Kamis, 19 November 2020

Nyamuk II

 

Nyamuk II

 

 

“Nyamuk zaman dulu ukurannya sebesar burung dara. Kalau sudah kenyang menghisap darah manusia, akan sebesar ayam jantan.” Kata ibuku waktu sedang mendongeng.

“Hahh!!!… aku sendiri terheran-heran saat mendengarkan ceritanya. Antara ragu dan gak percaya. Mana ada nyamuk sebesar itu, mek (mak)!! Kalau memang ada, seekor saja menggigit manusia bisa langsung mati!! Tak dapat dibayangkan jika jumlahnya tak terhitung seperti sekarang!”

“Yah. Manusia zaman dulu ukurannya juga besar. Seimbang dengan ukuran nyamuk yang ada saat itu. Bedanya, orang zaman dulu cara berpikirnya masih sederhana (mungkin terlalu bodoh). Mereka belum tau kalau nyamuk takut sama asap. Obat nyamuk juga belum ditemukan. Maka supaya gak diserbu nyamuk, anak kecil dikorbankan sebagai makanan nyamuk.”

Katanya kalau malam hari anak kecil yang berumur diatas lima tahun di tinggalkan didalam hutan supaya menjadi santapan nyamuk. Tujuannya, bila nyamuk sudah kenyang, mereka gak akan menyerbu ke desa. Kasian sekali.

*Cerita itulah yang aku tuliskan pada bagian sebelumnya. Kalian udah baca, kan? Oke, kita lanjut!*

******

Tersebutlah disebuah desa. Para penduduknya sepakat mengorbankan anak-anak menjadi santapan binatang bersayap. Serangan bintang terbang kedesa memang gak ada lagi. Akan tetapi, akibatnya jumlah anak kecil yang ada didesa semakin berkurang setelah dijadikan tumbal.

Suatu hari tibalah giliran sebuah keluarga miskin untuk menyerahkan anak mereka dibawa kehutan sebagai santapan binatang terbang. Anak tersebut bernama Namok. Saking miskinnya, kehidupan sehari-hari keluarga ini hanya makan singkong bakar. Walaupun namok  merupakan anak satu-satunya yang mereka miliki, kedua orang tuanya tak mampu menolak kesepakatan bersama yang telah dibuat sebelumnya.

Sebelum namok dibawa oleh petugas khusus, tak lupa sang ibu membekalinya dengan bungkusan makanan. Bungkusan makanan ini isinya hanya beberapa potong ubi bakar dan air minum. Walapun tahu anak tersebut bakalan mati, orang tuanya tetap tak ingin namok kelaparan.

Pada sore harinya namok segera dibawa oleh petugas khusus menuju ketempat sarang binatang terbang. Kedua orang tuanya nampaknya hanya bisa pasrah melepas kepergian namok sambil berlinangan air mata. Sebuah perpisahan yang benar-benar mengharukan.

Perjalanan menuju ketempat sarang binatang terbang sangat jauh dan berliku-liku. Jika sudah berada ditempat tersebut, seorang anak dijamin gak bakal mengenali jalan pulang. Apalagi kalau sudah malam, sudah pasti tersesat dihutan lalu menjadi santapan binatang terbang.

Sesampainya ditempat tujuan, suasana berubah mengerikan. Tempat itu sangat sunyi. Cahaya matahari hanya mampu menembus sedikit karena terhalang oleh dedaunan pohon yang rimbun. Melihat keadaan sekelilingnya namok menangis meronta-meronta ketakutan. Ia mencoba memaksa orang-orang yang membawanya untuk diajak pulang. Namok gak mau ditinggal sendirian didalam hutan.

Tentu saja para petugas menolak keinginan namok. Mungkin karena kasihan, khusus untuk namok kala itu petugas gak mengikat kakinya seperti anak-anak sebelumnya. Anak tersebut ditinggalkan begitu saja pada disebuah pohon besar dekat gua binatang terbang.

Sepeninggal orang-orang yang mengantarnya, namok terus saja menangis memanggil-manggil orang tuanya. Untuk meninggalkan tempat itu sia-sia saja sebab ia tak tahu arah jalan pulang. Setelah puas menangis namok lalu bersandar pada sebuah pohon besar sambil mengamati sekeliling tempat itu.

Tempatnya cukup luas. Ada banyak berserakan dedaunan pohon kering dan ranting-ranting pohon yang mati. Tak jauh dari tempatnya berada, sebuah mulut  gua besar nampak menganga. Kata orang-orang, disanalah binatang terbang bersembunyi. Hewan-hewan itu belum keluar karena keadaan masih terang.

Sambil duduk pasrah membayangkan nasib buruk yang bakal menimpanya namok membuka bungkusan bekal makanan dari ibunya. Isinya hanya labu berisi air dan tiga buah ubi bakar yang sudah hangus kulitnya. Ubi-ubi tersebut masih panas. Namok terheran-heran saat melihat dari salah satu ubi yang panas mengepulkan asap kecil.  Setelah diamati dengan teliti, asap api rupanya berasal dari arang ubi yang hangus itu.

Terpikir oleh namok untuk segera membuat api ditempat itu. Tujuannya agar tempat tersebut lebih hangat dan terang kalau sudah memasuki malam nantinya.

Mulailah namuk mengumpulkan serbuk-serbuk kering dari batang pohon mati untuk menghidupkan bara api kecil itu. Berhasil. Perlahan bara api kecil semakin besar hingga dapat membakar tumpukan dedaunan kering. Api yang lumayan besar tersebut lalu ditambahkan ranting-ranting kayu kering. Hasilnya jadilah seperti api unggun yang mengepulkan asap kemana-mana.  Namok senang sekali setelah berhasil membuat api.

Beberapa saat kemudian hari mulai memasuki malam. Api yang telah dibuat namok lumayan menerangi tempat itu. Dari cahayanya namok dapat melihat kesegala arah walaupun jaraknya  terbatas. Api tersebut terus ditambahkan kayu supaya gak padam dan selalu hangat.

Tak lama setelah itu terdengar suara dengungan dimana-mana. Hewan terbang rupanya mulai keluar dari sarangnya untuk mencari mangsa. Mereka menyerbu kearah namok yang sedang duduk disekitar api. Sebuah pemandangan yang mengerikan. Namok sendiri berteriak-teriak ketakutan. Beberapa ekor berhasil menggigit dan menghisap darah namok.

Namok yang berhasil digigit binatang terbang berlari berputar-putar mengelilingi nyala api. Sesekali ia melompati api untuk menghindar. Akibat terkena asap, binatang terbang yang sedang menggigit itu pun pergi satu persatu. Binatang terbang yang baru tiba terus mencoba menyerang namun terhalang oleh asap api. Ketika terkena terpaan asap, mereka menjauh beberapa meter lalu terbang berputar-putar untuk menyerang kembali.

Melihat keadaan itu namok kini tahu bahwa binatang terbang rupanya takut pada api dan asap. Mungkin saja mata binatang terbang pedih saat terkena asap. Kesempatan itu tak disia-siakan olehnya. Namok lalu memperbesar nyala api dengan menumpuk-numpuk dedaunan kering. Bukan hanya satu, namok juga menambah beberapa titik api membentuk lingkaran hingga dirinya terkurung didalamnya.

Nyala api besar berkobar menerangi tempat itu. Asapnya mengepul kemana-mana. Beberapa binatang terbang yang terlanjur lapar mencoba memaksa menerobos lingkaran api. Saat terkena asap, mereka seperti “mabuk” kemudian jatuh ke api lalu hangus terbakar. Ada juga yang hanya terkena terpaan asap sedikit langsung terbang menjauh ketempat lain.

Sampai tengah malam binatang-binatang terbang itu hanya terdengar dengungan sayapnya saja. Tak ada satupun yang berani  mendekat apalagi menyentuh namok yang masih berada ditengah-tengah lingkaran api. Walaupun aman, namok terus terbangun sampai pagi untuk menjaga api agar gak padam. Selamatlah namok malam itu melewati keadaan yang menegangkan.

Akibat gagal mendapatkan makanan didalam hutan, malam itu rupanya binatang terbang menuju ke desa. Siang harinya orang-orang didesa gempar karena semalam masih mendapat serbuan binatang terbang.

Tidak seperti biasanya. Apakah namok yang dikorbankan dihutan melarikan diri? Atau binatang tebang terlalu banyak hingga kekurangan makanan? Atau ada sarang ditempat lain? Semua orang hanya bisa menduga-duga nasib anak itu.

Tengah hari nanti para petugas berencana melihat keadaan namok. Jika memang “korban” yang ada dirasa kurang mereka berencana untuk menambah dengan anak-anak yang lain.

*****

Pagi itu didalam hutan, namok menyaksikan dengan jelas ketika ratusan, mungkin ribuan ekor binatang terbang masuk kesarangnya didalam gua. Binatang terbang memang takut pada cahaya matahari. Namok pun berpikir beberapa waktu untuk memusnahkah sarang itu seorang diri. Dibakar pakai api, begitulah yang saat itu ada didalam pikirannya.

Ketika keadaan sepi namok memperkirakan semua binatang terbang telah masuk kedalam gua. Mulailah namok bekerja seorang diri mengumpulkan daun-daun kering, ranting pohon, bahkan kayu-kayu besar yang mampu dipindahkan semua diangkutnya ke mulut gua. Setelah mulut gua penuh dan tertutup namok lalu membakarnya.

Api berkobar-kobar dan terus membesar dimulut gua. Panasnya bukan main. Namok sendiri harus menjauh untuk menghindari panasnya bara api. Asap putih mengepul kemana-mana disekitar hutan. Sebagian lagi masuk ke gua memenuhi setiap sudut ruang didalamnya.

Binatang terbang yang sedang berada didalamnya lari kocar-kacir menembus kobaran api yang makin panas. Setiap melewati kobaran api sayapnya terbakar lalu jatuh keatas bara dan langsung hangus. Beberapa ekor masih bisa meloloskan diri dan terbang ketempat jauh melalui celah gua yang lain.

Walaupun tak bisa membunuh semuanya, namok sangat puas atas keberhasilannya membakar sarang binatang terbang. Ia sekarang sudah tahu cara untuk mengusir bahkan membunuh binatang terbang yang selama ini meresahkan warga desanya.

*****

Tepat tengah hari, orang-orang yang pernah mengantarkan namok tiba ditempat itu. Saat mereka tiba anak tersebut sedang santai dibawah pohon sambil memakan sisa-sisa ubi bakar. Mereka semua terheran-heran melihat keadaan namok masih hidup dan segar bugar.

Saat itu asap api dari pembakaran pagi tadi masih mengepul dimana-mana. Namok pun menjelaskan semua hal yang telah dilakukannya pada orang-orang itu. Setelah mendapakan penjelasan, mereka semua pun mengerti. Namok lalu dibawa pulang ke desa untuk dikembalikan pada orang tuanya.

Cerita mengenai keberhasilan namok memusnahkan sarang binatang terbang menyebar keseluruh penjuru desa.  Orang-orang menjadi tahu bahwa binatang terbang takut pada api dan asap. Walaupun sarang binatang terbang telah dibakar. Tetap saja desa tersebut mendapat serangan binatang terbang pada malam hari. Diperkirakan asalnya dari tempat lain.

Sarang yang dibakar namok hanyalah salah satunya saja. Walaupun demikian, orang-orang desa tak lagi merasa khawatir. Mereka sudah tahu cara mengusirnya. Jika malam hari, orang-orang desa membuat asap dirumahnya masing-masing hingga tak ada binatang terbang yang membahayakan nyawa manusia.

Sebenarnya setiap orang sudah biasa menggunakan api dalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja selama ini mereka tak menyadari kegunaan lain api selain untuk memasak. Sejak mengetahui binatang terbang takut asap, orang-orang desa yang bekerja di kebun sering kali membuat api ditengah hutan. Kebiasaan ini masih dilestarikan sampai sekarang.

Atas jasanya itu namok dianggap pahlawan. Untuk menghormatinya, hewan yang disebut binatang terbang diberi nama “NAMOK”.  Diambil dari nama seorang anak yang dianggap sebagai penemu pertama cara mengusir binatang terbang.

Kata “namok” lama kelamaan menjadi “senjata” bagi orang tua untuk menakut-nakuti anak-anaknya yang sering bermain diluar pada malam hari. Bagi anak kecil yang belum lancar berbicara, kata “namok” sering kepeleset terucap menjadi “nyamok” (nyamuk). Sejak saat itulah binatang yang awalnya diberi nama namok berubah diucapkan oleh semua orang menjadi NYAMOK (NYAMUK) hingga hari ini.

*****

Kenapa nyamuk saat ini ukurannya kecil?

 

Menurut para ilmuwan, bumi diperkirakan telah berumur tujuh milyar tahun. Bencana alam, perubahan iklim dan seleksi seleksi alam menyebabkan beberapa makhluk hidup raksasa musnah.  Sebagian yang masih tersisa mengalami evolusi  dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Semua makhluk hidup menyusut keukuran yang lebih kecil untuk terus dapat bertahan hidup. Tahapan evolusi masih terus berlangsung hingga sekarang.

Makhluk hidup yang ada saat ini merupakan hasil evolusi. Termasuk nyamuk dan manusia. Gak ada lagi manusia yang katanya dulu  setinggi tujuh meter (dalam riwayat disebut tujuh hasta). Gak ada lagi nyamuk yang konon menurut cerita (dongeng) sebesar burung dara atau ayam jantan.

Di zaman yang serba canggih, manusia sebagai makhluk yang paling cerdas di muka bumi terus berkreativitas. Hasil penemuan-penemuan terbaru tercipta untuk kemudahan hidup. Salah satu penemuan paling populer pada abad 20 adalah Smartphone yang merupakan pengembangan dari telepon.

Jika dulu mengusir nyamuk menggunakan asap pembakaran kayu , sekarang lebih sederhana, efektif dan kurang berbahaya bagi kesehatan. Obat nyamuk dibuat bermacam-macam. Dari obat nyamuk bakar, semprot, oles (lotion) sampai elektrik. Yang paling terbaru, nyamuk bisa diusir menggunakan gelombang suara ultrasonik berfrekuensi tinggi dari sebuah aplikasi.

Bagi pengguna Smarphone canggih, di Playstore sudah lama tersedia aplikasinya dengan bermacam-macam pilihan. Tinggal dipilih saja. Kalian bisa menginstal aplikasi tersebut dengan mudah. Cara penggunaannya gak rumit.

Tapi, apakah efektif?

Aku sendiri pernah menginstal aplikasi tersebut atas saran dari seorang teman. Berhasil gaes, ketika dihidupkan nyamuknya terusir beberapa ekor. Akan tetapi setelahnya, yang datang malah sekecamatan. Set lah!!

 

 

S E L E S A I

 

 

Salam, TF 1

Selasa, 17 November 2020

Nyamuk

 

Digigit nyamuk merupakan hal yang biasa. Hewan ini ada hampir di semua tempat, baik dirumah maupun didalam hutan. Nyamuk paling menyukai daerah-daerah gelap dan kurang cahaya. Merek kurang suka tempat terang. Oleh karena itu, nyamuk biasanya merajalela mencari mangsa pada malam hari.

Kita semua sudah sejak lama hidup berdamai bersama nyamuk. Walaupun nyamuk menghisap darah, gak ada orang yang ketakutan. Lagian hewan ini cuma mengambil sedikit bagian darah kita yang kotor.

Gatal, pastinya. Itulah yang membuat orang jengkel pada gigitan nyamuk. Berisik suaranya bisa menyebabkan tidur tak nyenyak. Mereka biasanya menyerang mangsanya termasuk manusia dalam jumlah banyak. Berapun kita bunuh, tetap saja nyamuk seakan gak ada habisnya. Apalagi kalau nyamuk sampai menggigit bayi kecil yang belum mengerti apa-apa. Anak kecil jadinya hanya bisa merengek-rengek menahan gatal.

Begitu banyak jenis nyamuk yang hidup didunia. Dari sekian banyak itu, ada jenis nyamuk yang berbahaya hingga dapat menyebabkan orang sakit. Contohnya nyamuk Anopheles merupakan pembawa penyakit malaria. Nyamuk Aedes Aigty sebagai pembawa penyaki demam berdarah. Malaria dan demam berdarah merupakan penyakit berbahaya yang sudah banyak menyebabkan kematian.

Cara alami agar terhindar dari gigitan nyamuk jika berada dirumah adalah tidur menggunakan kelambu. Sedangkan cara ekstrim yaitu dengan menyalakan api untuk membuat asap. Nyamuk akan menjauh bila terkena asap. Orang zaman dulu setiap menjelang malam sering kali membuat asap didalam rumah demi mengusir nyamuk. Berhasil, akan tetapi akibatnya didalam rumah jadinya penuh oleh kepulan asap yang dapat menyebabkan penyakit pernapasan bagi penghuninya.

Zaman terus berkembang kian maju dan modern. Demi mengurangi, menghindari dan membasmi nyamuk, manusia yang cerdas pun berinovasi. Maka terciptalah obat (sebenarnya racun) nyamuk. Obat nyamuk dibuat dipabrik obat nyamuk. Pabrik obat nyamuk berdiri dengan mempekerjakan banyak karyawan. Para pekerjanya tentu saja mendapatkan upah untuk menafkahi keluarganya. Bayangkan, berapa banyak orang yang tertolong hidupnya karena “adanya” nyamuk?  Sungguh benar bahwa semua ciptaan tuhan gak ada yang sia-sia.

Ada cerita menarik  tentang nyamuk. Cerita  ini kudapatkan dari ibuku waktu masih kecil dulu.

*****’

Konon pada zamana dahulu, kira-kira beberapa zaman setelah Nabi Adam. Wujud para penghuni bumi masih seperti raksasa. Tumbuhan, hewan dan manusia berukuran besar. Pada zaman itu cara berpikir manusia pun belum mengalami kemajuan. Selain binatang buas, salah satu yang paling mengerikan bagi manusia adalah nyamuk.

                                        

Ketakutan manusia pada nyamuk bukan tanpa alasan. Katanya nyamuk pada zaman dahulu ukurannya sebesar burung dara. Tubuhnya keras dan gak akan mati hanya dengan tepukan tangan. Untuk membunuh nyamuk sebesar itu orang perlu memukulnya dengan sebatang kayu. Gigitannya terasa gatal dan sakit. Kalau sudah kenyang menyedot darah manusia, ukurannya akan sebesar ayam jago.

                                                                                                                  

Kalian bayangkan bagaimana kalau sampai digigit oleh nyamuk sebesar itu. Mungkin rasanya anj*ng banget! Seperti anda menjadi iron man!

 

Akan tetapi kalau dipikir-pikir, situasi dan kondisi saat itu seharusnya biasa-biasa saja. Sebab manusia sendiri ukurannya pun raksasa. Kurang lebih sama dengan perbandingan ukuran tubuh manusia dan nyamuk saat ini.  Walapun digigit beberapa ekor, gak akan menyebakan kematian. Jadi, seimbang lah!

 

Tuhan yang maha kuasa dan maha adil memiliki rencananya sendiri. Walaupun nyamuk pada zaman itu diciptakan lebih ganas dan besar namun jumlahnya lebih sedikit darpada saat ini. Nyamuk-nyamuk besar tersebut hanya keluar mencari mangsa pada malam hari. Kalau siang hari, mata nyamuk silau oleh cahaya matahari sehingga mereka hanya bersembunyi didalam gua dan hutan-hutan yang rimbun.

 

*****’

 

Adalah sebuah desa yang konon dihuni oleh banyak penduduknya. Hampir  setiap malam warga desa dihebohkan oleh serangan binatang terbang  yang selalu datang untuk menghisap darah manusia. Orang-orang  belum memberi nama binatang itu. Mereka hanya menyebutnya binatang terbang.Dari hari-kehari jumlah binatang terbang  yang awalnya hanya beberapa ekor sudah menjadi tak terhitung. Dari kesaksian beberapa warga yang melihat langsung, hewan tersebut katanya berasal dari hutan.

 

Orang –orang mulai khawatir karena selain mengganggu juga sudah memakan korban. Warga yang berada diluar rumah pada malam hari menjadi mangsanya. Bagi orang dewasa, gigitan hewan ini gak berdampak apa-apa selain hanya terasa gatal. Akan tetapi, beberapa anak kecil yang bermain diluar rumah menjelang malam dikabarkan mati kehabisan darah akibat dihisap darahnya oleh sekumpulan hewan tersebut. Kejadian ini pun membuat semua warga semakin cemas. Mereka khawatir akan keselamatan anaknya masing-masing.

 

Anehnya apabila ada anak kecil yang mati akibat dihisap oleh binatang terbang tersebut, mereka gak akan muncul lagi selama seminggu. Setelah lewat seminggu binatang-binatang terbang ini rupanya kelaparan dan kembali mencari makanan ke desa.

 

Keresahan warga akhirnya memaksa kepala desa segera mengadakan rapat untuk mencari jalan keluarnya demi keselamatan warga. Pada suatu siang diadakanlah rapat besar yang dihadiri oleh semua tokoh-tokoh adat. Hasil keputusan bersama siang itu semua tokoh sepakat untuk mencari keberadaan sarang binatang terbang tersebut agar dapat dimusnahkan.

 

Keesokan paginya berangkatlah 10 orang dewasa yang memiliki keahlian berburu didalam hutan untuk melakukan pencarian. Setelah berjalan kesana kemari didalam hutan sarang binatang terbang belum juga ditemukan. Pencarian terus dilakukan hingga mereka benar-benar masuk jauh kedalam hutan yang rimbun. Menjelang sore harinya mereka menemukan sebuah gua yang mencurigakan. Pada mulut gua tersebut banyak terdapat bekas percikan-percikan darah.

 

Dengan perasaan takut, mulailah kesepuluh orang ini masuk secara bersama-sama kedalam gua. Hasilnya, baru beberapa langkah mereka sudah diserbu oleh sekitar ratusan ekor binatang terbang dari dalam gua. Para pemburu yang kaget mendapat serangan mendadak langsung kocar-kacir keluar gua dan memilih untuk pulang. Walapun gagal untuk memusnahkan, setidaknya sejak hari itu orang-orang menjadi tahu letak sarang binatang tersebut.

 

Mungkin akibat sarang terganggu itulah serangan binatang terbang didesa pada malam harinya makin mengganas. Jumlahnya juga lebih semakin banyak. Jika sebelumnya binatang terbang hanya menyerang orang ketika berada diluar rumah, kali ini warga yang sedang berada didalam rumah juga menjadi mangsanya. Hewan terbang dapat masuk melalui celah-celah dinding rumah.

 

Sejak kejadian malam itu para pemburu yang sebelumnya berencana memusnahkan sarang binatang terbang gak berani lagi kembali kehutan.

 

Rapat besar kembali diadakan keesokan harinya. Musyawarah bersama warga dilakukan untuk mencari jalan terbaik. Setelah melalui perdebatan panjang, sebuah keputusan (yang menurutku aneh dan bodoh) diambil.

 

Kesepakatan apa yang diambil?

 

Semua sepakat untuk berdamai dengan binatang terbang dengan cara memberi makan darah manusia setiap seminggu sekali supaya tak mengganggu kedesa. Darah itu berasal dari anak kecil yang sengaja di biarkan didalam hutan dekat gua binatang terbang. Anak tersebut diikat kakinya pada sebuah pohon supaya gak lari lalu ditinggalkan seorang diri.

Sejak hari itu semua anak-anak didesa mulai di data untuk mendapat giliran menjadi makanan bagi hewan terbang. Anak-anak yang dipilih berusia diatas lima tahun saja. Bagi warga yang anaknya mendapat giliran untuk dikorbankan tentu saja sangat menyedihkan. Akan tetapi mereka tak bisa menolak demi keselamatan bersama.

Cara tersebut lumayan berhasil. Sejak anak pertama di biarkan didalam hutan, hewan terbang memang gak pernah lagi menyerang ke desa. Mungkin hewan tersebut sudah cukup kenyang memperoleh makanan. Dalam dua atau tiga hari kemudian anak yang dibiarkan akan mati kehabisan darah. Keluarganya diperbolehkan untuk mengambil jasad anak tersebut supaya dapat dikuburkan secara layak.

Selama bertahun-tahun kebiasaan ini berlangsung. Sudah ratusan anak kecil ditumbalkan. Selama itu pula warga yang tinggal didesa aman dari gangguan binatang terbang. Sayangnya rasa aman itu kiranya memang harus dibayar mahal dengan mengorbankan nyawa manusia. Kebiasaan ini mengakibatkan kesedihan mendalam bagi keluarga yang anaknya sudah mendapat giliran. Kabarnya, beberapa orang tua sampai mengalami gila akibat anak kecil yang mereka sayangi mati setelah dijadikan tumbal untuk binatang terbang.

Senin, 16 November 2020

Kalimatak

Selain nyamuk, hewan pengisap darah didalam hutan adalah Kalimatak. Orang-orang yang pernah memasuki hutan pada daerah pegunungan pasti mengenal hewan ini. Nama kerennya adalah “lintah” atau pacet. Gak semua daerah pegunungan juga ada kalimatak-nya. Hewan kalimatak hanya dapat hidup pada daerah pegunungan dengan suhu dingin. Terutama pada daerah-daerah berair dan lembab. Untuk daerah dataran rendah dan berhawa lebih panas, kita gak akan pernah menemukan lintah.

                                                                       

Pengalaman pribadi dulu waktu pernah kerja kayu dalam hutan, mau gak mau harus hidup berdampingan dengan hewan ini seperti kita hidup berdamai sama nyamuk. Hanya saja kalimatak gak menyerang layaknya nyamuk. Dalam sekali perjalanan masuk kehutan, bisa dua sampai tiga ekor yang menempel dan menghisap darah. Kalau lagi apes saja bisa sampai puluhan ekor yang melekat pada tubuh kita tanpa disadari.

 

Kalimatak yang berada didalam hutan berbeda sekali bentuk, ukuran dan warnanya dengan lintah yang sering digunakan sebagai alat terapi kesehatan. Mungkin perbedaan ini disebabkan oleh lokasi hewan tersebut berada. Walaupun sejenis dan sama-sama menghisap darah, setiap hewan akan beradapatasi dengan habitat dimana ia berada.

 

Khusus didaerah hutan pedalaman kalimantan, bentuk kalimatak agak pipih mirip cacing. Akan tetapi kalimatak gak hidup dalam tanah. Tubuhnya licin dan berlendir. Berwarna hitam atau coklat dengan panjangnya sekitar 2 – 5 cm. Ukuran normal sebelum menghisap darah hanya sebesar batang korek api. Ketika sudah kenyang menghisap darah, ukurannya menjadi lebih besar lagi. Bisa sampai sebesar  sebatang rokok.

 

Berdasarkan tempat hidupnya kalimatak dibagi dalam dua jenis. Ada yang hidup tanah (tempat kering) dan ada yang hidup didalam air.

Kalimatak yang umum ditemukan dihutan adalah jenis kalimatak yang hidupnya diatas tanah. Hewan-hewan kecil ini seringkali berada dibalik batang kayu atau dedaunan pohon-pohon kecil. Ada juga kalimatak bersembunyi di antara dedaunan yang mati berserakan. Walaupun dalam posisi bersembunyi, hewan ini sebenarnya berada pada keadaan siap mencari mangsa. Sehabis hujan biasanya kita akan melihat kalimatak banyak keluar dan berada didedaunan rumput atau pohon kecil. Ketika ada hewan atau manusia lewat, kalimatak akan menempel lalu bergerak mencari titik-titik tertentu pada tubuh mangsa untuk dihisap darahnya.

 

Kalimatak yang sedang menempel pada dedaunan pohon bila sedang kelaparan lebih ganas daripada yang ada ditanah. Ketika kita lewat, hewan tersebut bisa menjentikkan diri untuk menempel pada pakaian. Setelah itu ia akan bergerak merayap seperti ulat tanpa diketahui. Masuk pada celah pakaian atau sepatu bot hingga mencapai kulit. Mencari tempat-tempat yang paling tersembunyi dari tubuh. Khususnya pada tempat yang agak hangat dan banyak terdapat pembuluh darah. Disanalah kalimatak akan menancapkan giginya lalu mulai menghisap darah.

 Kalimatak seringkali menancapkan giginya untuk menghisap darah pada celah dan lekukan-lekukan tubuh seperti lipatan paha, ketiak,  jari-jari kaki, jari-jari tangan, leher, lipatan siku, dan pinggang. Kalau pada laki-laki, kadang ada kalimatak yang menempel pada celah sempit pada kanan dan kiri biji pel*r.

Bagaimana rasanya digigit kalimatak?

Bagi sebagian orang ada yang merasakan gatal seperti digigit nyamuk. Ada juga yang merasakan sedikit sakit. Kalau pengalaman pribadi sih lebih sering gak terasa apa-apa. Gigitan pertama pun gak terasa apa-apa. Karena sangat kecil, aku sering kali baru tahu dihisap kalimatak setelah hewan itu kenyang minum darah dan terlepas dengan sendirinya.  Bekas gigitan kalimatak akan mengeluarkan sedikit darah segar. Pada saat itulah kadang terasa gatal.

 

Jika kalimatak sedang mengisap darah kita tidak akan mampu melepasnya begitu saja pakai tangan. Tubuhnya terlalu licin untuk ditarik. Hewan ini memiliki tiga gigi yang dapat menempel kuat pada kulit. Kalau dipaksa dengan cara di “kikis” pakai parang atau pisau, kalimatak akan terlepas namun bagian luka begas gigitan akan robek dan lebih banyak mengeluarkan darah. Cara terbaik yang aku tahu untuk melepaskan gigitan kalimatak yaitu membasahi bagian gigitannya dengan air tembakau atau air sabun. Bila terkena air tersebut mulut kalimatak akan melepaskan gigitan dengan sendirinya walaupun belum kenyang. Untuk membunuhnya, tinggal dibakar, pukul,  atau potong saja beberapa kali.

 

Apakah kalimatak yang ada ditanah berbahaya?

Jawabnya tidak sama sekali. Hampir sama dengan gigitan nyamuk. Gigitan Kalimatak gak akan menyebabkan penyakit malaria atau pun demam berdarah. Hanya saja bekas gigitannya kalau terinfeksi bisa menyebabkan koreng pada kulit. Tidak lama, koreng bisa cepat sembuh asal dibersihkan atau diobati dengan baik.

 Bagaimana kalau kalimatak sampai menggigit dan menghisap darah pada perempuan?

Yah, sama saja. Tergantung orangnya. Kalau takut pada ulat, aku yakin mereka akan menjerit-jerit karena geli atau jijik. Selanjutnya mungkin akan menangis.

 

Untuk jenis kalimatak yang hidup didalam air, orang menyebutnya “dolo”. Dolo hidup pada perairan didaerah pegunungan yang gak mengalir seperti “labong” (danau),parit, dan rawa yang airnya jernih. Menempel dibebatuan didalam air. Dolo bisa berenang seperti ikan.

 

Dolo hampir sama dengan kalimatak yang hidup dari menghisap darah. Bentuknya juga mirip. Binatang ini hidup dari menghisap darah ikan. Akan tetapi sewaktu-waktu, dolo kadang naik kepermukaan lalu merayap ditempat-tempat yang lembab mencari mangsa lain. Perbedaan terletak pada ukuran tubuh yang sedikit lebih besar. Warnanya pun berbeda. Dolo berwarna agak coklat atau hitam dengan sedikit bayang-bayang warna hijau.

 

Dulu waktu bekerja didalam hutan, teman-teman sering mengingatkan mengenai dolo. Aku sendiri belum pernah merasakan gigitannya. Katanya lebih sakit daripada dihisap darah oleh kalimatak biasa. Bila mandi pada genangan air gak disarankan sambil berendam lama. Dolo bisa mencium bau darah manusia, lalu menempel pada tubuh kita. Ia akan menghisap darah sampai kenyang. Dolo yang sudah kenyang mencapai ukuran sebesar jari telunjuk.

 

Katanya dolo bisa masuk kedalam tubuh melaui lubang-lubang pada tubuh manusia. Seperti lubang hidung, mulut, telinga, pantat, dan lubang saluran kencing. Setelah berada didalam tubuh, hewan ini akan bertelur dan berkembang biak dengan cepat. Selanjutnya dolo-dolo ini akan makan darah dengan menghisap organ tubuh hingga mangsanya mati.

 

Mitos yang berkembang dimasyarakat bahwa dolo lebih berbahaya daripada kalimatak biasa. Konon dolo bisa masuk kedalam tubuh ketika seseorang sedang kencing mengarah keair. Dolo bisa berenang menyusuri air kencing yang sedang jatuh kebawah. Kemudian hewan tersebut akan masuk melalui kemaluan tanpa diketahui.

 

Dari cerita seorang teman, ada jenis dolo tertentu yang sangat langka. Dolo ini tak bisa mati walaupun dibakar dengan api. Tubuhnya bisa hangus, akan tetapi ketika tubuh yang sudah menjadi abu atau arang tersebut terkena air, ia akan hidup kembali sebanyak butiran arang tadi.

 

Orang zaman dulu sering menggunakan abu atau arang dari dolo untuk membunuh orang lain yang dianggap musuh. Caranya, abu atau arang dari dolo dicampurkan pada makanan lalu diberikan pada mereka yang mau dibunuh.  Ketika sudah berada didalam tubuh dan bercampur air, dolo hidup dan berkembang biak. Dalam beberapa hari orang yang dimaksud akan menemui ajalnya.

 

Bagaimana? Mengerikan, bukan?

 

Sabtu, 07 November 2020

Raja Kucing

 

Semua orang sudah tentu mengenal binatang kucing. Hewan berkaki empat, berbulu indah, menggemaskan dan jinak. Banyak orang yang menyukai lalu memeliharanya dirumah. Konon pada zaman dahulu, kucing sama halnya dengan binatang lain yang hidup liar dihutan. Manusia lalu memeliharanya dirumah. Terbiasa hidup bersama menjadikan kucing jinak dan bergantung pada manusia. Keturunan kucing inilah yang ada disekitar kita hingga saat ini.

Apa untungnya memelihara kucing?

Sebagian orang memelihara kucing dengan tujuan untuk mengusir/membasmi  tikus dirumahnya. Karena kucing memakan tikus. Ini mungkin hanya berlaku untuk jenis kucing kampung saja. Aku sendiri memelihara sekitar 12 ekor kucing kampung. Diantara kucing-kucing itu, tak ada satupun yang gemar memakan tikus. Saat suara-suara tikus muncul malam hari, mereka cuek dan sibuk dengan urusannya sendiri. Ada pula yang malah lelap dalam tidurnya. Mungkin karena sudah terbiasa memakan nasi dan ikan yang sudah dimasak. Lalu bagaimana dengan jenis kucing “ras”? Tentu tidak jauh berbeda. Kucing ras malah harus dibelikan makanan khusus. Bukan nasi atau tikus.

 

Jadi, orang zaman sekarang memelihara kucing bukan karena memanfaatkannya untuk mengusir tikus. Tampang kucing yang memelas membuat orang kasihan. Warna bulunya imut dan menggemaskan, serta prilakunya yang lucu adalah alasan utamanya. Melihat tingkah laku kucing yang lucu dapat menimbulkan “rasa senang dan kepuasan” bagi pemeliharanya.  Rasa gembira tak bisa dinilai dengan harga berapapun. Orang bahkan rela mengeluarkan biaya demi kesenangan itu. Maka disinilah letak keuntungan memelihara kucing. Bukankah setiap orang butuh hiburan dan hobby untuk melengkapi hidup?

********’

Zaman dahulu dikampung kami hiduplah sepasang suami istri. Mereka tinggal pada sebuah gubuk di kebunnya yang tidak begitu jauh dari kampung. Kehidupan sehari-harinya hanya sebagai petani sebagaimana orang lain. Pasangan ini tidak dikaruniai keturunan hingga memasuki masa tua. Mereka hidup bahagia dengan caranya sendiri, walaupun sering merasakan kesepian. Meskipun tinggal di kebun, mereka masih memiliki kerabat yang berada diperkampungan. Hampir semua warga mengenal pasangan suami istri ini. Orang-orang kampung biasanya memanggil dengan sebutan kakek-nenek.

 

Seiring berjalannya waktu, suatu ketika sang istri mengalami sakit hingga meninggal dunia. Pada zaman itu belum ada kuburan umum. Apabila ada orang meninggal, biasanya akan dikuburkan pada tanah milik keluarganya sendiri. Oleh karena itu tidak heran kalau kita melihat ada kuburan di depan, disamping, atau dibelakang rumah seseorang. Begitu pula dengan sang istri yang sudah meninggal dunia. Sesuai amanat dari sang istri ia pun dikuburkan tidak jauh dari gubuk.

 

Setelah kepergian istrinya, kakek merasa sangat kesepian hingga sering mengalami sakit. Merasa kasihan, para kerabat mengajaknya untuk tinggal diperkampungan. Akan tetapi kakek tidak mau. Ia tetap bersikeras tinggal di gubuknya yang ada dikebun walaupun sendirian. Akibatnya Kakek seperti orang kehilangan semangat. Hampir tiap hari ia mengunjungi makam istrinya yang tidak jauh dari gubuk. Walau pun demikian, kakek tetap menyibukkan diri dalam pekerjaan untuk melanjutkan hidup. Cukup lama  keadaan itu berlangsung.

 

Pada suatu pagi di hari keempat puluh sejak kematian istrinya, kakek secara khusus berziarah kemakam untuk mendoakan dan membersihkan dari rumput-rumput liar. Ketika sedang khusuk berdoa ia dikejutkan oleh kedatangan seekor anak kucing jantan berwarna putih. Kucing tersebut terlihat sangat kurus. Hingga membuat kakek prihatin dibuatnya. Perkiraan kakek, kucing itu asalnya dari kampung karena jaraknya tidak begitu jauh. Sebelumnya gubuk kakek memang sering kedatangan kucing peliharaan orang kampung yang kesasar. Biasanya tidak lama. Kucing itu akan kembali pada pemiliknya. Akan tetapi, anak kucing yang mendatangi kakek dikuburan hari itu berbeda. Lebih jinak. Ia terus mengegesek-gesekkan badan pada kaki kakek seakan minta diberi makan. Ketika kakek kembali kegubuk, kucing kecil ini mengikutinya sambil terus mengeong.

 

Merasa kasihan,maka setibanya digubuk kakek memberi makanan seadanya berupa nasi dicampur dengan ikan. Kucing kecil yang kelaparan ini makan dengan lahapnya. Setelah memberi makan kucing kakek lalu meninggalkannya bekerja disawah. Kucing yang masih makan dibiarkannya digubuk begitu saja. Kakek mengira jika sudah kenyang kucing itu akan pulang kekampung untuk kembali pada pemiliknya.

 

Pada sore harinya kakek yang pulang dari sawah terheran-heran melihat kucing yang diberi makan tadi pagi masih berada digubuk. Kucing kecil itu seakan menunggu kakek didepan pintu. Terpikir didalam hati untuk mengembalikan pada pemiliknya. Maka selesai makan dan mandi sore harinya kakek yang berkunjung ke kampung membawa serta kucing itu. Setibanya dikampung, kakek mencari pemilik kucing itu. Akan tetapi, tak seorang pun mengaku sebagai pemiliknya. Sebelum pulang kakek melepaskan kucing kecil tersebut begitu saja dikampung. Ia tak berniat sama sekali untuk memeliharanya. Setelah itu kakek lalu meninggalkanya kembali kegubuk.

 

Keesokan paginya ketika kakek membuka pintu gubuk ia dikejutkan oleh kucing kecil yang kemarin dilepaskannya dikampung. Ia keheranan bagaimana mungkin kucing itu bisa kembali kegubuknya. Apa mungkin ada seseorang yang sengaja mengantarkannya? Merasa kasihan, kakek pun memantapkan niat untuk memeliharanya mulai saat itu. Kucing itu lalu diberi makan apa adanya seperti kemarin.

 

Sejak memelihara anak kucing itu kakek seakan mendapat semangat baru. Ia memiliki kesibukan baru selain pekerjaan rutinnya dikebun maupun disawah.  Tiap hari kakek harus mencari ikan untuk memberi makan kucingnya.  Beberapa bulan kemudian anak kucing yang dulunya kurus kini tumbuh menjadi seekor kucing jantan warna putih yang bersih dan gemuk. Kucing putih ini begitu penurut dan seakan mengerti ucapan kakek. Sesuai warna bulunya kucing jantan ini lalu diberi nama “si Putih”. Kemana saja kakek pergi ia mengikutinya. Tingkahnya yang lucu dan menggemaskan menjadikan kakek sangat menyayanginya bagai anak sendiri. Mendapat teman baru perlahan rasa kesepian kakek selama ini mulai terobati.

 

Untuk melengkapi kucingnya, maka suatu hari kakek sengaja berkunjung kekampung untuk mencarikan pasangan bagi si putih. Tidak sulit, beberapa tetangga justru menawarkan kucing betina milik mereka pada kakek. Tinggal memilih saja. Setelah mempertimbangkan warnanya maka kakek memutuskan memilih seekor kucing betina warna hitam putih yang memiliki umur perkiraan hampir sama dengan si putih. Dibawalah kucing itu ke gubuknya dikebun untuk dipelihara dan diberi nama “warni”. Kucing itu seakan mendapat sambutan hangat dari siputih yang memang sudah waktunya memiliki pasangan. Sepasang kucing itu sama jinaknya sehingga melengkapi kebahagiaan kakek.

 

Setelah lebih dari setahun lamanya dipelihara, kucing kakek pun melahirkan untuk pertama kalinya. Ada total empat ekor anakan baru dari pasangan si putih dan warni. Tiga ekor betina warna putih dan satu ekor warna orange jantan. Kucing kakek terus berkembang biak hingga mencapai puluhan ekor. Kucing-kucing itu dipelihara dengan baik penuh kasih sayang. Saking sayangnya, kakek sampai rela mengurangi makan pribadinya demi kucingnya dapat makan dengan kenyang.

 

Kurang lebih lima tahun lamanya memelihara kucing, total kucing kakek mencapai 40 ekor dengan berbagai warna berbeda. Karena kasihan kakek lalu membuatkan sebuah gubuk baru untuk kucing berteduh dan tidur. Pada malam hari biasanya kucing-kucing itu hanya berkeliaran pada hutan disekitar gubuk. Kucing kakek hanya berkeliaran disekitar tempat itu saja. Tak satu ekor pun sampai kesasar dikampung karena kakek memberi mereka makan dengan cukup. Betapa bahagianya hati kakek memiliki banyak peliharaan yang jinak. Setiap hari berangkat ketempat kerja beberapa kucing dewasa selalu menemaninya. Kakek seperti melupakan semua kesedihan yang pernah dialaminya.

 

Waktu terus berjalan seperti biasa. Pada suatu hari kucing betina pertama kakek yang diberi nama “warni” melahirkan 2 ekor anak. Ada keanehan dalam kelahiran kala itu. Diantara dua ekor anakan ada seekor yang merupakan kucing jantan belang tiga dan memiliki tanduk. Melihat keanehan itu kakek menaruh perhatian khusus pada kucing tersebut. Kucing itu lalu diberi nama “Rungau”. Saat usianya sudah memasuki bisa bermain Rungau ditinggal mati oleh ibunya yang sudah tua. Yang aneh lagi, sejak kematian ibunya kucing-kucing jantan dewasa yang lain seakan selalu memusuhi Rungau. Beberapa kali bahkan ada yang mencoba membunuhnya. Akibatnya kucing belang tiga itu hanya bisa bermain dengan anak kucing betina. Maka demi keamanan, kakek selalu membawa anak kucing itu kemanapun pergi, termasuk ketika berkunjung kekampung.

 

Suatu hari kakek berkunjung kerumah kerabatnya dikampung. Orang-orang menjadi heran dengan kucing belang tiga yang dibawa kakek. Selama ini belum pernah ada seekor kucing jantan belang tiga. Hanya kucing betina yang memiliki bulu tiga warna. Apalagi kucing kakek memiliki dua buah tanduk kecil dikepalanya. Mirip tanduk kambing yang tidak bercabang. Sungguh aneh. Beberapa orang memperkirakan kucing tersebut merupakan raja kucing.

 

Berita mengenai kakek memiliki kucing aneh tersebar kemana-mana. Akibatnya gubuk kakek setiap hari ramai dikunjungi orang. Dari warga setempat sampai warga kampung luar yang penasaran datang demi melihat keanehan kucing kakek. Orang-orang yang datang lebih terkagum-kagum lagi setelah mengetahui bahwa kakek ternyata banyak sekali memelihara kucing yang lain. Kucing-kucing kakek semua jinak, bersih dan terawat dengan baik. Bukan hanya orang dewasa, anak-anak dikampung pun tiap hari datang kegubuk kakek hanya untuk bermain-main dengan anak kucing kakek yang imut dan lucu.

 

Kunjungan orang-orang kampung itu ternyata membawa berkah pada kakek. Selain gubuk kakek menjadi ramai, orang-orang kampung yang datang sepertinya paham dengan kondisi kakek. Diusianya yang sudah tua, kakek memang tidak sekuat dulu lagi bekerja mencari makan untuk dirinya dan kucing. Apalagi ketika itu kucing kakek sudah mencapai lebih dari 60 ekor. Mereka suka rela membawa berbagai makanan untuk kakek. Tak lupa orang-orang datang dengan membawa ikan khusus untuk kucing. Kakek merasa tertolong sekali dengan bantuan-bantuan itu. Ada juga orang yang datang lalu meminta seekor anak kucing untuk dipelihara dirumah. Kakek selalu mengizinkan jika yang diminta hanya anakan saja. Untuk yang sudah dewasa kakek tidak mengizinkannya. Bukan karena pelit, karena percuma  saja. Kucing-kucing dewasa itu biar dibawa ketempat jauh pun konon selalu pulang kegubuk kakek.

 

********’

Perkiraan orang mengenai kucing belang tiga kakek merupakan raja kucing ternyata benar adanya. dari hari kehari kucing tersebut tumbuh menjadi seekor kucing jantan belang tiga dengan tubuh paling gemuk dan lebih besar dibanding kucing jantan yang lain. Ia juga menjadi kucing paling jinak daripada kucing lain ditempat itu. Kucing yang bernama Rungau bisa dipegang oleh siapapun.

 

Ketika sudah memasuki dewasa, wibawa Rungau sebagai raja kucing benar-benar nampak. Semua kucing jantan digubuk kakek seperti menaruh hormat padanya. Tidak ada seekorpun yang berani berkelahi dengannya. Ketika ia sedang makan, tak ada seekor kucing lain yang berani mencampurinya. Mereka hanya berani makan jika raja kucing itu selesai. Kelebihan lain dari kucing tersebut menurut kakek adalah paling penurut dan bisa diperintah. Dan hanya kakek saja yang dapat menyuruhnya. Kejadian semacam ini hanya terjadi saat orang lain tidak ada ditempat itu.Selama ada orang lain kucing tersebut bersikap sama layaknya dengan kucing pada umumnya.

Pernah beberapa kali kakek menyuruh Rungau untuk memburu tikus dikebunnya pada suatu malam. Ketika diperintah, Rungau langsung mengeong dengan keras. Suaranya bahkan mirip anjing. Mendengar suara itu, seluruh kucing jantan kakek langsung berkumpul mengikuti rajanya menuju kekebun kakek. Semalam suntuk mereka berburu dikebun itu. Pada keesokan paginya kucing itu kembali kegubuk dengan membawa tikus yang sudah mati dimulutnya. Setibanya didepan kakek, tikus-tikus mati tersebut diletakkan begitu saja.

 

Selain itu, menurut kakek raja kucing itu kadang mengajak kucing-kucing lain berburu tanpa diminta. Kucing ini mampu berburu burung malam hari disawah. Kakek sering terheran-heran ketika bagun pagi kucing-kucing itu kembali kegubuk dengan membawa burung lalu diletakkan didepan pintu gubuk. Bahkan kadang binatang tupai pun mereka bawa untuk kakek. Biasanya binatang-binatang hasil buruan kucing itu dimasak oleh kakek. Sebagian untuk dimakan, yang lainnya dibagi-bagi untuk makanan kucing lain.

 

Bukan hanya kakek yang menyayangi kucing-kucing tersebut. Semua orang yang pernah berkunjung pun merasakan demikian. Mereka merasa terpanggil untuk ikut memberi makan kucing-kucing itu. Kakek tentu senang sekali. Walaupun jumlah kucingnya semakin bertambah banyak kakek sama sekali tidak kesulitan memberikan makanan.

 

Kebahagiaan itu cukup berlangsung lama hingga suatu ketika muncul wabah penyakit kucing. Kucing-kucing warga yang berada dikampung semuanya sakit dan mati. Penyakit kucing memang tidak ada obatnya. Kucing kakek yang berada dikebun pun terkena dampaknya. Satu persatu kucing kakek mati  karena sakit. Hingga wabah itu berlalu kucing kakek yang tersisa hanya 40 ekor saja termasuk si raja Kucing. Mungkin akibat terlalu sayang dengan kucing, kakek sendiri mengalami sakit setelah banyak kucingnya yang mati.

 

Dari hari-kehari sakit kakek semakin parah hingga dibawa oleh kerabatnya kerumah yang ada dikampung. Kucing-kucing peliharaan kakek rupanya tidak mau ditinggal tuannya. Mereka bersama rajanya berduyun-duyun mengikuti kerumah kerabat kakek. Akibatnya kakek merasa tidak enak dengan prilaku kucing di rumah kerabatnya itu. Walau pun sudah jinak, kucing tetaplah binatang yang memiliki insting liar. Dikampung, kucing kakek sering berburu ayam-ayam peliharaan warga. Mereka tidak mau kembali kegubuk walaupun kakek sudah menyuruhnya.

 

Merasa khawatir kucingnya dibunuh orang, kakek pun akhirnya meminta keluarganya untuk memindahkan dirinya kembali ke gubuknya walapun dalam keadaan sakit. Sebelum meninggalkan kampung, kakek berwasiat jika kelak meninggal dunia ia meminta agar dikuburkan di samping makam istrinya dekat gubuk. Setelah kakek dipindahkan, tanpa diminta kucing-kucing itupun mau mengikutinya.

 

Kurang lebih seminggu setelah kembali kegubuknya, kakek pun meninggal dunia akibat sakit yang dideritanya. Konon kakek meninggal dalam tidurnya. Kerabatnya sendiri yang mengetahui ketika berkunjung pada suatu pagi. Pagi itu menurut kerabat kakek ia menyaksikan kucing-kucing kakek tidak ada seekorpun yang berada ditanah. Semua berada didalam gubuk kakek. Mereka berbaris mengelilingi jasad kakek yang telah terbujur kaku. Tampaknya kucing-kucing tersebut mengerti jika tuannya telah meninggal dunia.

 

Berita kematian kakek menyebar hari itu juga. Para kerabat, orang-orang kampung bahkan orang-orang yang pernah berkunjung kegubuk datang melayat dan membantu pemakaman. Sesuai amanatnya maka dibuatlah sebuah lubang kubur disamping makam istri kakek didekat kebun itu.

 

Awalnya tidak ada perilaku aneh dari kucing-kucing ditempat itu. Akan tetapi, saat jenazah kakek diangkat menuju kubur kucing-kucing kakek mengikutinya. Raja kucing terus menerus mengeong sepanjang jalan. Ketika jenazah kakek dimasukkan kedalam lubang kubur, raja kucing tiba-tiba saja melompat masuk. Beberapa saat kemudian beberapa kucing dewasa ikut-ikutan masuk kedalam kubur lalu meringkuk disamping kepala kakek mengikuti rajanya. Sebuah pemandangan yang aneh dan menyedihkan. Siapa yang menyangka jika kucing juga rupanya sangat menyayangi tuannya. Mereka seakan tidak mau ditinggal tuannya.

 

Langit yang mulanya cerah berubah menjadi mendung dan gerimis. Kucing pada umumnya sangat takut dengan air. Akan tetapi kucing kakek tidak satupun meninggalkan tempat itu. Orang –orang segera turun kedalam kubur untuk membantu mengeluarkan kucing-kucing kakek supaya tidak ikut tertimbun tanah. Satu persatu kucing dewasa dapat dikeluarkan dan dijauhkan dari tempat itu. Namun tidak dengan “Rungau si Raja Kucing”. Walaupun sudah dikeluarkan berkali-kali ia tetap memaksa masuk kembali kedalam lubang. Terakhir, salah satu dari kerabat yang mengeluarkan raja kucing malah terluka akibat dicakar berkali-kali.

 

Ketika itu hujan sudah mulai turun. Orang –orang yang ingin mempercepat penguburan akhirnya membuat keputusan bersama. Walaupun merasa tidak tega, mereka sepakat membiarkan raja kucing tetap berada didalam kubur bersama kakek. Sang raja kucing sendiri meringkuk disamping kakek saat orang-orang menimbun tanah. Ia tidak bergeming sama sekali saat tumpukan tanah menimpanya hingga menutupi seluruh bagian lubang kubur. Tidak ada yang tahu pasti nasib kucing itu selanjutnya. Orang-orang hanya bisa bersedih atas kejadian langka itu. Menjadi cerita dari mulut-kemulut bahwa pada suatu masa ada seekor kucing yang setia mengikuti tuannya hingga keliang kubur.

 

********’

 

Sepeninggal kakek, kucing yang masih tersisa 39 ekor dibawa oleh orang-orang kampung dan kerabatnya untuk dipelihara. Akan tetapi, pada sore harinya kucing-kucing tersebut kembali kegubuk kakek dikebun. Berulang-ulang kejadian itu berlangsung. Sampai akhirnya kucing-kucing tersebut dibiarkan saja tetap berada digubuk kakek. Walaupun begitu, setiap harinya kerabat kakek dan warga desa selalu datang kegubuk untuk memberi makan kucing-kucing itu.

 

Bertahun-tahun kemudian terjadi lagi wabah penyakit kucing. Hampir semuanya kucing peninggalan kakek ditemukan orang dalam keadaan mati. Sisanya menghilang entah kemana. Yang paling aneh adalah kucing-kucing tersebut ditemukan terbujur kaku diatas makam kakek.  Untuk menghormati kakek, kucing-kucing mati itu lalu dikuburkan disamping makam tersebut. Sejak saat itu pula tempat ini diberi nama “Kuburan Koceng”.

 

Dimanakah kuburan koceng berada?

 

Waktu kecil dulu aku pernah ikut nenek kesawah dan diberi tahu tempat kuburan koceng. Letaknya tidak begitu jauh dari kampung kami. Kurang lebih setengah jam berjalan kaki kita akan sampai ditempat itu. Hanya ada jalan setapak untuk kesana.  Jalan ini merupakan jalan umum bagi warga jika menuju kekebun atau sawah. Disana terdapat beberapa pohon mangga, durian dan lansat. Pada bagian tengah kebun buah buah itu terdapat satu pohon kelapa yang sudah lama roboh dengan sendirinya. Menurut nenek disanalah letak kuburan koceng.

 

Tempat tersebut sama saja keadaannya dengan tempat lain. Hanya berupa hutan. Walaupun diamati dengan teliti, tidak ada batu nisan maupun gundukan tanah kuburan. Batu nisan tersebut sudah lapuk menyatu dengan tanah karena sangat lamanya.

 

********

 

Cerita diatas bisa saja hanya sebuah dongeng belaka. Tidak banyak orang zaman sekarang yang pernah mendengarnya. Jujur saja penulis sendiri meragukan letak kuburan koceng itu. Apakah kuburan koceng memang benar-benar ada?

Kata ibuku, kucing merupakan salah satu binatang kesayangan Nabi. Oleh karenanya sangat disarankan agar kita memperlakukan bintang itu dengan baik. Berbagilah sedikit makanan dengan kucing walaupun dirimu tidak memeliharanya. Terutama pada kucing-kucing liar tanpa tuan. Bisa saja didalam rezeki kita terdapat hak kucing yang dikirim tuhan melalui tangan kita untuk mereka. Jika hal itu tak bisa kau lakukan, paling tidak jangan pernah menyakiti kucing.

 

 

Selamat sore

Salam, TF 1