindung ini telah tiada, tak ada lagi yang bisa menggantikan. Ia dikirim tuhan dengan tugas khusus untuk merawat, menjaga, dan menyayangi orang yang dilindungi selama hidupnya. Tugas ini sangat berat. Oleh karena itu tuhan janjikan balasan surga baginya. Begitu juga seorang anak, ketika seorang anak mau menuruti semua nasehat-nasehat baik dari ibunya, menyayangi, melindungi, menghormati dan merawatnya, balasannya adalah bahagia didunia dan diakhirat.

Kita semua tentu ingin hidup bahagia. Oleh karena itu mulai saat ini marilah kita berbakti kepada orang tua selama mereka masih ada. Apabila mereka telah tiada, sekali-kali kunjungi makamnya dan kirimkan doa. Tidak hanya datang disaat-saat perlu saja, lalu disaat-saat gembira kita lupa dan hilang entah kemana. Jangan sampai kita menjadi anak yang durhaka.

Maaf ya, bukan menggurui, hanya mengingatkan diri sendiri. 😁😁
Malaikat pelindungku, ya dia sekarang sedang ada disampingku.
Menatap wajahnya membuat aku menerawang mengingat bahwa selama ini aku banyak melakukan kesalahan. Aku termasuk anak yang bandel dan sering melanggar nasehat-nasehatnya. Kupeluk tubuhnya yang sudah ringkih itu dengan berlinangan air mata kembali. Aku benar-benar merasa seperti anak kecil usia 5 tahun. Dengan sesenggukan aku meminta maaf atas semua yang telah kulakukan selama ini padanya. Kutumpahkan semua gundah dihatiku padanya dengan menangis sejadi-jadinya.

Ibuku yang baik hati hanya mengangguk-nganguk dengan terharu. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Hanya matanya saja nampak berkaca-kaca. Beliau menepuk-nepuk pundakku, membelai rambutku dengan penuh kasih sayang. Aku tahu walaupun tanpa meminta maaf sekalipun ia sudah lama memaafkan aku.

Beberapa saat kemudian dinasehatinya aku dengan bahasa yang lemah lembut. Terutama agar aku bersabar dan ikhlas. Relakan kepergian Retha

Menurut ibuku, perihal yang menimpa Retha, merupakan bagian dari rencana tuhan yang tak bisa kita rubah. Garis hidup seseorang telah tertulis jauh sebelum ia lahir kedunia ini. Semua yang telah digariskan tuhan tak ada makhluk yang bisa menolaknya. Sisi kehidupan Retha entah baik atau buruk hanyalah bagian dari cara-Nya untuk menyempurnakan Takdir. Suka atau tidak suka tetap saja semua akan terjadi. Pada akhirnya nanti setiap makhluk juga akan merasakan kematian. Biarpun aku menangis darah, Retha tidak akan pernah kembali. Aku harus bisa merelakannya. Selalu ada hikmah disetiap kejadian. Tuhan takkan memberi ujian melewati kemampuan hambanya.

Bersedih boleh saja. Berlebihan itu yang tidak baik. Tidak baik bagi kesehatan. Tidak baik juga untuk Retha. Seandainya saja Retha mengetahui kalau sekarang aku bersedih untuknya ia pasti takkan suka. Sebagai teman jika memang aku menyayanginya, tugasku bukan bersedih, tetapi merelakan dan mendoakannya

Nasehat dari ibuku kali ini benar-benar langsung masuk menghujam jauh kedalam hatiku. Sudah lama aku tak dinasehatinya seperti ini. Akupun menjadi tersadar. Kini aku merasa benar-benar damai sekali. Kiranya hampir seluruh beban serasa terhapus.

Setelah aku tenang, kemudian ibuku mengajak aku kedapur untuk makan. Disana sudah ada sepiring nasi goreng yang memang khusus disiapkan untukku. Ia tahu aku sangat menyukai nasi goreng. Ia juga tahu bahwa saat itu aku tentu belum sepenuhnya melupakan hal tentang Retha. Butuh proses dan waktu. Beliau dapat memaklumi ketika makanan yang ada didepanku hanya dapat kuhabiskan setengahnya saja.

Up sebentar ya, penulis mau mewek dulu. 😭😭
Kalian baik-baik saja kan?

Selesai makan, akupun segera mandi. Waktu shalat maghrib sebentar lagi. Suara adzan maghrib berkumandang dari masjid yang berada ditengah-tengah kampung kami. Setelah selesai berpakaian aku pun segera menuju masjid dengan mengendarai sepeda motor.

Maaf ya, bukannya pamer, selama ini aku memang termasuk anak yang rajin shalat. Namun selama ini harus kuakui bahwa ibadahku itu kebanyakan kulakukan asal-asalan karena terpaksa menuruti perintah ibuku. Kadang juga hanya ikut-ikutan teman. Biar ada yang menganggap sebagai anak alim. Biar cewek-cewek pada kagum dan memuji. Parah memang. Sama sekali bukan murni karena menunaikan perintah Tuhan. Mengingat-ingat itu semua, rasanya aku benar-benar sangat malu dan menyesal. Jadi pantaslah tuhan menegur aku dengan musibah ini

Mulai malam ini aku berjanji akan belajar dari semula lagi. Memperbaiki semua yang selama ini kulakukan asal-asalan. Saat itu maghrib dan isya dapat kulakukan dengan lebih baik dari sebelumnya. Seperti pesan ibuku selesai shalat tak lupa juga aku mengirimkan do’a-doa untuk Retha.

Pukul 20.00 aku sudah ada dirumah. Kalau biasanya, tidurku jam 24.00. Waktu banyak kuhabiskan dengan bermain online dan berselancar didunia maya. Jam segitulah biasanya juga aku dan Retha terhubung di WA dan FB. Malam itu hapeku benar-benar sepi. Sekedar pesan dari teman lain pun sama sekali tidak ada. Hape segera kumatikan dan memilih telentang diatas kasur sambil merenung. Mungkin karena dorongan rasa capek yang sangat besar, akupun tertidur. Disinilah terjadi peristiwa yang kusebut Mimpi dalam Mimpi.

*Ya, aku bermimpi didalam mimpi. Peristiwa semacam ini memang benar-benar ada. Aku pernah mengalami berkali-kali. Apa kalian pernah mengalaminya??
Lagunya juga ada, gak percaya silakan cek youtube, judulnya “umpama mimpi dalam mimpi”* 😁😁

Bermula dari ketika itu aku merasa seperti sedang berada di pinggir sungai belayan yang tak jauh dari rumahku. Aku menatap keseberang sungai. Dari kejauhan nampaklah seorang perempuan, Retha. Aku mengenalinya walaupun hanya nampak samar-samar karena terhalang kabut. Retha terlihat melambaikan tangan kearahku. Akupun segera menceburkan diri kesungai, berenang menuju kearahnya. Dengan susah payah aku berhasil juga mencapai tepi sungai. Retha tersenyum kearahku. Namun saat aku mendekatinya, ia malah berlari menjauh. Aku mengejarnya dengan napas yang masih kelelahan.

Semakin jauh aku mengejarnya, namun Retha seperti tak juga berhenti. Sampai pada akhirnya akupun tak mampu lagi berlari. Aku tersungkur diatas padang rumput. Saat aku mengangkat kepala, ternyata Retha sudah berdiri didepanku. Ia menundukkan badannya, mengulurkan tangan kearahku dengan tersenyum. Aku berusaha menggapai tangannya. Namun seperti terhalang oleh sesuatu mirip dinding yang sangat tebal. Dinding itu bening bagai kaca. Kulihat Retha berjalan mundur menjauhiku.

Sesaat kemudian terdengar suara gemuruh menggelegar dari atas langit. Suara itu benar-benar memekakkan telinga. Sebuah bola api raksasa jatuh tepat diantara aku dan Retha yang sekarang dibatasi oleh dinding kaca. Bola api itupun hancur membakar padang rumput ditempat itu. Api besar berkobar membakar padang rumput dihadapanku. Panas sekali. Aku yang berada dibalik dinding dapat merasakan panasnya dikulitku. Kulihat tubuh Retha telah terbakar api sebagian. Ia berteriak menjerit-jerit kesakitan. Jeritannya benar-benar memilukan hati. Ia meronta-ronta diatas rerumputan yang telah dipenuhi kobaran api. Belum cukup sampai disitu, dari dalam tanah keluar banyak sekali ular berkepala api.

Ular-ular itu membelit tubuh Retha yang sedang terbakar sebagian. Kali ini jeritan Retha sepertinya sudah hilang. Ular yang tadinya membelit Retha segera mencabik-cabik tubuhnya. Kepala dan tangannya sampai terlepas dari badan.

Aku yang menyaksikan kejadian itu menangis sejadi-jadinya dari balik dinding. Aku berteriak-teriak memanggil namanya sekeras-kerasnya, sampai suaraku habis. Kupukul dinding tebal didepanku berkali-kali sampai tanganku berlumuran darah. Dinding itu terlalu kuat untuk ditembus. Pada akhirnya akupun tak lagi mampu bertahan menyaksikan peristiwa itu. Aku tak ingat dan tak merasakan apa-apa lagi. Tubuhku lunglai ketanah. Sepertinya aku telah pingsan, lama sekali.

Ketika tersadar, ternyata aku masih berada ditempat itu. Namun pemandangan kali ini jauh berbeda dari sebelumnya. Kali ini kulihat ada sebuah rumah besar dibalik dinding itu. Disekelilingnya banyak tumbuh bunga-bunga yang sedang bermekaran. Pemandangan ditempat itu benar-benar asri. Aku berdiri terkagum-kagum melihat pemandangan yang ada didepanku. Pada sebuah taman bunga disamping rumah itu kulihat Retha sedang asyik bermain kejar-kejaran dengan banyak sekali anak perempuan. Tidak ada anak laki-laki disana. Suara riuh tawa Retha dan anak-anak itu berbaur jadi satu. Mereka tampaknya sedang bergembira

Dari balik dinding, aku berteriak-teriak memanggil Retha sambil memukul-mukul dinding yang ada didepanku. Aku berharap Retha mau mendekat kearahku. Namun sepertinya ia tidak mendengar panggilanku itu. Pada akhirnya aku hanya bisa berdiri terpaku melihat kegembiraan mereka

Tiba-tiba saja kembali terdengar suara gemuruh. Suara itu berasal dari bawah tanah tempat aku sedang berdiri. Sesaat kemudian keluar seekor ular berkepala api didekat kakiku. Tubuhku menggigil ketakutan. Bentuknya sama dengan ular yang kulihat membelit tubuh Retha. Belum sempat aku berlari, ular itu telah membelit kakiku, lalu menarik kedalam tanah. Aku menjerit sekeras-kerasnya. Sampai akhirnya akupun terbangun. Kulihat ibuku telah ada disamping kasurku. Sepertinya ibuku lah yang telah membangunkan

Saat terbangun aku baru sadar, tubuhku masih basah oleh keringat. Bantal tempat aku berbaring sepertinya basah oleh bekas air mata. Mimpi itu benar-benar terasa nyata. Kulihat jam dinding menunjukkan pukul 03.00 pagi. Keadaan saat itu cukup gelap karena mati lampu. Hanya ada nyala lilin yang dibakar ibuku.

Dengan linangan air mata kuceritakan mimpi itu pada ibuku. Ibuku yang baik hati mendengarkan dengan seksama.

Sesudah melihatku lebih tenang, ibuku mulai berbicara. Menurutnya apa yang ada dalam mimpiku itu merupakan gambaran keadaan Retha saat ini dialam kuburnya.

Setiap perbuatan manusia selama didunia itu ada nilainya dihadapan tuhan walau sekecil apapun. Perbuatan baik bernilai pahala, balasannya adalah kebahagiaan dan kenikmatan. Untuk perbuatan buruk bernilai dosa, balasannya adalah penderitaan (siksa). Dosa dan pahala ibarat air dan minyak. Tidak akan pernah dapat bersatu. Dosa dan pahala dibalas tersendiri sesuai dengan apa yang yang telah dilakukan selama hidup.

Apabila selama hidup kita banyak berbuat dosa kepada tuhan, melanggar perintah-perintahnya, dosa itu dapat dihapus dengan bertobat. Mengakui lalu minta ampun langsung kepada tuhan dengan tulus dan berjanji tak mengulangi lagi. Sebesar apapun kesalahan itu pasti diampuni karena tuhan maha pengampun.

Ada dosa yang tidak akan diampuni tuhan walaupun kita sudah bertobat. Yaitu dosa kepada sesama manusia. Dosa ini hanya akan diampuni jika kita sudah meminta maaf kepada orang-orang yang bermasalah dengan kita. Lalu bagaimana kalau orang tersebut tidak mau memaafkan? Apabila kita sudah meminta maaf dengan tulus, dosa kita tetap diampuni

Ketika seseorang telah meninggal, dialam kubur ia akan menerima balasan amal baik dan amal buruknya selama hidup didunia. Apabila ia banyak berbuat dosa maka ia akan lebih banyak menderita daripada mendapat kenikmatan. Kejadian ini akan berlangsung lama dalam masa ribuan atau bahkan jutaan tahun sampai menunggu hari kiamat nanti. Setelah hari kiamat barulah ada keputusan seseorang akan menempati surga atau neraka.

Dari penjelasan ibuku inilah aku jadi mengerti tentang mimpiku itu. Retha saat ini pasti sangat menderita sekali dialam sana akibat perbuatannya selama ini. Pada saat-saat tertentu Retha bisa juga sedang tidak disiksa, yang artinya itu adalah gambaran dari balasan tuhan atas kebaikan-kebaikan yang pernah ia lakukan.

Merenungkan itu semua membuat aku merinding. Aku takut sekali seandainya hal itu menimpa diriku suatu saat nanti. Di lain sisi aku juga sangat sedih memikirkan Retha. Aku tak ingin ia terus-terusan menderita.

Ku tanya ibuku, dapatkah aku menolongnya?

Ada satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan memintakan ampun untuk Retha kepada Tuhan secara langsung disertai juga dengan memintakan maaf untuknya kepada orang-orang yang pernah bermasalah dengan Retha. Jika semua itu dapat dilakukan dengan baik, mudah-mudahan ampunan tuhan akan turun untuknya. Retha tidak akan menderita lagi.

Untuk memintakan maaf tentu bukan hal mudah. Orang yang paling cocok mengemban tugas ini tak lain adalah aku atau keluarganya. Jika aku memang benar-benar sayang padanya sudah seharusnya aku tak menolak melakukan tugas ini. Tanpa membantah, aku pun langsung menyanggupi tugas itu karena aku tak ingin Retha menderita berlama-lama.

Setelah ibuku keluar dari kamarku, kurenungkan dalam-dalam semua yang telah disampaikannya.
Pagi itu aku belajar banyak dari ibuku. Apa yang disampaikan ibuku merupakan hal baru, aku tak pernah tahu sebelumnya. Selama ini walaupun pernah belajar agama, aku tak pernah serius. Kebanyakan hanya main-main dan asal-asalan saja.

Jam menunjukkan pukul 04.45. Suara adzan subuh terdengar mengalun dari sebuah masjid ditengah kampung. Memanggil semua umat muslim agar menunaikan shalat. Aku segera turun kesungai mengambil wudhu. Saat itu aku lebih memilih shalat dirumah saja bersama ayah dan ibuku.
Selesai shalat, aku kembali kekamarku. Aku duduk diatas sebuah sajadah. Mengirimkan doa-doa untuk Retha. Lalu kupejamkan mata sambil melanjutkan lagi dengan do’a-doa dalam bahasa Indonesia dengan sangat khusuk.

“ya Allah ya Rab, tuhanku yang maha pengampun. kali ini hambamu datang bersimpuh dihadapanmu.

“ampunilah segala dosa-dosaku, dosa ayah-ibuku, dosa saudara-saudaraku, dosa orang-orang yang aku sayangi. aku tahu selama ini telah banyak berbuat dosa, namun aku yakin engkau maha pengasih lagi maha penyayang.


“ya Allah yang maha besar. aku mohon padamu ampunilah segala kesalahan Retha kepadamu. maafkanlah segala kesalahan-kesalahannya.
aku tahu ia telah banyak berbuat dosa kepadamu, namun aku yakin rahmat dan kasih sayangmu mendahului amarah dan murkamu.


“jika saja selama hidupku ini ada perbuatanku yang bernilai amal kebaikan dihadapanmu, berikanlah kepada Retha. Jika saja kau izinkan hambamu ini sanggup………………….

Belum sampai doa itu selesai, mulutku seakan-akan terhenti begitu saja. Suasana tiba-tiba hening sekali. Tak ada suara apapun. Dunia benar-benar hening. Saat itulah aku merasakan tubuhku lalu mengecil, terus mengecil sekecil-kecilnya. Lebih kecil dari butiran pasir. Kemudian tubuhku yang kecil itu lebur………….😭😭

Apa yang kualami selanjutnya tak akan kuceritakan disini karena sangat sulit dibahasakan dengan kata-kata. Sungguh hanya aku sendiri yang dapat mengerti.

Jam 06.30 aku terbangun dari tidur. Anehnya saat bangun aku sedang terbaring diatas kasur, padahal beberapa saat yang lalu aku sedang duduk berdoa diatas sajadah. Bagaimana caranya aku naik keatas kasur. Siapa yang telah mengangkat tubuhku keatas kasur. Pertanyaan itu berputar-putar dikepala.
Aku lalu bangkit dan duduk-duduk dipinggir kasur. Aku merenungkan kejadian itu dalam-dalam. Pada akhirnya aku pun mengerti. Aku sadar sesadar-sadarnya. Ada banyak hal didunia ini yang tak bisa dijelaskan pakai logika. Dan sekali lagi hal ini hanya aku sendiri yang dapat memahaminya.

Bahwa tuhan sesungguhnya sangat dekat dengan kita, itu benar adanya. Jaraknya seperti jarak antara jari manis dan jari tengah. Kita hanya perlu “menyadarinya” saja. Selama ini justru kita lah yang menjauhinya.

Aku kini benar-benar tersadar bahwa musibah yang menimpa Retha, kesedihan mendalam yang menimpaku, merupakan rencana tuhan yang memang sudah disiapkan-nya untuk mengarahkan aku menuju ke moment ini. Seseorang terkadang memang perlu di “hantam” dengan sebuah ujian berat agar dia bisa sadar dan kembali kejalan yang benar. Agar mau berubah dan memperbaiki diri. Dan saat ini aku bersyukur sekali telah memahaminya. Aku telah memahami makna rahasia hidup ini. Aku telah paham untuk apa aku terlahir kedunia

Aku merenungkan kembali rencana memintakan maaf untuk Retha yang sudah aku bahas dengan ibuku.
Tugas ini memang tidak mudah. Terutama mencari orang-orang yang entah berada dimana. Mereka adalah orang-orang yang asing bagiku. Aku menyebut tugas ini sebagai “misi suci”. Misi ini tentu saja tidak akan cepat dapat dituntaskan. Perlu waktu berhari-hari, berbulan-bulan, dan mungkin saja bertahun-tahun. Walaupun begitu aku yakin dapat menyelesaikannya dengan baik karena aku tidak sendirian.

Ada keluarga Retha, yang pastinya akan menolong aku. Temanku Eris tanpa diminta sekalipun ia pasti membantuku. Selain itu ada teman-temanku yang lain: ada lukman, hery, ely, anthoni, yang aku yakin mereka akan membantu jika memang diperlukan. Dan satu lagi, Tuhan Yang Maha Kuasa, Dia tak akan membiarkan hambanya melangkah sendiri. Dia pasti akan memberikan petunjuk dan jalan kemudahan.

Kulakukan semua ini bukan untuk diriku sendiri. Bukan untuk mendapat pujian apalagi imbalan. Sama sekali tidak seperti itu. Kulakukan ini dengan tulus dan murni karena panggilan hati. Kulakukan ini untuk menyelamatkan Retha dari penderitaannya. KARENA, JUJUR SAJA AKU MEMANG MENYAYANGINYA DENGAN SEPENUH HATIKU.

Namun tetap kutegaskan bahwa antara aku dan dia hanya teman biasa saja.😁

Selasa, 13 januari 2020. Pagi itu aku bangun dengan perasaan yang sangat plong. Atas anugerah tuhan, cuaca pagi itu lumayan cerah walaupun berkabut. Secerah perasaanku. Terimakasih ya, Rabb. Aku sudah bisa tersenyum seperti biasa. Siang ini aku akan pergi menemui Ibu Retha di rumahnya. Selain untuk mengembalikan hape dan ziarah kemakam Retha, juga menyampaikan hal penting lain yang mesti dibicarakan secara langsung dengan keluarganya

Devi, yup.. teman Retha yang saat itu membawanya. Sejak Retha dirawat hingga dimakamkan, tak terlihat sama sekali batang hidungnya. Hari ini aku akan mencarinya. Aku yakin Devi pasti tahu banyak tentang peristiwa malam itu. Kunci dari semua kejadian ini adalah dia. Maka aku akan memulainya dari Devi

Kuambil handuk ditempat gantungan baju, bermaksud untuk mandi disungai belayan. Udara pagi yang dingin dan berkabut pada akhirnya membuat aku harus duduk-duduk dulu pada sebatang kayu ditepi sungai menunggu munculnya cahaya matahari dari timur. Sembari menghirup udara pagi yang segar kualihkan pandangan kesegala arah. Pikiranku kembali sedikit menerawang pada Retha. Tetiba saja dikejauhan segumpalan kabut tebal semakin mendekat kearahku. Aku terpaku menyaksikan fenomena alam itu. Saat berada didepanku gumpalan kabut berubah membentuk paras wajah Retha. Semakin lama semakin utuh sampai benar-benar berupa wujud Retha. Aku terpaku dibuatnya. Sosok Retha didepanku tersenyum dengan manisnya sambil mengulurkan tangannya.

Alangkah bahagia hatiku dapat kembali bertemu dengannya. Aku lalu membalas dengan tersenyum sambil menyambut uluran tangannya. Dingin sekali karena yang kusentuh hanya gumpalan kabut. Beberapa saat kemudian, perlahan gumpalan kabut itu sirna ditiup angin yang semakin hangat oleh sinar mentari pagi. Kini sosok Retha benar-benar telah hilang dari pandanganku. Walaupun begitu, hatiku sangat gembira sekali. Aku tahu setidaknya saat itu bahwa Retha tidak sedang menderita.
Sinar mentari pagi itu benar-benar hangat menerpa kulitku. Tanpa menunda lagi, dengan bersemangat aku langsung turun kesungai, menceburkan diri kedalam airnya yang jernih. Mandi sampai benar-benar bersih. Setelah merasa puasnya, lalu akupun menyudahinya.

Kembali kerumah setelah mandi, aku berpakaian rapi lalu makan seperti biasa. Ibuku pagi itu kulihat senyum-senyum sendiri. Mungkin beliau senang melihat keadaan anaknya yang sudah jauh lebih baik. Di depan ibuku banyak yang kami bicarakan, terutama tentang mendatangi rumah keluarga Retha. Banyak pesan dan nasehat dari beliau untukku yang nanti dapat kusampaikan pada keluarga Retha

Sebelum meninggalkan ibuku. Ku salami dan kucium tangannya untuk meminta restunya. Melihat wajah ibuku yang sudah tua mataku berkaca-kaca. Nenek sudah 10 tahun lalu meninggalkan kami, yang berarti ibuku saat ini sudah tidak memiliki malaikat pelindung.

Kutanamkan jauh-jauh didalam hatiku. Aku memang tidak akan mampu menggantikan posisi malaikat pelindungnya. Namun mulai saat ini aku berjanji akan merawat, menjaga, melindungi, dan menyayanginya dengan segenap hatiku. Selama aku masih hidup takkan kubiarkan siapapun yang membuatnya bersedih.

Kembali kekamarku, kuambil hapeku dan dan hape Retha. Kedua hape itu kini ada ditanganku. Aku mempersiapkan hape Retha supaya tidak ketinggalan lagi. Aku lalu menelepon pimpinan tempat aku bekerja untuk minta izin tidak masuk hari ini untuk ziarah kemakam Retha. Beliau ini seorang perempuan. Umurnya lebih muda dari ibuku. Kami biasa memanggilnya ibu K. Ibu K asalnya dari kampung G, jadi ia sekampung dengan Retha. Dari sambungan telepon itu dia bercerita pada saat pemakaman Retha, beliau juga menghadirinya. Lalu aku pun diizinkannya.

Sasaat kemudian, aku lalu menelepon teman sejatiku, Eris. Tentu saja bermaksud minta dia menemaniku lagi kesana. Beberapa kali sambungan teleponku tidak diangkat. Pada akhirnya pada sambungan yang keempat kalinya barulah temanku itu mengangkat hape. Suaranya serak menandakan baru bangun tidur. Sudah kebiasaannya, bangun kesiangan..hadeuuhhh! 😁

“ halo”…bisa dibantu bosku”. terdengar suara Eris masih serak-serak basah.
“hari ini kita ketempat Retha, ya”. balasku.
“oke, oke, tapi traktir mie ayam, bosku….heheee. tapi tunggu bentar, soalnya mau mandi dulu”. jawabnya.
“iya..iya….beres, buruan mandinya, terus kesini, kutunggu!” balasku lagi.
Kudengar suara Eris tertawa terkekeh-kekeh senang dari seberang.
Sambungan telepon lalu kami akhiri.

Sambil menunggu Eris aku duduk diatas kursi kayu, memandangi kedua hape yang telah kuletakkan diatas meja. Kuambil selembar kertas putih dan pulpen. Iseng-iseng mulailah aku menulis rangkaian kalimat. Aku bermaksud ingin menyusun sebuah puisi yang isinya tentu saja tentang Retha. Aku lalu mencoret-coretkan pena diatasnya.

“Genting Tanah – Tuana Tuha”

‘Retha, kali ini aku akan jujur padamu..
‘apakah kau siap mendengarnya??
‘sejujurnya aku…..tidak menyayangimu..
‘namun kau harus tahu, hatiku yang melakukannya..
‘sebagai sahabatmu, saat ini aku benar-benar merindukanmu..


‘Retha, dimanapun saat ini kau berada,
‘namamu akan abadi dalam kenanganku..
‘dalam setiap lafazd doaku..


‘Retha, aku bahagia selama ini telah mengenalmu..
‘Kau beri warna setiap hari-hari..
‘Ingatanku padamu kan jadi kisah abadi dihati..
‘Tak sedetikpun aku bersedih selama kau ada disisi..
‘Makasih ya


‘Hari ini aku akan temui ibumu..
‘Pintakan maaf pada mereka untukmu..
‘Semoga kau bisa lebih tenang disana..
‘Dalam damai-Nya…


Ttd

Belum sempat aku menandatangani kertas itu, tetiba saja aku dikagetkan suara pukulan menggelegar diatas meja disampingku. Aku terkaget bukan main. Astaga tuhan, rupanya sahabatku Eris yang sudah sejak tadi diam-diam berdiri dibelakangku. Tanpa kusadari ia memperhatikan aku menulis puisi. Dia terbahak-bahak mentertawaiku yang masih sok ditempat duduk. Walaupun jengkel bukan main, akhirnya aku pun tertawa pula.

Bersamaaan dengan suara tawa kami yang meledak-ledak, tiba-tiba saja aku dikagetkan lagi oleh suara seseorang menggedor dinding kamarku. Oh, rupanya ibuku dari kamar sebelah yang membangunkan aku agar menunaikan panggilan tuhan. Aku benar-benar terbangun dari tidurku.

KALI INI AKU SUDAH BENAR-BENAR ADA DI ALAM NYATA. ALAM TEMPAT DIMANA KITA SEMUA SAAT INI SEDANG SAMA-SAMA MENGHIRUP UDARA.

Sembari bangkit, kuambil 2 buah bantal untuk duduk bersandar sebentar. Kuamati sekeliling kamar, kini sosok Eris dan hape Retha sudah menghilang. Hanya ada aku seorang diri. Aku baru tahu kala itu sedang hujan gerimis. Kusulut sebatang rokok sambil mengingat-ingat apa yang telah terjadi. Syukurlah cuma mimpi, pikirku. Kuusap-usap wajahku. Sesaat kemudian baru kusadari ternyata di kedua mataku rupanya ada bekas menangis. Semua seakan-akan nyata adanya. Mimpi dimalam minggu itu terasa terjadi berhari-hari, namun dalam kenyataanya hanya berlangsung sekitar 8 jam saja.

Beberapa saat kemudian sayup-sayup terdengar suara adzan dari masjid dikejauhan. Memanggil semua umat muslim untuk segera menunaikan shalat subuh. Aku pun segera bangkit menuju kedapur, membuka kran air lalu mengambil air whudu. Segar dan dingin sekali. Setelah selesai menunaikan 2 rakaat, aku kembali duduk-duduk dipinggir kasur merenungkan mimpi beberapa saat lalu.

Untunglah cuma mimpi, kalau beneran terjadi mungkin senin siang aku bakal dipanggil polisi sebagai saksi untuk kasus yang menimpa Retha.😁

Walau pun begitu, mimpi ini benar-benar berkesan dan membekas. Segera aku menghampiri laptop yang sedang dalam “mode sleep”. Baru ingat tadi malam putar film “Maleficent: Mistriss of Evil (2019)”. Film itu selesai dengan sendirinya tanpa ada yang nonton. Ketiduran soalnya.😁

Karena penasaran, segera aku meng-konek laptop dengan jaringan internet. Membuka FB, lalu mengetik nama Retha di kolom pencarian. Hasilnya, ada sederetan nama memakai nama Retha. Sayangnya setelah membuka profil mereka, tak ada satupun foto profil yang mirip wajah Retha.
Berpindah ke hape, aku melakukan pencarian lagi lewat IG, namun hasilnya juga nihil.
Terakhir, kembali kubuka file lama di laptop. Kubuka Folder foto wallpaper cewek, hasilnya ada satu foto yang dulu aku unduh entah dari FB siapa. Wajah difoto itu ada kemiripan. Mungkin sekitar 70% lah.😁

Untukmu Retha, wahai gadis yang ada didalam mimpi. Walau kau disana telah tiada, kita tidak sedang benar-benar terpisah. Aku dan dirimu hanya saling menunggu untuk dipertemukan, semoga.😒


S E L E S A I

1 komentar:

  1. AJO_QQ poker
    kami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
    Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
    di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
    - play aduQ
    - bandar poker
    - play bandarQ
    - capsa sunsun
    - play domino
    - play poker
    - sakong
    -bandar 66
    -perang baccarat (new game )
    Dapatkan Berbagai Bonus Menarik..!!
    PROMO MENARIK
    di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
    Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
    withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
    menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
    Permanent (acak) |
    Whatshapp : +855969190856

    BalasHapus