Nyamuk II
“Nyamuk zaman dulu ukurannya sebesar burung dara. Kalau sudah kenyang menghisap darah manusia, akan sebesar ayam jantan.” Kata ibuku waktu sedang mendongeng.
“Hahh!!!… aku sendiri terheran-heran saat mendengarkan ceritanya. Antara ragu dan gak percaya. Mana ada nyamuk sebesar itu, mek (mak)!! Kalau memang ada, seekor saja menggigit manusia bisa langsung mati!! Tak dapat dibayangkan jika jumlahnya tak terhitung seperti sekarang!”
“Yah. Manusia zaman dulu ukurannya juga besar. Seimbang dengan ukuran nyamuk yang ada saat itu. Bedanya, orang zaman dulu cara berpikirnya masih sederhana (mungkin terlalu bodoh). Mereka belum tau kalau nyamuk takut sama asap. Obat nyamuk juga belum ditemukan. Maka supaya gak diserbu nyamuk, anak kecil dikorbankan sebagai makanan nyamuk.”
Katanya kalau malam hari anak kecil yang berumur diatas lima tahun di tinggalkan didalam hutan supaya menjadi santapan nyamuk. Tujuannya, bila nyamuk sudah kenyang, mereka gak akan menyerbu ke desa. Kasian sekali.
*Cerita itulah yang aku tuliskan pada bagian sebelumnya. Kalian udah baca, kan? Oke, kita lanjut!*
******
Tersebutlah disebuah desa. Para penduduknya sepakat mengorbankan anak-anak menjadi santapan binatang bersayap. Serangan bintang terbang kedesa memang gak ada lagi. Akan tetapi, akibatnya jumlah anak kecil yang ada didesa semakin berkurang setelah dijadikan tumbal.
Suatu hari tibalah giliran sebuah keluarga miskin untuk menyerahkan anak mereka dibawa kehutan sebagai santapan binatang terbang. Anak tersebut bernama Namok. Saking miskinnya, kehidupan sehari-hari keluarga ini hanya makan singkong bakar. Walaupun namok merupakan anak satu-satunya yang mereka miliki, kedua orang tuanya tak mampu menolak kesepakatan bersama yang telah dibuat sebelumnya.
Sebelum namok dibawa oleh petugas khusus, tak lupa sang ibu membekalinya dengan bungkusan makanan. Bungkusan makanan ini isinya hanya beberapa potong ubi bakar dan air minum. Walapun tahu anak tersebut bakalan mati, orang tuanya tetap tak ingin namok kelaparan.
Pada sore harinya namok segera dibawa oleh petugas khusus menuju ketempat sarang binatang terbang. Kedua orang tuanya nampaknya hanya bisa pasrah melepas kepergian namok sambil berlinangan air mata. Sebuah perpisahan yang benar-benar mengharukan.
Perjalanan menuju ketempat sarang binatang terbang sangat jauh dan berliku-liku. Jika sudah berada ditempat tersebut, seorang anak dijamin gak bakal mengenali jalan pulang. Apalagi kalau sudah malam, sudah pasti tersesat dihutan lalu menjadi santapan binatang terbang.
Sesampainya ditempat tujuan, suasana berubah mengerikan. Tempat itu sangat sunyi. Cahaya matahari hanya mampu menembus sedikit karena terhalang oleh dedaunan pohon yang rimbun. Melihat keadaan sekelilingnya namok menangis meronta-meronta ketakutan. Ia mencoba memaksa orang-orang yang membawanya untuk diajak pulang. Namok gak mau ditinggal sendirian didalam hutan.
Tentu saja para petugas menolak keinginan namok. Mungkin karena kasihan, khusus untuk namok kala itu petugas gak mengikat kakinya seperti anak-anak sebelumnya. Anak tersebut ditinggalkan begitu saja pada disebuah pohon besar dekat gua binatang terbang.
Sepeninggal orang-orang yang mengantarnya, namok terus saja menangis memanggil-manggil orang tuanya. Untuk meninggalkan tempat itu sia-sia saja sebab ia tak tahu arah jalan pulang. Setelah puas menangis namok lalu bersandar pada sebuah pohon besar sambil mengamati sekeliling tempat itu.
Tempatnya cukup luas. Ada banyak berserakan dedaunan pohon kering dan ranting-ranting pohon yang mati. Tak jauh dari tempatnya berada, sebuah mulut gua besar nampak menganga. Kata orang-orang, disanalah binatang terbang bersembunyi. Hewan-hewan itu belum keluar karena keadaan masih terang.
Sambil duduk pasrah membayangkan nasib buruk yang bakal menimpanya namok membuka bungkusan bekal makanan dari ibunya. Isinya hanya labu berisi air dan tiga buah ubi bakar yang sudah hangus kulitnya. Ubi-ubi tersebut masih panas. Namok terheran-heran saat melihat dari salah satu ubi yang panas mengepulkan asap kecil. Setelah diamati dengan teliti, asap api rupanya berasal dari arang ubi yang hangus itu.
Terpikir oleh namok untuk segera membuat api ditempat itu. Tujuannya agar tempat tersebut lebih hangat dan terang kalau sudah memasuki malam nantinya.
Mulailah namuk mengumpulkan serbuk-serbuk kering dari batang pohon mati untuk menghidupkan bara api kecil itu. Berhasil. Perlahan bara api kecil semakin besar hingga dapat membakar tumpukan dedaunan kering. Api yang lumayan besar tersebut lalu ditambahkan ranting-ranting kayu kering. Hasilnya jadilah seperti api unggun yang mengepulkan asap kemana-mana. Namok senang sekali setelah berhasil membuat api.
Beberapa saat kemudian hari mulai memasuki malam. Api yang telah dibuat namok lumayan menerangi tempat itu. Dari cahayanya namok dapat melihat kesegala arah walaupun jaraknya terbatas. Api tersebut terus ditambahkan kayu supaya gak padam dan selalu hangat.
Tak lama setelah itu terdengar suara dengungan dimana-mana. Hewan terbang rupanya mulai keluar dari sarangnya untuk mencari mangsa. Mereka menyerbu kearah namok yang sedang duduk disekitar api. Sebuah pemandangan yang mengerikan. Namok sendiri berteriak-teriak ketakutan. Beberapa ekor berhasil menggigit dan menghisap darah namok.
Namok yang berhasil digigit binatang terbang berlari berputar-putar mengelilingi nyala api. Sesekali ia melompati api untuk menghindar. Akibat terkena asap, binatang terbang yang sedang menggigit itu pun pergi satu persatu. Binatang terbang yang baru tiba terus mencoba menyerang namun terhalang oleh asap api. Ketika terkena terpaan asap, mereka menjauh beberapa meter lalu terbang berputar-putar untuk menyerang kembali.
Melihat keadaan itu namok kini tahu bahwa binatang terbang rupanya takut pada api dan asap. Mungkin saja mata binatang terbang pedih saat terkena asap. Kesempatan itu tak disia-siakan olehnya. Namok lalu memperbesar nyala api dengan menumpuk-numpuk dedaunan kering. Bukan hanya satu, namok juga menambah beberapa titik api membentuk lingkaran hingga dirinya terkurung didalamnya.
Nyala api besar berkobar menerangi tempat itu. Asapnya mengepul kemana-mana. Beberapa binatang terbang yang terlanjur lapar mencoba memaksa menerobos lingkaran api. Saat terkena asap, mereka seperti “mabuk” kemudian jatuh ke api lalu hangus terbakar. Ada juga yang hanya terkena terpaan asap sedikit langsung terbang menjauh ketempat lain.
Sampai tengah malam binatang-binatang terbang itu hanya terdengar dengungan sayapnya saja. Tak ada satupun yang berani mendekat apalagi menyentuh namok yang masih berada ditengah-tengah lingkaran api. Walaupun aman, namok terus terbangun sampai pagi untuk menjaga api agar gak padam. Selamatlah namok malam itu melewati keadaan yang menegangkan.
Akibat gagal mendapatkan makanan didalam hutan, malam itu rupanya binatang terbang menuju ke desa. Siang harinya orang-orang didesa gempar karena semalam masih mendapat serbuan binatang terbang.
Tidak seperti biasanya. Apakah namok yang dikorbankan dihutan melarikan diri? Atau binatang tebang terlalu banyak hingga kekurangan makanan? Atau ada sarang ditempat lain? Semua orang hanya bisa menduga-duga nasib anak itu.
Tengah hari nanti para petugas berencana melihat keadaan namok. Jika memang “korban” yang ada dirasa kurang mereka berencana untuk menambah dengan anak-anak yang lain.
*****
Pagi itu didalam hutan, namok menyaksikan dengan jelas ketika ratusan, mungkin ribuan ekor binatang terbang masuk kesarangnya didalam gua. Binatang terbang memang takut pada cahaya matahari. Namok pun berpikir beberapa waktu untuk memusnahkah sarang itu seorang diri. Dibakar pakai api, begitulah yang saat itu ada didalam pikirannya.
Ketika keadaan sepi namok memperkirakan semua binatang terbang telah masuk kedalam gua. Mulailah namok bekerja seorang diri mengumpulkan daun-daun kering, ranting pohon, bahkan kayu-kayu besar yang mampu dipindahkan semua diangkutnya ke mulut gua. Setelah mulut gua penuh dan tertutup namok lalu membakarnya.
Api berkobar-kobar dan terus membesar dimulut gua. Panasnya bukan main. Namok sendiri harus menjauh untuk menghindari panasnya bara api. Asap putih mengepul kemana-mana disekitar hutan. Sebagian lagi masuk ke gua memenuhi setiap sudut ruang didalamnya.
Binatang terbang yang sedang berada didalamnya lari kocar-kacir menembus kobaran api yang makin panas. Setiap melewati kobaran api sayapnya terbakar lalu jatuh keatas bara dan langsung hangus. Beberapa ekor masih bisa meloloskan diri dan terbang ketempat jauh melalui celah gua yang lain.
Walaupun tak bisa membunuh semuanya, namok sangat puas atas keberhasilannya membakar sarang binatang terbang. Ia sekarang sudah tahu cara untuk mengusir bahkan membunuh binatang terbang yang selama ini meresahkan warga desanya.
*****
Tepat tengah hari, orang-orang yang pernah mengantarkan namok tiba ditempat itu. Saat mereka tiba anak tersebut sedang santai dibawah pohon sambil memakan sisa-sisa ubi bakar. Mereka semua terheran-heran melihat keadaan namok masih hidup dan segar bugar.
Saat itu asap api dari pembakaran pagi tadi masih mengepul dimana-mana. Namok pun menjelaskan semua hal yang telah dilakukannya pada orang-orang itu. Setelah mendapakan penjelasan, mereka semua pun mengerti. Namok lalu dibawa pulang ke desa untuk dikembalikan pada orang tuanya.
Cerita mengenai keberhasilan namok memusnahkan sarang binatang terbang menyebar keseluruh penjuru desa. Orang-orang menjadi tahu bahwa binatang terbang takut pada api dan asap. Walaupun sarang binatang terbang telah dibakar. Tetap saja desa tersebut mendapat serangan binatang terbang pada malam hari. Diperkirakan asalnya dari tempat lain.
Sarang yang dibakar namok hanyalah salah satunya saja. Walaupun demikian, orang-orang desa tak lagi merasa khawatir. Mereka sudah tahu cara mengusirnya. Jika malam hari, orang-orang desa membuat asap dirumahnya masing-masing hingga tak ada binatang terbang yang membahayakan nyawa manusia.
Sebenarnya setiap orang sudah biasa menggunakan api dalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja selama ini mereka tak menyadari kegunaan lain api selain untuk memasak. Sejak mengetahui binatang terbang takut asap, orang-orang desa yang bekerja di kebun sering kali membuat api ditengah hutan. Kebiasaan ini masih dilestarikan sampai sekarang.
Atas jasanya itu namok dianggap pahlawan. Untuk menghormatinya, hewan yang disebut binatang terbang diberi nama “NAMOK”. Diambil dari nama seorang anak yang dianggap sebagai penemu pertama cara mengusir binatang terbang.
Kata “namok” lama kelamaan menjadi “senjata” bagi orang tua untuk menakut-nakuti anak-anaknya yang sering bermain diluar pada malam hari. Bagi anak kecil yang belum lancar berbicara, kata “namok” sering kepeleset terucap menjadi “nyamok” (nyamuk). Sejak saat itulah binatang yang awalnya diberi nama namok berubah diucapkan oleh semua orang menjadi NYAMOK (NYAMUK) hingga hari ini.
*****
Kenapa nyamuk saat ini ukurannya kecil?
Menurut para ilmuwan, bumi diperkirakan telah berumur tujuh milyar tahun. Bencana alam, perubahan iklim dan seleksi seleksi alam menyebabkan beberapa makhluk hidup raksasa musnah. Sebagian yang masih tersisa mengalami evolusi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Semua makhluk hidup menyusut keukuran yang lebih kecil untuk terus dapat bertahan hidup. Tahapan evolusi masih terus berlangsung hingga sekarang.
Makhluk hidup yang ada saat ini merupakan hasil evolusi. Termasuk nyamuk dan manusia. Gak ada lagi manusia yang katanya dulu setinggi tujuh meter (dalam riwayat disebut tujuh hasta). Gak ada lagi nyamuk yang konon menurut cerita (dongeng) sebesar burung dara atau ayam jantan.
Di zaman yang serba canggih, manusia sebagai makhluk yang paling cerdas di muka bumi terus berkreativitas. Hasil penemuan-penemuan terbaru tercipta untuk kemudahan hidup. Salah satu penemuan paling populer pada abad 20 adalah Smartphone yang merupakan pengembangan dari telepon.
Jika dulu mengusir nyamuk menggunakan asap pembakaran kayu , sekarang lebih sederhana, efektif dan kurang berbahaya bagi kesehatan. Obat nyamuk dibuat bermacam-macam. Dari obat nyamuk bakar, semprot, oles (lotion) sampai elektrik. Yang paling terbaru, nyamuk bisa diusir menggunakan gelombang suara ultrasonik berfrekuensi tinggi dari sebuah aplikasi.
Bagi pengguna Smarphone canggih, di Playstore sudah lama tersedia aplikasinya dengan bermacam-macam pilihan. Tinggal dipilih saja. Kalian bisa menginstal aplikasi tersebut dengan mudah. Cara penggunaannya gak rumit.
Tapi, apakah efektif?
Aku sendiri pernah menginstal aplikasi tersebut atas saran dari seorang teman. Berhasil gaes, ketika dihidupkan nyamuknya terusir beberapa ekor. Akan tetapi setelahnya, yang datang malah sekecamatan. Set lah!!
S E L E S A I
Salam, TF 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar