Kucing
Rata-rata orang senang dengan binatang kucing. Kucing merupakan hewan karnivora. Memiliki cakar dan gigi-gigi yang tajam. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari bersama manusia, kucing lebih menjadi hewan omnivora. Mudah dipelihara karena memakan apa saja yang bisa dimakan oleh manusia.
Banyak orang memelihara kucing karena lebih jinak ketimbang hewan yang lain. Ada yang memeliharanya seperti layaknya anak manusia. Disayang-sayang, diberi nama dan diistimewakan. Baik itu untuk jenis kucing kampung maupun kucing yang sengaja “dibeli” dari keturunan kucing berbulu lebat seperti “angora”. Khusus kucing kampung orang memeliharanya demi kesenangan pribadi karena merupakan hewan manja dengan warna warni bulunya yang cantik. Selain itu juga kucing kampung dimanfaatkan untuk mengusir tikus dirumah. Bukan hanya mengusir, kucing juga suka makan tikus hidup. Kadang burung dan anak ayam peliharaan pun disikatnya. Untuk kucing berbulu lebat yang dibeli, penulis kurang tahu karena belum pernah punya. Nah kamu punya yang mana??
Khusus untuk tulisan ini kami hanya mengangkat perihal kucing kampung yang umum dipelihara oleh masyarakat. Sepengetahuan kami kucing kampung hanya ada dua jenis yaitu “jantan dan betina”.
Sama saja yak! Manusia juga. Laki-laki dan perempuan, that’s right!
Kucing dikampung memang benar-benar terdiri dari dua jenis saja. Pertama, ya seperti kucing-kucing umumnya yang kita lihat dikampung. Gesit, bertubuh kecil, berbulu tipis, dengan warna warni khasnya. Rata-rata warna bulu kucing belang dua, misalnya kombinasi hitam putih, hitam orange, orange putih, banyak lagi. Ada juga yang warna polos, seperti hitam, kuning, coklat atau putih full seluruh tubuh. Akan tetapi belum pernah ada kucing warna biru, hijau, ungu, dan merah.
Kadang satu kucing sampai memiliki tiga warna berbeda. Termasuk langka. Kucing ini disebut “kucing belang tiga”. Kucing kampung belang tiga hanya jenis yang betina saja. Belum pernah ada kucing jantan belang tiga. Katanya sih, jika seekor kucing betina melahirkan anaknya yang jantan belang tiga, maka sebelum dewasa akan akan dibunuh dan dimakan dengan sengaja oleh induk kucing jantan. Alasannya gak begitu jelas. Kayaknya kita perlu bertanya langsung pada si kucing jantan mengapa anak jantan yang belang tiga harus dibunuh?
Ada orang mengatakan kucing jantan membunuh anak kucing jantan “belang tiga” alasannya karena kelak kelak kucing jantan belang tiga ini bila sampai dewasa akan jadi Raja Kucing. Ia akan menjadi pemimpin semua kucing ditempat itu. Kucing adalah hewan hidup menyendiri. Paling gak suka ada yang memimpin. Makanya kita sering melihat antar kucing jantan dewasa gak pernah akur. Kalau ketemu sesama jantan selalu berantem. Terutama dalam hal rebutan kucing betina untuk dikawini. Nah, inikan kata orang bukan kata sikucing. Masih kurang jelas!!
Apapun alasannya itu ranah pribadi dunia kucing. Kita tak perlu ikut campur terlalu jauh!
Jenis kucing kampung yang kedua yaitu “kucing hutan”. Kucing hutan hidup secara liar dan tinggalnya didalam hutan. Ukuran tubuhnya seperti kucing kampung. Kucing hutan hanya memiliki warna kombinasi orange/kuning, hitam bercampur keputih-putihan. Mirip warna macan. Kucing jenis kedua ini jarang dipelihara. Jumlahnya pun sedikit dan galak. Kucing hutan dewasa bila dipelihara dalam kandang tidak akan pernah menjadi kucing jinak seperti kucing kampung.
Dulu tetangga kami pernah mendapatkan anak kucing hutan dihutan lalu dipelihara dirumah sampai dewasa. Kucing tersebut menjadi jinak layaknya kucing kampung. Akan tetapi kucing ini tidak bisa makan nasi. Jadi harus diberi makan daging atau ikan hidup. Walaupun jinak, Insting liarnya masih ada. Diam-diam sering memakan anak ayam yang masih kecil. Akhirnya kucing itu dilepaskan kembali kealam liar.
*******
Berbicara soal kucing, penulis sendiri sejak kecil juga suka memelihara kucing kampung dirumah. Walaupun kucing adalah hewan manja yang paling bisa menjaga kebersihan tubuhnya namun ada kalanya memusingkan juga. Misalnya kucing kadang muntah, kencing atau buang kotoran disembarang tempat didalam rumah. Apalagi kucing jantan yang sudah memasuki masa-masa birahi (kawin), sering kencing sembarangan. Baik itu pada dinding, tiang rumah, kasur bahkan tumpukan lipatan baju. Suara berisiknya menjadikannya disebut kucing garong (kayak kamu).
Disanalah kesabaran empunya kucing benar benar diuji. Bagi orang-orang yang memelihara kucing dalam rumah pasti pernah mengalaminya.
Penulis sendiri dulu memelihara banyak kucing dalam rumah. Akan tetapi diawal tahun 2000-an sudah tidak lagi karena harus meninggalkan rumah untuk sekolah keluar daerah. Kucing-kucing itu lalu dipelihara oleh ibuku. Semua sudah mati dengan berbagai sebab. Kebanyakan karena sakit di musim wabah penyakit kucing. Kucing kampung kalau sakit tak ada obatnya. Selalu berakhir dengan kematian karena disini gak ada dokter hewan. Kucing kampung juga kalau sakit akan menjauh dari rumah. Tidak akan pulang-pulang. Kita sering kali menemukan ketika kucing itu sudah menjadi bangkai dan busuk. Tinggallah sang pemiliknya yang sedih meratapi kepergian si kucing kesayangan.
Ibuku sendiri sekitar tahun 2017 lalu memelihara kucing liar sebanyak tujuh ekor. Empat jantan dan tiga betina. Kucing-kucing ini tidak dipelihara didalam rumah. Hanya diberi makan nasi campur ikan didapur saja setiap pagi dan sore. Setelah kenyang mereka akan keluar dengan sendirinya. Diantara tujuh itu hanya ada satu ekor yang paling jinak dan kami sayangi karena sejak kecil ditinggal mati ibunya. Kucingnya berwarna hitam total, jantan, dan tanpa memiliki ekor. Tubuhnya paling gemuk karena makanannya diistimewakan. Walaupun begitu, kucing hitam ini tahu diri dan gak mau tidur dirumah kalau malam. Lebih banyak menghabiskan waktunya diluar rumah. Siang hari saja kadang kita melihatnya tidur didapur.
Diawal ramai wabah corona, kucing liar peliharaan ibuku mati tiga ekor tanpa sebab. Alangkah sedihnya. Semuanya kami temukan sudah menjadi bangkai dekat rumah setelah tiga hari menghilang. Dua jantan dan satu betina. Untunglah kucing kesayang ibuku yang berwarna hitam masih baik-baik saja hingga sekarang. Baru-baru ini kelihatannya ada lagi tambahan kucing liar baru yang sering masuk diam-diam ikut memakan sisa-sisa makanan di dapur. Bakal dipelihara ibuku tuh.
Kalau penulis lain lagi ceritanya. Diawal ramai wabah korona ini aku memelihara kucing liar yang lain agak jauh dari rumah. Kucing-kucing ini belum pernah memasuki rumah. Awalnya mereka adalah kucing-kucing yang hidupnya liar dipinggir sungai mengharapkan ada orang berbaik hati mau memberi makan ikan hidup. Sering bergerombol mengikuti atau menunggui kalau ada siapa pun yang sedang menjala ikan. Banyak juga tetangga yang baik hati mau berbagi. Akan tetapi terkadang kita melihat ada orang yang jengkel dengan prilaku kucing yang sering merampas ikan. Akibatnya kucing-kucing itu sering ditendang, dipukul, disiram bahkan diceburkan keair sungai. Kasian yah!
Dulu jumlah kucing-kucing liar itu cukup banyak. Terus berkembang biak. Ada sekitar 20-an ekor terdiri dari jantan dan betina. Sekarang jumlahnya sudah lebih sedikit karena banyak yang mati tanpa diketahui sebabnya. Didorong oleh rasa kasian akhirnya aku pun memutuskan untuk memelihara kucing-kucing liar itu apa adanya. Memberinya makan nasi dicampur ikan. Walaupun hanya sekali sehari saja pada setiap sore. Total 13 ekor yang sering datang berkumpul kalau sudah sore. Ada tiga ekor betina dewasa. Sisanya masih kecil terdiri dari jantan dan betina.
Tujuh ekor saat awal diberi makan masih sangat kecil. Rata-rata baru bisa berjalan dan berlari. Awalnya sih kalau disentuh masih marah dan lari. Namun sekarang semua sudah jinak dan memasuki usia remaja. Masa-masa kucing lincah bermain. Ada empat yang secara khusus keberi nama. Beberapa dengan mengambil nama tokoh pada film “The Hobbit” . billy (warna putih kelabu), fili (warna hitam), kili (warna kelabu) dan willy (warna coklat). Kereeeeen, bukan? Kayak anak-anak aja!
Kalau sore hari, ada kepuasan tersendiri ketika melihat kucing-kucing ini makan dengan lahapnya. Mudah-mudahan tuhan selalu memberikan rejeki buat mereka lewat tanganku atau tangan siapa pun sehingga kucing- kucing ini tidak kesulitan makan seperti dulu. Aamiin, 100x.
Nah, baru-baru ini dua betina dewasa baru melahirkan ditempat tersembunyi. Salah satunya anaknya ada empat ekor. Dari empat ini, tiga ekor warna hitam polos dan salah satunya kelabu. Matanya baru terbuka. Belum bisa makan nasi karena masih menyusu pada induknya. Induk yang lainnya anaknya yang kelihatan cuma seekor warna kelabu. Bakal bertambah lagi nih keluarga si kucing.
Pesan penulis. Sayangilah semua makhluk ciptaan tuhan, termasuk kucing jenis apa pun. Jika tak bisa merawat atau pun memberinya makan, paling tidak kita tidak menyakitinya.
*****
Kelak pada bagian lain akan penulis ceritakan tentang seseorang dikampung ini yang konon dulu pernah memelihara banyak sekali kucing. Sampai-sampai salah satunya merupakan “Raja Kucing”.
Salam, TF 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar