Rabu, 14 Oktober 2020

Naga Sigruding

 

Menyusuri “Sungai Belayan” kearah hilir, kita akan menemukan sebuah tempat yang diberi nama “Rantau Sigruding”. Rantau Sigruding berupa “talok” (teluk kecil/lubuk) sungai yang lebih lebar dan dalam dibandingkan aliran sungai lainnya. Jaraknya sekitar 7 Km dari Desa Tuana Tuha. Dulunya tempat ini hanya berupa hutan dipinggir sungai. Akan tetapi, untuk saat ini rantau Sigruding menjadi pelabuhan kecil bertambatnya kapal/ponton pengangkut minyak sawit dari sebuah Perusahaan kelapa sawit. Selain itu juga di Rantau Sigruding saat ini bisa disebut “dusun” karena ditinggali oleh beberapa keluarga yang mendirikan rumahnya di sana.

Nampaknya hanya sewaktu-waktu saja ponton pembawa minyak sawit itu melakukan bongkar muat ditempat tersebut. Terutama ketika musim kemarau atau air sangat surut didaerah hulu sungai. Ketika musim kemarau dan air sungai surut, kapal maupun ponton yang ukurannya besar tidak akan bisa menyusuri sungai lebih jauh kearah hulu karena dangkal. Makanya kapal maupun ponton pengangkut hanya akan mudik kemudian berhenti saat mencapai Desa Tuana Tuha.

Lalu apa hubungannya Rantau Sigruding dengan Naga Sigruding?

Pembaca mungkin berpikir bahwa “rantau sigruding” dihuni oleh seekor naga.

Bisa saja. Kita tidak pernah tahu semua makhluk yang menghuni didalam air, kan?

 

Akan tetapi, sejak lahir hingga saat ini, kami belum pernah melihat makhluk air yang disebut naga disepanjang aliran sungai belayan. Bahkan orang tua maupun nenek kami yang lebih tua pun belum pernah melihat penampakan makhluk tersebut, selain hanya mendengar berupa ceritanya saja. Yah, kita boleh menganggap bahwa naga hanya ada dalam cerita dari buku dan di film-film. Boleh juga menyebutnya dongeng belaka.

 

Warga Tuana Tuha sebenarnya tidak terlalu mengenal yang namanya naga. Seperti pada umumnya, aliran air sungai belayan dihuni oleh ikan, udang, ular, buaya dan lain-lain. Ada lagi satu makhluk langka dan kami menyebutnya “Ular Lembu”.

 

Konon tidak jauh dari kampung kami, baik itu kearah hulu maupun hilir, warga sering melihat penampakan ular besar muncul ditengah-tengah sungai. Ular besar ini tidak diketahui ukurannya. Kemunculannya pun hanya ketika keadaan air surut dimusim kemarau dan menjadi pertanda tidak akan lama terjadi banjir besar di daerah hulu. Beberapa kesaksian menyebut ular ini bersisik, memiliki tanduk dikepala, dan hanya kelihatan sebagian tubuhnya. Tidak akan muncul lama dan tidak berbahaya. Apabila ada manusia yang melihat, ular lembu akan secepatnya tenggelam kedalam air. Sejak dulu warga meyakini bahwa hingga saat ini ular lembu masih ada disepanjang sungai belayan.

*******************

Kembali pada pokok cerita kita tentang “Naga Sigruding”

Sebagian besar orang zaman dulu memiliki “sahabat” sejenis Jin yang disebut “Hayapan”. Katanya wujud dari “sahabat” ini berupa makhluk-makhluk ganas seperti buaya, ular, harimau, dan naga. Konon, sahabat tersebut hanya bisa dilihat dan berkomunikasi dengan si Empunya. Si sahabat tadi ada yang mendapatkannya begitu saja misalnya lewat pertemuan tidak sengaja, atau lewat mimpi. Ada juga yang mendapatkan secara langsung dari keturunannya.

Khusus yang lewat keturunan, biasanya si empunya memperoleh anak berupa binatang. Contohnya ada orang yang melahirkan anak kembar dan salah satunya adalah buaya. Memang benar-benar buaya. Lalu ketika besar, buaya ini dilepas kesungai. Menjadi makhluk air. Lama kelamaan binatang ini menghilang namun masih bisa terhubung secara ghaib dengan keturunannya dari generasi ke generasi. Bagi keturunannya inilah sang buaya disebut “Hayapan”.

Apabila si keturunan tersebut minta bantuan atau misalnya mengalami sakit, si hayapan inilah tempat meminta pertolongan. Karena konon sang hayapan dapat bertindak layaknya dukun yang mampu mengobati orang sakit lewat mantera-mantera atau ritual tertentu. Untuk meminta bantuan sang hayapan juga tidak sembarangan. Perlu ritual-ritual dan perlengkapan berupa sesajen dan sebagainya untuk memanggilnya dan harus diberi makan pada saat-saat tertentu. Rata-rata yang kami tahu, hayapan diberi makan setiap tahun.

Tak jarang juga bagi generasi yang mewarisi hayapan dari nenek moyangnya terlupa memberi makan hayapan. Mereka akan mendapat “teguran” dari si hayapan tadi seperti mendadak ada keluarga yang sakit atau kesurupan. Bagi yang sakit lalu dibawa kedukun. Lewat dukun lalu diketahui ternyata ada “hayapan” dari nenek moyang yang belum diberi makan. Setelah ritual-ritual dilaksanakan, si sakit tentu saja akan sembuh.

*********************

Khusus di dalam keluargaku, selidik punya selidik, setelah sekian lama ternyata memiliki hayapan juga berupa NAGA dari nenek moyang zaman dahulu. Dan naga inilah yang akan diuraikan dalam tulisan “Naga Sigruding”

 

Apakah teman-teman juga ada yang memilik “sahabat” (hayapan) dari warisan nenek moyang?

 

Next.

 

Salam, TF 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar